1. Regular

27 3 0
                                    

Kota Kwangya. Kota yang penuh dengan peradaban dunia. Gedung-gedung tinggi pencakar langit adalah penghuninya. Hampir semua masyarakatnya hidup serba mewah dan bekerja di sektor perkantoran.

Namun, apakah semua kemewahan dan kemegahan itu menjamin keamanan hidup penghuninya? Bagaimana jika hampir separuh kota dikuasai oleh mafia-mafia yang mengincar nyawa manusia?

***

Pagi hari di kota Kwangya berjalan seperti biasa. Mobil-mobil mewah berlarian di jalanan aspal hendak menuju pemberhentianya. Sama seperti 9 pria tampan nan sukses ini. Mereka adalah pemilik dari salah satu gedung tertinggi di kota Kwangya.

"Pagi bro! Ngopi dulu lah" ucap Johnny yang melihat Yuta baru saja menscan kartu tanda pengenalnya di pintu masuk, lalu merangkul pundaknya.

"Pagi-pagi dah rangkulan aja lo berdua. Cari cewe sana, jadi kaga kek jones gitu" teriak Jaehyun dari arah yang berlawanan.

Mereka ber-9 adalah kawan karib, bahkan sebelum perusahaan ini didirikan. Pertemuan awal mereka adalah di pelelangan seorang gadis yang berkedok wine langka.

Ya, mereka adalah salah satu dari beberapa kelompok mafia yang menguasai Kota Kwangya. Mereka lebih menjurus pada perdagangan manusia, senjata ilegal, dan obat-obatan. Tidak sampai ke tahap perdagangan organ.

***

"Baik. Rapat kali ini saya akhiri sampai disini. Selanjutnya, saya tunggu laporan kalian dengan tenggat 1 bulan." akhir rapat yang ditutup oleh Taeyong.

Sementara karyawan lain pergi keluar ruangan. Sembilan orang tersebut masih setia berada di ruang rapat.

Tak lama kemudian, ruang rapat menjadi lebih tertutup. Jendela-jendela dan pintu ditutup rapat. Dari luar pun, ruangan terlihat sangat tertutup. Sedangkan, yang berada di dalam ruangan sedang dalam kondisi panas.

"Oke, jadi gimana penjualan bulan ini? Gue ngga mau denger konsumen protes karena cewe-nya udah ngga virgin ya. Toh, mereka bakal 'dipake' banyak orang juga." ucap Taeyong dengan nada khawatir.

"Tenang, yong." ucap Doyoung sambil menenangkan Taeyong.

"Oke. Dari laporan yang gue terima, bulan lalu emang ada yang protes. Tapi, gue nemu sedikit kejanggalan di proses pengiriman-"

"Yap betul, kayaknya ada yang sengaja nuker barangnya. Biar reputasi kita menurun." kata Jaehyun memotong ucapan Johnny.

Ditengah-tengah panasnya rapat hari itu, ada seseorang yang diam-diam menaruh curiga kepada rekannya.

***

Jam makan siang sudah lewat 15 menit yang lalu. Namun, Haechan dan Mark masih setia berada di kantin.

"Chan, lo kepikiran ngga. Kalo ketukernya barang kita kayak dilakuin sama orang dalam." ucap Mark memandang lurus ke arah depan sambil menyeruput es teh manisnya.

"Maksudnya? Ada yang manipulasi gitu? Buat apa, sih. Kan, hasilnya juga buat kita-kita." jawab Haechan ketus.

"Ya, mana gue tau. Kan, gue bilang 'kayaknya'. Dendam kali." akhir Mark sambil mengidikan bahu, tanda tak acuh.

Di sisi lain, Taeyong dan Taeil sudah kembali bekerja, mereka masih berkutat pada hasil laporan yang menyatakan tertukarnya barang yang mereka kirim.

"Bang, kalo ketuker tuh, kemungkinannya apa aja sih?" tanya Taeyong, setelah sekian lama membolak-balikkan kertas laporan tersebut.

"Kemungkinan? Maksud lo, gimana? Ya, bisa jadi emang kapal cargonya mirip atau konsumennya yang lagi rada bermasalah. Udah santai aja, itu cuma satu protes dari sekian banyak barang yang kita kirim. Kemungkinan kecil juga buat reputasi kita turun." ucap Taeil dengan bijak.

Taeil, sebagai anggota tertua. Ia sering diajak untuk berunding dengan kepala dingin agar mendapat keputusan yang bijak tanpa merugikan pihak lain. Terutama Taeyong, ia sangat mudah tersulut emosi. Maka dari itu, ia selalu membicarakan masalahnya dengan Taeil.

"Oke, bang. Thanks ya."

N' : The LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang