dua

14 2 0
                                    

At 9:00 am,

Jam istirahat dimulai.

Semua siswa siswi dikelasku berhamburan keluar kelas. Menyisakan aku seorang diri disini dengan kegelisahan.

Entahlah rasa nya aku ragu untuk menemui pria bernama Arkanza itu. Takut jika dia tidak mengenaliku dan mengira aku orang asing yang pura-pura kenal dengannya.

Aku bingung.

Ah sudahlah, Daripada buang-buang waktu lebih baik aku temui saja Arkan.

Tidak peduli jika dia mengenali ku atau tidak. Yang penting aku sudah membalikkan benda miliknya.

Di mana tempat aku mencari nya. Seperti orang gila yang tersesat tanpa arah dan tujuan. Pria itu sulit ditemukan. Berkali-kali aku bertanya dimana pria itu berada pada siswa siswi yang berpas-pasan denganku, mereka menjawab dikelas, di kantin, di toilet dan dimanapun, tapi tidak satupun tempat yang berhasil ku temui keberadaan nya.

Dan hanya satu tempat yang belum ku kunjungi, yaitu atap sekolah. Aku rasa Arkan ada disana, semoga saja. Karena kakiku sudah lemas dan aku merasa sangat cape untuk berjalan bolak-balik tangga.

Perlahan ku buka pintu atap. Udara segar seakan-akan menyambut kehadiran ku.

Ku langkahkan kakiku menuju atap. Ku lihat sekeliling ku tidak ada siapa-siapa, hanya terdapat tumpukan bangku-bangku sekolah. Namun samar-samar terdengar suara dari balik tumpukan bangku-bangku. Dengan langkah hati-hati ku mendekat ke tempat itu dan mencoba untuk mendengar apa yang mereka bicarakan. Dan ku lihat dari celah-celah, terdapat beberapa pria disana termasuk Arkan.

"Sialan!"

"Lo kenapa? Gue liat daritadi bawaan lo kesal mulu, ada apasih?"

"Entahlah,"

"Oh gue tau, lo pasti kesal kan sama cewe yang nabrak lo tadi pagi?btw, gue tau dari Alice. Apa lo mau gue cari tau siapa tu cewe?"

"Ga perlu, dia cuman cewe cupu. Ga terlalu menarik, tapi justru bikin mood gue berantakan pagi ini,"

"lo ga ingat namanya?"

"Boro-boro ingat namanya, lihat wajahnya yang kumel aja bikin gue muak."

"Jangan gitu, nanti lo malah suka,"

Langkahku perlahan mundur. Perkataan Arkan barusan sangat menusuk hatiku. Aku pikir dia orang baik yang pernah aku temui, nyata nya dia sama saja seperti yang lainnya, memandang ku sebelah mata.

"Lebih baik gue jomb—"

Krek.

Bodoh, aku menginjak sebuah kaleng soda. Aku terdiam sejenak, berharap Arkan dan teman-temannya tidak menoleh ke tempat persembunyian ku. Ku tutup mulut ku rapat-rapat saat salah seorang dari mereka berjalan menuju ke tempat ku. Aku gugup dan gemetar takut jika mengetahui keberadaan ku yang baru saja mendengar percakapan mereka berdua.

Semakin dekat derap langkah kaki terdengar. Jantung ku berdebar kencang.

"Siapa disana?ga perlu sembunyi,gue tau loh,"kata sang pemilik langkah kaki itu.

Untungnya seseorang menarik pergelangan tanganku dan membawaku bersembunyi dibalik tembok.

Aku bernafas lega. Salah seorang teman Arkan tidak dapat menemukan diriku.

Tunggu dulu. Lalu siapa menolongku kali ini?

Ku beranikan menatap sisi wajah nya dari samping. Dia seorang pria berwajah tampan dan dingin, rahangnya tegas dan memiliki tubuh atletis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dariku Untuk ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang