Seseorang bilang jika rasa itu harus di siram dengan kesabaran, tapi pernahkah seseorang bertanya kepada orang yang sabar bagaimana keadaan hatinya yang sudah berkali-kali dilukai? luka lama yang belum mengering kini harus ditimpa dengan luka baru.
Darah, nanah, busuk bercampur menjadi satu di hatinya yang sudah terbalut kata sabar. Aku memang bukan orang yang sabar, bahkan bisa di bilang kesabaranku itu setipis rambut, sekali pecah aku meledak dengan membabi buta, tidak melihat siapa yang terkena amarahku.
Aku ingin bertanya pada kalian, Bagaimana kalian memperoleh hati yang sekuat itu? meski di lukai tetap bertahan karena merasa jika semua kesalahan bisa diperbaiki, setiap manusia akan berubah menjadi lebih baik dari pada cerita masa lalunya.
Ya, ku akui ada beberapa yang berubah menjadi lebih baik, tapi mengapa jika orang itu berubah menjadi lebih buruk kalian tetap bertahan? tidakkah itu melelahkan? karena semua perbuatannya itu belum terobati, hati yang kuat itu belum beristirahat sedikit pun.
Ingin aku bicara pada malaikat-malaikat kesayanganku, tidak apa-apa merasa kesal, tidak apa-apa membenci orang lain, dan tidak apa-apa meninggalkan seseorang yang buruk perilakunya, semua itu untuk kenyamananmu sendiri.
Ingin aku melindungi mereka dari kejamnya dunia ini, bukankah ini tidak adil? orang-orang yang baik selalu tertindas oleh orang yang seenaknya saja, bersikap seolah-olah dunia ini miliknya sendiri, menindas mereka yang selama ini membantunya tanpa pamrih.
Tapi tidak bisa, tanganku terlalu kecil, kuasa ku tidak berarti apa-apa, hanya seorang anak kecil yang tidak berdaya, bersikap seolah-olah aku memilki dunia sendiri dan tidak memikirkan keadaan mereka.
Menjadi egois karena mereka menyuruhku untuk tidak ikut campur dan fokus belajar, selalu itu dan itu lagi yang di perintahkan, tapi nyatanya tidak bisa. aku tidak sepintar itu, aku tidak sekuat mereka dan tidak lebih sabar dari mereka.
Ingin mengeluh, tapi terlalu malu. Ingin bercerita, tapi terlalu banyak hingga tidak tahu harus bercerita dari mana. Menangis? jangan keluarkan kata itu karena air mataku sudah mengering tak tersisa, menangis saat bulan memakai selimut bintangnya di malam hari dan tersenyum saat matahari mulai menampakkan cahayanya.
Tidak bisakah dunia sedikit lebih adil?