II

249 52 6
                                    

Sinar mentari masih mengintip malu-malu dari sela-sela dedaunan di puncak gunung. Namun Sai dan pasukannya telah siap mengintai dengan dilengkapi anak panah yang ujungnya telah di lumuri racun.

Sedangkan Sasuke sang tiran menunggu dengan gagah di lereng gunung, tempat perang selanjutnya di lakukan.

Dengan jubah kebesarannya ia menunggu. Kuda gagah berwarna hitam berdiri disampingnya. Menunggu untuk ditunggangi.

Di sebelah Kanannya ada Naruto yang juga nampak hebat dengan baju zirahnya. Di tangan kanannya terdapat tombak panjang yang ujungnya juga telah ia lumuri racun. Sedangkan di tangan kanannya terdapat perisai besi. Pertahanan dua sisi.

Aura yang para kesatria itu pancarkan membuat para prajurit dibelakang mereka merasa percaya diri dan memiliki harapan untuk menang.

Meskipun jumlah mereka tidak ada setengah dari jumlah prajurit di perang sebelumnya, namun kali ini tak mampu menggoyahkan keyakinan mereka untuk turut berperang.

Demi kerajaan Uchiha. Demi kejayaan negarinya. Demi kemakmuran keluarga. Mereka akan memenangkan perang kali ini.

Para prajurit negara Suna yang dipimpin langsung oleh Raja Rei Gaara, telah datang. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari perang sebelumnya.

Jumlah prajurit Suna yang kali ini ikut berperang adalah tiga kali lipat dari prajurit Uchiha. Membuat mereka congkak dan meremehkan lawan, mereka yakin akan memenangkan perang ini dengan mudah.

Bendera dari masing-masing negara saling berkibar tertiup angin. Sangkakala terdengar begitu lantang. Menandakan perang siap di mulai.

Prajurit Suna bergerak terlebih dahulu. Mereka memutuskan untuk mengakhiri perang ini lebih cepat. Sedangkan prajurit Uchiha justru tetap berdiri ditempat. Mereka sama sekali tidak bergerak mendekat ke arah lawan. Membuat kesatria Gaara mengerutkan kening.

Gaara memiliki firasat yang buruk tentang ini. Baru sepersekian detik ketika ia berpikir bahwa ini adalah jebakan, hujan anak panah yang entah datang dari mana tiba-tiba saja menyerang pasukannya .

Ratusan prajurit Suna tewas seketika. Membuat kesatria Gaara tergugu ditempat.

Sedangkan dari pihak lawan, kesatria Uchiha tersenyum puas. Ia bersama pasukannya membantai habis prajurit Suna yang tersisa.

Dengan langkah congkak Sasuke menghampiri raja Suna yang saat ini tengah tersungkur diatas tanah karena telah kalah duel dengan kesatria berambut kuning dari kerajaan Uchiha.

Sekujur tubuh milik Gaara terlumuri oleh darah. Sepertinya tubuhnya pun turut terkena racun dari tombak panjang milik Naruto. Ia tidak menyangka bahwa strategi perang yang Uchiha lakukan sungguh sangat matang.

Manik oniks yang sehitam malam itu menatap lawannya yang sudah tersungkur lemah dengan tatapan merendahkan. Pedang hitamnya yang panjang ia acungkan kearah leher Gaara.

"Perang telah selesai. Suna telah kehilangan kejayaannya."

Gaara menggeretukkan rahangnya keras. Tapi tak bisa membalas apa-apa.

"Setelah ini, seluruh penduduk negaramu akan tunduk pada kerajaan Uchiha. Tak terkecuali sang raja yang 'katanya' telah di berkahi dewa."

Sarkasme yang kentara begitu kental di setiap kalimat yang Sasuke ucapkan membuat darah Gaara kembali mendidih. Sayangnya, racun yang berada di dalam tubuhnya sudah mulai melumpuhkan ototnya.

"Atau... Kau bisa menukarkan kebebasan negaramu dengan sesuatu yang berharga?"

Bisikan lirih yang Sasuke ucapkan di kalimat terakhir, membuat Gaara merasa ada harapan untuk mempertahankan nama baik negaranya.

Dengan terpatah-patah, raja Suna menggerakkan jemarinya untuk menggenggam ujung pedang yang saat ini mengancam lehernya.

"Apa mau mu? Akan ku berikan apapun yang kau mau."

Seringai licik terbit di sudut bibir sang Uchiha.

"Ku dengar, saat ini Suna telah memiliki seorang Ratu. Berikan permaisuri Sakura padaku sebagai ganti harta rampasan perang dan syarat pembebasan Suna. Kau setuju, Raja Rei Gaara?"

"BERANINYA KAUUUU...."

Belum juga Gaara menyelesaikan kalimatnya, telah terlebih dahulu terpotong oleh kalimat Sasuke yang begitu mendesaknya.

"Ini bukan saatnya untuk berdebat, Raja Rei Gaara. Ingat, nyawa mu dan kejayaan Suna saat ini tengah berada di genggamanku. Kau sama sekali tak memiliki pilihan saat ini."

"Cih, sial."

Tawa lirih terdengar di sela-sela bibir Sasuke.

"Baiklah - baiklah, aku akan memberi mu waktu selama 3 hari untuk berpikir. Selama 3 hari itu, jangan pernah sekalipun kau mendatangi istrimu. Dan setelah hari ke-tiga berakhir, ku harap permaisuri Sakura telah menginjakkan kakinya di kerajaan Uchiha."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Sasuke Uchiha membalikkan tubuhnya. Pergi meninggalkan Gaara yang mulai kehabisan kesadarannya.



***



Seharusnya ini adalah hari dimana  permaisuri dari negeri yang kalah, tiba di kerajaan Uchiha. Rumor ini telah tersebar luas dikalangan rakyat biasa maupun para petinggi negara.

Setelah beberapa hari yang lalu kesatria sekaligus kaisar, dan juga pendiri kerajaan Uchiha, Sasuke Uchiha; pulang membawa kemenangan dari perang yang panjang. Rumor itu langsung tersebar seperti terbawa angin. Bahkan para penduduk di sudut kota sekalipun tahu.

Saat ini, sang kaisar Uchiha tengah berdiri di depan istananya. Menunggu sosok permaisuri dengan senyum tipis di sudut bibirnya. Hatinya berdebar kencang, perasaannya membuncah begitu mengetahui bahwa permaisurinya akan segera datang.

Ia telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Penyambutan yang meriah, mulai dari pemusik-pemusik handal yang ia datangkan dari negeri yang jauh. Penari-penari dengan tubuh ramping nan indah. Hingga berbagai macam hidangan yang di hias dengan bahan terbaik yang pernah ada.

Perayaan penyambutan sosok 'wanita pengganti rampasan perang', bahkan jauh lebih meriah dari pada perayaan atas kemenangan perang itu sendiri.

Kereta kuda dengan ukiran-ukiran indah khas Uchiha berhenti tepat di depan pintu istana. Sasuke menatap pintu kereta yang terbuka perlahan.

Senyum lebarnya tak mampu lagi ia tahan. Sedetik setelah pandangan mereka bertemu, Sasuke meyakinkan dirinya sendiri, bahwa tidak pernah ada hari yang lebih membahagiakan kecuali hari ini.

Meskipun wajah cantik yang saat ini tengah berdiri di hadapannya ini terlihat begitu mendung. Dengan manik sehijau batu emerald tampak merah dan sayu. Bagi Sasuke, tidak ada pemandangan yang lebih indah dari pada eksistensi makhluk di depannya.

Sasuke mengulurkan tangannya, berharap permaisuri Sakura akan dengan suka rela menyambutnya. Namun, harapan tinggalah harapan.

Jangankan menyambut uluran tangannya, wanita itu justru memilih untuk memalingkan wajahnya dari Sasuke.

Kaisar Uchiha itu tersenyum kecil mendapatkan perlakuan seperti itu dari permaisurinya. Ia menggeleng pelan, bermaksud menghilangkan perasaan kecewa.

"...tak apa, aku mengerti. Pasti tak mudah untukmu. Ku rasa permaisuri Sakura juga merasa lelah setelah perjalan panjang menuju Uchiha. Kepala pelayan, antar permaisuri Sakura ke kamarnya."

Dengan wajah lembut dan senyum di sudut bibirnya, ia memerintahkan kepala pelayan untuk mengantar permaisuri Sakura ke kamar yang akan wanita itu tempati.

"Sekeras usahaku. Sesederhana penolakanmu." Ucapnya lirih.

Ia menatap sendu punggung wanita yang seumur hidupnya ia habiskan untuk mengaguminya. Satu-satunya wanita yang ia harapkan akan menjadi separuh jiwanya.

.
.
.
.
.
.

TBC
.
.
.
.
.
.

Maaf untuk bagian perangnya aku gak bisa bikin scene yang epik. Aku gak begitu tau gimana caranya bikin bagian "pergelutan" bisa jadi keren.

See you next chap...
(づ ̄ ³ ̄)づ

HiRAEThTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang