6. Beijing, China

2.2K 580 267
                                    

Haiii ... selamat Selasa malam 👋. Apa kabar kalian semua? Semoga dalam keadaan sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. 🤗😍

Happy Chinese New Year 🎉🎊 buat semua teman2 Mami yang merayakan. Semoga di tahun Macan Air ini, kita semua sehat2 dan rejeki berlimpah dari Tuhan YME. Amin. 😇🤲

3800an kata lho ini ... plis plis ... jangan ada yang protes ya ... 🙏

Happy reading ...

🌸🌸🌸

Senangnya sudah bisa membuat orang lain senang.
-Giraya Mosha

🌸🌸🌸

Jeremiah Einhard Williams

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeremiah Einhard Williams

Kami akan terbang ke Beijing, China!

Sumpah, aku masih kesal pada Giraya, terutama dengan ucapannya semalam. "Tapi Gi nggak mau jatuh cinta sama Abang!"

Dan aku dengan ucapan bodoh yang hampir tercetus tanpa kusadari. "Kalo Abang ..."

Giraya memang tidak meminta aku melanjutkan ucapanku karena dia masih saja bicara. "Soalnya kata Mama, jangan menikah dengan pria tua, karena ..."

"Karena pria tua banyak konfliknya!" lanjutku sinis. "Iya! Abang ingat kamu pernah bilang begitu!"

Giraya malah tertawa dan marahku selalu reda melihat tawa cerianya itu. "Gi tuh nggak mau bilang itu lagi, Bang ... baper banget sih." Giraya berjinjit dan mencubit pipiku dengan gemas.

"Ganteng amat cihh ... jomblo tua ini! Ngegemesin deh."

Marahku benar-benar hilang dan seketika aku ingin membopongnya pergi lalu menyimpannya untuk diriku sendiri. Aku buru-buru menggeleng. Saat ini kalau ingat pikiran gila itu lagi, aku buru-buru menggeleng. Sambil ngebatin, jangan sampe gue naksir bocah ini!

"Gi cuma bilang, kalo spermanya pria di atas 40 tahun biasanya udah keenceran jadi ntar susah punya anak. Cek aja kalo Abang nggak percaya," katanya sambil melirik celanaku.

Aku melongo dan sialnya aku terintimidasi dengan ucapan Giraya itu sehingga tadi pagi aku sengaja menjadi solois hanya untuk mengecek kualitas spermaku. Aku lega, ternyata nggak encer.

Aku memberikan jempol pada sahabatku, si 'burung elang' ini sambil berbisik, "Kamu hebat, man!"

Aku mulai sadar kalau sepertinya aku ini bukanlah aku yang dulu. Aku ikutan berubah jadi sinting dengan berbicara dengan 'burung'ku sendiri.

Saat kami sudah berada di dalam pesawat menuju Beijing, aku menatap Giraya yang sedang membaca buku. Entah apa yang ada di dalam benakku tapi rasanya aku mulai betah berlama-lama menatapnya.

Mungkin Giraya mulai sadar kalau sejak tadi aku memandanginya. Perlahan dia menurunkan bukunya sebatas hidung dan menyipitkan matanya ke arahku.

"Kenapa liatin Gi sih, Bang? Naksir? Bilang dong!"

Love Around The World - Giraya & Jeremiah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang