Prolog

34 8 0
                                    

"Halo Resti, ibu dan bapak sedang perjalanan menuju Surabaya. Apa kau ada waktu ibu kangen." Sebuh pesan masuk, deringnya mengalihkan seluruh pandangan teman-teman sekelas Resti. Si empunya ponsel malah asyik tertidur di meja paling belakang.

"Sssst, Res! Sssst, Resti!" Teman di sebelah gadis bernama Resti menyikut keras berharap Resti akan terbangun.

"Resti Adenia Putri."

"Siap pak hadir." Resti langsung berdiri tegap sembari mengumpulkan lagi nyawanya.

"Hahahaha," tawa langsung menggelegar ke seluruh kelas, Resti mulai mengingat situasi apa sekarang ini. Lalu dengan perlahan menghadapkan wajah ke depan kelas. Di depan nampak lelaki paruh baya berperut buncit memandang tajam ke arah Resti dengan Alis yang hampir bertautan.

"Eh, Pak Setiawan, hehehe, maafkan saya pak," ujar Resti kikuk.

"Pergi ke kamar mandi cuci muka lalu rangkum materi hari ini dua puluh kali," perintah dosen killer di kampusnya itu.

"Apa? Dua puluh kali? Gak kebanyakan pak? Lima kali saja ya pak!" Tawar Resti, pelajaran Literatur selain membosankan juga banyak sekali materinya.

"Kerjakan sekarang tidak ada protes!"

"Baik Pak." Resti bergegas ke kamar mandi dan melakukan hal yang diminta dosennya.

"Resti," samar terdengar suara orang manggil-manggil namanya, spontan Resti celingukan mencari sumber suara tapi kosong.

Diabaikannya suara itu namun suara itu kembali secara berkala membuat bulu kuduk Resti merinding. Dia bergegas lari menuju kamar mandi.

"Ada apa ya? Kok tumben hari ini toilet isinya cowok semua dan kenapa model toiletnya begini? Astaga jangan-jangan aku salah masuk," batin Resti sesaat setelah memasuki toilet. Benar saja karena tadi berlari ketakutan dia jadi salah masuk toilet laki-laki.

"Maafkan saya, saya salah masuk, permisi," Resti kembali melancarkan kaki seribunya keluar namun di pintu masuk malah menabrak seseorang hingga keduanya jatuh terduduk. Sontak pemandangan seorang perempuan keluar dari toilet laki-laki pun menyita semua perhatian pengguna lorong.

"Maaf, apa kau tidak apa-apa?"

"Mungkin seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, apa hari ini kau baik-baik saja? Memang seharusnya manusia tidak melakukan hal-hal hanya karena penasaran." Lelaki itu langsung berlalu meninggalkan Resti yang masih kebingungan dengan perkataannya barusan.

"Lo kenar Der?"

"Gak lah."

***

Gondo Kembang KantilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang