O1 -

38 6 2
                                    

O1 - Heboh Mas Ganteng

Gayatri Haifa Adiningrum atau yang lebih sering disapa Rifa, perempuan berambut panjang hitam legam dengan penampilan nge-Top yang  mencerminkan profesinya sebagai fashion designer.

Perempuan campuran chinese jawa itu baru saja selesai memparkirkan mobil di halaman depan rumah yang tidak terlalu luas ini. "Assalamu'alaikum, ma," sapanya pada wanita paruh baya yang menenteng bungkusan bubur di dekat gerbang depan.

"Wa'alaikumussalam, nduk. Bubur mutiara mau?," tawar Masayu pada putrinya yang nampak memperhatikan bungkusan yang ia pegang.

Rifa menggeleng pelan, mengalihkan pandangannya ke depan sana dimana seorang penjual bubur keliling yang nampak di keroyok pembeli yang rata-rata ibu-ibu dan wanita muda. Perempuan itu mengernyit kala matanya melihat kumpulan pembeli itu tidak fokus pada dagangan si penjual namun malah melihat ke rumah depan yang gerbangnya terbuka.

"Mereka lagi julid ya, ma? Jangan-jangan mama habis ikutan?," tanya Rifa mengintrogasi Masayu dengan tatapan tajam. Yang diintrogasi menggeleng kuat dengan bangganya.

"Bagus kalau gak ikutan, hebat mama. Tapi ngomong-ngomong kenapa pada lihat rumahnya bunda Wanda begitu deh," herannya kemudian berkacak pinggang menatap lurus ke depan.

Masayu lantas menggeleng dengan decakan disertai tangannya yang mulai menepuk pelan lengan Rifa. "Kepo juga to kamu!," sinisnya kemudian membuat Rifa tertawa kecil lantas mengangguk.

"Itu Mas Jendra pulang, biasa pada pengen lihat katanya Mas Jendra sudah jadi pengusaha loh,"

Rifa menggernyit bingung, berusaha mengingat. Anggukan terlihat saat otak seni perempuan itu mampu mengingat kembali soal pria yang Masayu sebutkan tadi. Bunda Wanda terkenal paras eloknya seperumahan ini membuat ibu-ibu sekitar kadang insecure dibuatnya.

Samar-samar, Rifa mengingat Jendra yang disebutkan. Anak laki-laki bunda Wanda yang berselisih dua tahun dengannya. Beberapa tahun yang lalu pria itu meninggalkan rumah karena harus menempuh bangku perkuliahan dan tidak pernah pulang setelahnya.

"Gitu aja pada heboh," cibirnya mengajak Masayu kembali kedalam rumah. Masayu sendiri tersenyum menggandeng tangan putrinya, "Gimana ndak heboh, Mas Jendra itu pria mapan sudah gitu ganteng dan single mungkin mereka mau menjodohkan putrinya sama Mas Jendra, Kamu mau sama Mas Jendra?," ucap Masayu berdiri di teras  menunggu Rifa yang tengah melepas heels-nya.

Rifa berdecak, "Orang mapan pasti sudah punya calon sendiri, Ma. Rifa gak buru-buru," tolakknya menenteng heels naik ke teras rumah.

"26 tahun, mosok gak buru-buru," timpal Adicandra—papa Rifa dari arah pintu depan. Masayu terkekeh mendekat pada suaminya, asik juga ia punya sekutu untuk meledek Rifa.

Yang diledek beristighfar didalam hati, mama dan papa-nya ini benar-benar kompak bila sudah urusan meledek masa lajangnya. "Rifa ini wanita karir masih banyak yang harus Rifa kejar, nanti saja yo,".

"Kelamaan, mama kan pingin cepet gendong cucu. Rumah ini sudah lama ndak diramein dengan suara bayi," protes Masayu mengerucutkan bibirnya ala ala ngambek, memang tidak ingat umur.

Helaan napas terdengar dari Rifa, bisa panjang urusannya kalau ia terus menjawab, "Ya sudah, papa sama mama saja yang buat adek lagi biar ada bayi disini, Rifa masuk dulu," ucapnya dengan nada bercanda berjalan melewati Masayu dan Adicandra yang saling melempar tatapan.

- o O o -

Lampu-lampu di luar mulai menyala, berbeda dengan kamar Rifa yang gelap dengan sebuah lampu meja yang menyala menyoroti meja kerja yang penuh dengan kertas desain gadis itu. Fyi, Rifa memang lebih menyukai suasana gelap seperti ini lebih tenang menurutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodohku Mas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang