Ohh
Can't nobody do it like you
Said every little thing you do, hey baby
Said is stays on my mind
And i, i'm officially...Adianna Dhea atau Anna panggilannya, tengah menggantungkan nyanyian dan iringan pada piano yang dimainkan. Beberapa saat yang lalu, ia terbawa suasana karena mengingat mantan kekasihnya, lantas berakhir duduk di depan alat musik di ruang UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Kesenian sendirian.
Suara gemericik hujan dari luar membuat pikirannya melayang pada banyak kenangan. Salah satunya, saat jari-jari panjang seseorang mengusak rambutnya yang tergerai dan berkata,"You did well" tepat setelah ia menyelesaikan mata kuliah yang baginya cukup sulit untuk ditaklukkan.
I'm officially missing you
Lalu diakhirilah lagu itu meski harusnya belum berakhir. Ia hanya ingin membuat perasaannya lega dengan menyuarakan lirik utama. Sungguh, siapapun tak ada yang tahu betapa rindu ia akan sosok yang tengah jauh darinya.
"Itu curhat colongan?" Suara seseorang dari balik punggungnya membuat Anna memutar badan. Ia tersenyum tat kala menemukan Cana yang bersandar di kusen pintu.
"Sejak kapan di situ?" Bukan dengan jawaban, Anna justru menggubris pertanyaan Cana dengan pertanyaan kembali.
"Gamon ya kak? Kak Esa belum balik juga?" Anna mengangkat kedua bahunya, entah bermaksud mengatakan tak tahu atau tak peduli. Tapi untuk opsi kedua itu tidak mungkin terjadi.
Esa itu... mantan kekasih yang jadi alasan Anna galau sore ini. Sebelum kisah cintanya berakhir, Esa atau lengkapnya Mahesa adalah sosok yang selalu Anna cari meski tak pernah hilang, selalu Anna punya tanpa harus dipinta, mungkin bisa dibilang... Esa baginya adalah segalanya.
"Mau kemana?" Pertanyaan Cana ketika Anna melangkah ke arah pintu sambil menenteng tas, membuat pergerakan Anna terhenti.
"Aku izin pertemuan ya sehari, penat banget habis kuis dadakan. Good luck for today, Cana."
Usai pamit yang singkat itu, Anna terduduk di kursi bis paling belakang. Tanpa menunggu lama, bis yang ditumpanginya melaju dengan kecepatan yang rata. Untuk beberapa saat pandangannya mengedar menatap sekitar, sesaat kemudian hanya fokus ke luar jendela yang mengembun dan buram.
Seraya tersenyum pilu, jari telunjuknya mengukir kaca jendela dengan sebuah nama. Mahesa. Lalu ia hapus dengan kelima jari segera. Kepalanya menggeleng berusaha mengusir tiap-tiap kenangan yang datang, lalu meratap, "Mahesa, kapan kamu pulang?"
•••
Bagi Anna, beberapa momen di masa kuliah sudah sesuai dengan yang pernah ia bayangkan. Selebihnya tak terduga, sedikit rumit dan cukup membuatnya kesulitan. Saat ini misalnya, ia kembali dihadapkan pada mata kuliah yang membuatnya tak tahan. Sefokus apapun ia memperhatikan, yang tersampai seperti datang sesaat dan lenyap kemudian.
Ditutupnya perkuliahan bahkan jadi sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Rasanya ia ingin segera membersihkan pikiran dari pertanyaan semacam, "Hah? Apa maksudnya itu?" selagi dosen bersikeras memberitahu tentang segala sesuatu.
"Anteng banget ya Mahesa, punya otak encer kerjaannya belajar sambil jalan-jalan."
Kedua telinga Anna otomatis menajam mendengar teman sekelasnya me-mention nama Mahesa. Dari sudut matanya yang mencuri pandang, sekumpulan orang itu tengah menatap satu layar handphone yang dipamerkan. Ah, mungkin sedang melihat unggahan Mahesa di laman instagramnya. Laki-laki itu memang seringkali memosting tentang kehidupannya nun jauh di sana, membuat siapapun mereka yang rindu dan penasaran jadi mengetahui kabarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SONG [Oneshoot]
Fiksi PenggemarKonon, banyak lagu yang diciptakan terinspirasi dari pengalaman pribadi. Tak jarang, alasan seseorang menikmatinya juga karena merasa ada kesesuaian antara selera, pikiran dan isi hati. Benarkah demikian yang terjadi? Notes: • Berisi tentang potonga...