.
.
.
.
.
.
.Rosé menginjakan kakinya di sebuah pelataran besar mansion yang di kelilingi banyak taman lapang dan juga di kelilingi pohon rimbun yang memberi kesegaran. Mansion yang cukup besar untuk menampung 1000 orang sekalipun. Mansion yang di tempat-tempat pentingnya terdapat marga keluarga Jeon. Seperti halnya gerbang tinggi yang baru saja ia lewati. Seperti yang diharapkan dari kediaman seorang Mafia.
"Hei, Jihoon. Kau tidak masuk? Malam ini kau menjaga di area utama. "
Oh, hampir Rosé lupa dia tengah menyamar sebagai salah satu anak buah atau penjaga di mansion nan besar ini, pemilik nama Jihoon telah tiada. Di sembunyikan pada suatu tempat, tampaknya penyamaran Rosé berhasil, dia sampai membeli wig dan alat pengubah suara. Atau ... Bisa saja orang-orang disini memang bodoh, Ia mengikuti berjalan menuju pintu utama, anak buah Jeon Jungkook berjejer dengan rapi di setiap sudut Mansion nya. Dua orang di sisi kanan dan kiri pintu utama, lalu setiap jarak sekitar lima meter pasti ada anak buah yang lainnya.
Ramai. Itulah kesan pertama Rosé terhadap mansion besar dengan dominasi warna putih klasik bak istana ini. Bukan ramai seperti pasar raya, tetapi jumlah orang yang berjaga teramat banyak.
Terlebih lagi mereka memiliki perlengkapan senjata yang lumayan lengkap. Satu senapan di balik punggung dan dua pistol di sisi kanan dan kiri yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya.
Tidak mudah untuk membunuh Jungkook di keramaian seperti ini. Dia perlu melakukannya saat memberi suntik bius pada beberapa penjaga dan membunuh Jungkook saat tidur, meminta Jin untuk meretas CCTV agar tidak merekamnya saat beraksi. Cara Jin yang cukup kekanakan berguna juga untuk saat ini.
Bagian dalam mansion Jungkook terlihat jauh berbeda dengan bagian luarnya. Jika bagian luar berwarna putih maka bagian dalamnya justru dominan dengan warna emas.
Dinding yang di cat perpaduan putih dan keemasan, lampu gantung besar dengan pencahayaan layaknya senja, serta furniture mewah tertata rapi tanpa menghilangkan gaya khas Eropa.
"Nah, kau mengawasi bagian sini. Di seberang sana kamar tuan J King, beliau pasti masih tidur."
Rosé mengangguk lalu orang yang mengantarnya pun pergi, ia akan menunggu sampai tengah malam bersama dua penjaga yang lainnya barulah dia bius.
*.*.*
.
.
.
.
.B
eberapa penjaga sesekali menguap dengan mata yang sayu dan kepala yang terus naik turun, menahan kantuk terus melanda. Ini kesempatan, wanita itu menyalakan earphone di telinganya dan mulai menekan tombol play agar terhubung pada Jin.
"Jwan, kau bisa mendengarku?"
"Ya, CCTV telah ku retas," sahut Jin, membenarkan posisi kacamata barunya dengan memutar pergelangan tangannya sekali, merenggangkan kedua tangannya menjadi awal bagi jemarinya untuk bergerak cepat menekan tuts demi tuts keyboard yang jumlahnya lebih dari lima buah. Netranya bergerak ke sana ke mari-dari layar ke layar. Pun dengan kursi yang bergerak tak tetap. Benar-benar semangat dalam membantu Rosé dengan imbalan wanita itu menggantikan tugas membunuhnya. "Semua aman, tidak ada yang mendekat."
"Roger that."
Rosé mulai melakukan aksi, mengeluarkan beberapa suntik bius di tangan. Dengan hati-hati, Rosé menghampiri kedua penjaga. Saat berada di samping, segera ia menyuntik penjaga tersebut hingga ambruk di lantai.
Kemudian membuka kenop pintu perlahan-lahan dan masuk ke dalam sana, sebuah kamar yang luas, ranjang king size, fasilitas lengkap dan penerangan keemasan memberi nuansa layaknya pembaringan di istana. Jungkook sedang tiduran di atas tempat tidur berbalutkan selimut, Rosé mendekati dan menariknya.
Di sisi lain Jaehyun menonton video lucu di layar komputer, kemudian perhatiannya teralihkan ketika tiba-tiba layar komputer tersebut berubah hitam putih dengan semut-semut yang menandakan kerusakan yang terjadi, sontak Jaehyun terkejut. Tidak hanya satu, semua layar komputer khusus CCTV juga begitu, ada yang meretas.
"Huh?" katanya bingung kemudian tertawa, ia mengambil mobile phone di atas meja. "Tampaknya ada penyusup."
*.*.*
"Ck." Rosé mendecak mengetahui sosok yang di balik selimut bukanlah Jungkook melainkan sebuah bantal, sial. Dia di tipu.
"Sedang apa kau di kamar J King?"
Rosé terkejut saat benda bermoncong itu menempel di belakang kepalanya. Logika nya adalah sebuah pistol siap meluncurkan pelurunya jika ia bergerak barang sedikit saja.
"Penyusup, kau bukan bagian dari kami, selain itu kau ternyata seorang wanita? Omong kosong, semua yang berada disini adalah pria. Cepat katakan padaku siapa kau dan apa yang kau lakukan disini? Membunuh J King?" tanya pria memakai topeng mata berwarna hitam itu, jarinya menarik pelatuk bersiap untuk menembak.
Rosé tidak menjawab, ekor matanya melirik pistol di belakang kepalanya ini. Dengan cepat ia membalikkan badan dan tangannya bergerak cepat mengambil pistol. Sayang, ia kalah cepat dengan tangan pria bertopeng mata itu menyuntikkan obat bius pada tubuhnya, Ck. Senjata makan tuan.
Tubuh Rosé seketika melemas dan ia mulai melemah untuk berdiri. Rosé ambruk ke lantai. Pria bertopeng itu melepas topeng matanya, kemudian menyeringai. Rosé melihat wajah itu dengan jelas sebelum akhirnya hilang kesadaran, sial, ia akan membunuhnya!.
.
.
.
.
.
.~To be countinued
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD ROSÉ| ROSEKOOK
FanfictionHanya satu tujuan Rosé hingga dirinya bisa menjadi pembunuh bayaran, MEMBUNUH JEON JUNGKOOK.