satu

17 4 1
                                    

Monday,

Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Sebelum mandi, ku putuskan untuk membereskan kamar ku terlebih dahulu. Melipat selimut, menyapu lantai, menata buku-buku di rak dengan rapi serta menyiapkan seragam sekolah ku. Setelah beres aku mandi.

Hanya butuh 15 menit aku kelar mandi. Kini memakai seragam sekolah. Lalu menyisir rambut ku dan ku kepang keduanya. Dilihat-lihat sudah rapi, ku masukan buku-buku ke dalam tas, kemudian aku keluar kamar untuk sarapan.

Di dapur sudah ada nenekku-Amy. Seperti biasa nenek selalu bangun lebih awal dariku untuk membuat sarapan.

Ku dudukan pantat ku di atas kursi.

Nenek mulai meletakan beberapa piring diatas meja makan.

Menu pagi ini ku lihat telur mata sapi dengan nasi dan kecap, menu andalan dan terlaris dirumah ini. Meksipun sering dibuat, tapi aku sama sekali tidak merasa bosan.

"Makasih nek,"ucapku pada wanita paruh baya itu.

"Makan yang banyak ya,"balas nenek dengan telapak tangan nya mengusap lembut rambut milik ku.

Aku mengangguk.

Bersama nenek aku sarapan pagi. Disusul abangku yang baru saja keluar kamarnya, dia bernama Adnan Arseno. Biasa aku memanggil nya bang Adnan.

"Pagi, dek, nek."Dia menyapa ku dan nenek. Lalu duduk disebelah ku.

"Pagi,"balasku dan nenek kompak.

Kami bertiga mulai menyantap sarapan bersama.

Rasanya senang meksipun hanya tinggal bertiga. Tetapi jujur aku juga ingin seperti orang lain yang bisa dibuatkan sarapan oleh ibunya. Bisa sarapan dengan kedua orang tuanya. Tapi apa boleh buat? bahkan sejak aku berumur 1 tahun, kedua orang tuaku pergi meninggalkan aku dan bang Adnan. sampai sekarang aku belum melihat nya kembali.

Selesai sarapan. Bang Adnan menghantarkan aku ke sekolah dengan naik sepeda, kadang kala aku harus naik bus ke sekolah jika bang Adnan sibuk. Biasalah, karena dia kuliah dan berkerja.

Butuh 15 menit abangku mendayung ahkirnya sampai juga di depan gerbang sekolah ku.

"Abang pergi dulu,"pamitnya padaku.

Aku mengangguk dan mempersilahkan pria berusia 19 tahun itu pergi.

Kemudian aku bergegas masuk ke sekolah sebelum bel berbunyi.

Sekolah elite dengan fasilitas lengkap. Terkenal dan terpopuler. Aku baru masuk di sekolah ini sekitar 3 bulanan lewat jalur beasiswa. Awalnya aku menolak dari permintaan sekolah lamaku, namun apa boleh buat?ini kesempatan yang jarang didapatkan untuk orang-orang dari kaum bawah seperti ku. Memang tidak sia-sia aku belajar.

Aku berjalan dengan santai melewati koridor. Banyak siswa-siswi yang mengobrol didepan kelas masing-masing, ada juga yang bermain ponsel, tentu saja ponsel itu harganya sangat mahal, bahkan bisa membiayai makanku sehari-hari.

Ku teruskan berjalan sambil memegang tumpukan buku ku didada. Seperti kebiasaan dari lahir, aku suka berjalan dengan kepala tertunduk. Tidak tau kenapa, hanya saja aku memiliki sifat pemalu. Gara-gara kebiasaan ku ini, tidak ku sadari, aku menabrak dada seseorang membuat langkahku mundur dan buku-buku yang ku pegang tadi berjatuhan ke lantai.

Bruk!

Aku buru-buru mengambil buku-buku milikku.

Namun seseorang yang ku tabrak ini ikut mengambil buku-buku milikku.

Ku coba menatap wajahnya.

Mata kami pun bertemu.

Jantung ku berdebar kencang dengan tiba-tiba. Kilatan ingatan wajah pria ini muncul dikepalaku.

Dia seseorang yang menyipratkan air hujan dengan mobilnya ke seragam sekolah ku sampai basah, dia pemilik payung transparan itu.

"Kamu-"Aku hendak membuka suara. Namun lenganku ditarik oleh seseorang.

"lo sengaja nabrak dia?"Tanya nya dengan nada ketus. Aku lihat name tag di seragam sekolah nya, dia bernama Alice Anastasia E.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja menabrak nya."ucapku.

"lo ga perlu minta maaf sama gue, tapi lo harus minta maaf pada pria yang lo tabrak. Mengerti?"

Aku mengangguk.

Aku berdiri didepan pria yang dimaksud Alice."Aku minta maaf karena telah menabrak mu,"ucapku dengan kepala yang masih tertunduk.

"lo minta maaf sama gue?atau lantai yang lo tatap itu?"Responnya.

Spontan ku tegakan kepalaku menatap wajahnya.

Aku meminta maaf kembali.

"Kalau jalan hati-hati, jangan sampai kejadian ini terjadi lagi, gue gamau tau,"Pesan pria itu padaku.

"Ini buku lo,"lanjutnya sembari menyodorkan tumpukan buku ditangannya padaku.

"Makasih,"Ucapku kemudian melenggang pergi dari hadapan nya.

Aku masuk kelas dan duduk dibangku ku. Ku letakkan tas di gantungan meja. Lalu aku keluarkan sebuah buku tebal dari dalam tas, ada waktu beberapa menit ku manfaatkan untuk membaca buku.

Namun dipertengahan, fokus ku hilang mengingat kejadian yang menimpaku tadi.

Kenapa aku bodoh sekali? kenapa aku menabrak nya?

Aku mencoba untuk melupakan nya.

Namun teringat jelas janjiku jika bertemu dengannya lagi aku akan membalikkan payung yang dia berikan satu Minggu lalu.

Apa aku harus membalikkan nya sekarang?tanyaku dalam hati.

Apa dia sudah melupakan kejadian itu?

Sebaiknya aku membalikkan nya. Aku tidak suka menyimpan barang dari orang lain dan itu akan membuat ku teringat terus dengan pemilik nya.

Tunggu.

Kenapa aku baru sadar sekarang kalau pria itu sekolah disini?lalu kartu nama yang diberikan, punya siapa?kalau dia seorang bos di perusahaan, bukankah dia sekarang ada dikantor nya?kenapa dia masih bersekolah?apa dia seorang pelajar?

Aku tidak berhenti berpikir. Banyak nya pertanyaan membuat kepala ku pusing.

Tidak ingin buang-buang waktu aku mengeluarkan payung dari dalam tasku dan memutuskan untuk mencari kelas pria itu.

Sayangnya, bel berbunyi. Tidak ada waktu lagi untuk menemuinya. Mungkin saat istirahat saja.

Sekarang aku kembali lagi ke kelas.

Pelajaran pagi ini di mulai.

Dariku Untuk ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang