Terlihat wajah manis itu tak nyaman, alisnya menyipit lalu mengkerut lah dahinya karena paparan matahari yang terasa terik menerpa wajahnya. Namun, bukan hanya itu yang membuat wajah manis itu terlihat tak nyaman, matanya. iya matanya....
Mata yang sendu terlihat kesedihan didalamnya, mata itu memandang jauh... Tampak menatap seorang pria di seberang jalan dan berbicara kepada pria itu dengan matanya. Terkadang diiringi dengan gelengan, dan tak luput anggukan pun sesekali dilontarkannya kepada sang pria itu. Sama halnya pria itu... Mereka saling bicara tanpa kata. Hanya saling memandang dari seberang jalan, dan melihat satu sama lain.
Sampai akhirnya sang pria membelalakkan mata, sambil mengangkat jari telunjuknya serta melangkah maju setengah berlari ketika si gadis manis itu hendak membalikkan badan dan akan melangkah pergi.
Melihat gadis itu hendak pergi makin menjauh, langkahnya semakin cepat. Pria itu berlari berusaha menyeberang dalam keramaian lalu lalang kendaraan yang bising.
Tak butuh waktu lama baginya untuk menerjang jalan itu, kaki nya yang tinggi jenjang dengan sigap dan cepat seperti terbang karena langkah kaki nya yang luas setengah berlari, lalu diayunkan tangannya menggapai jemari si gadis manis. "Senja... Tunggu... Maafkan aku..., tunggu..."
Wajah tercengang senja pun terlihat, mata sedikit melirik kanan kiri sekilas. Lalu wajahnya juga memucat. Bagaikan kehabisan darah. Keringat dingin bercucuran dari pelipis matanya. Fajar pun mengerti arti mimik wajah pujaan hatinya ini. Tak lama kemudian, Fajar segera menarik jemari jemari senja yang menggemaskan lalu digenggam erat, dan akhirnya ditarik ke arah taman cemara dipinggir pantai ini.
Iya, Fajar nama pria itu... Pria yang sangat dikagumi oleh senja selama ini, pria yang selalu membuatnya berdebar-debar sejak berjumpa sampai sekarang. "Mas... Lepasin mas Fajar... Lepasin tanganku mas... " senja memohon dengan wajah yang masih memucat pasi setengah memelas agar Fajar mau melepaskannya.
Langkah memburu sang Fajar membuat senja tertatih-tatih mengikutinya, seolah-olah sengaja melakukannya agar dia tidak mendengar suara senja yang sedang memintanya dilepaskan. Sehingga, Fajar membiarkan suara deburan ombak saja yang menguasai gendang telinganya.
Sambil berjalan, Fajar memandang sudut tempat untuk bisa berbicara dengan senja lebih nyaman. Disudut taman cemara ini ada sebuah bangku duduk yang menghadap bibir pantai sedang kosong, pasirnya yang sejuk, angin yang semilir, deburan ombak yang berisik, berteriak mengisi telinga mereka. perlahan langkahnya semakin tenang... Baik sang Fajar maupun senja. Membuat emosi yang menguasai diri masing masing perlahan terhanyut oleh suara deburan ombak.
Keduanya terpana dengan suasana pantai itu, perlahan Fajar melambatkan kakinya, dimana yang sedari tadi langkahnya lah yang membimbing senja untuk mengikutinya. Begitu pula senja... Yang mulai tenang, wajah pucat pasi nya mulai hilang, darahnya mulai menghangat membuat wajah manis itu kembali terlihat menawan.
Tak henti hentinya Fajar memandang wajah senja saat itu yang terpana dengan tempat ini... Sembari tersenyum tampan yang dihiasi lesung pipi disebelah kanan wajahnya, makin membuat Fajar mempesona.
Sesampai di bangku taman pantai ini, dipersilahkan lah gadisnya ini untuk duduk terlebih dahulu... "Silahkan tuan putri senja yang manis jelita..." Katanya sembari melipat lutut kiri ke pasir pantai dan melipat kaki kanannya menekuk menjadi tumpuan lengan kanan dan lengan kiri tenang disisi samping tubuh kiri nya. Sembari melirik Fajar, senja yang sedari tadi ingin mengomel pun akhirnya hanya bisa melempar gelak tawa karena tingkah Fajar. Gelak tawa bahagia yang selalu dirasakannya saat bersama pria yang dikaguminya ini.
"Ehhem..." Sambil berdehem... Kemudian senja berkata "Terima kasih pangeran Fajar... " Seraya memegang gaun panjangnya yang depan dengan dua jari kanan kiri nya dan membuat sikut lengan nya menyudut membentuk lubang segitiga dalam lengannya kemudian melangkah maju hingga dua tapak kaki ke bangku kemudian membalikkan badan dan duduk dengan anggun... Sambil menahan gelak tawa yang ingin meledak sedari tadi sambil menutup bibirnya dengan telapak tangannya yang dalam.
Mereka saling memandang dan melempar senyum bahagia yang mengisi hati mereka. Senyum itu merekah bagaikan bunga mawar yang mekar tersiram air yang segar. Hati yang satu sama lain terisi penuh akan kasih sayang. Saling mengisi. Saling mengagumi.
***____bersambung___***