Chapter 2

151 22 0
                                        

       Angin bergerak cukup kuat untuk membuat dahan-dahan lebat bergemerisik. Tidak lama burung-burung menyanyikan melodinya, ada suara lain yang mengusik ketenangan senja. Seseorang berlari sekuat tenaga tanpa mengindahkan sesuatu di belakangnya.

" Berhenti mengejarku! Kenapa kau mengikuti! Anjing,sialan!"

       Rasa panik mungkin sudah memakan kewarasannya sampai-sampai dia melupakan bahwa serigala berbeda dengan anjing. Walaupun jika dilihat sekilas mereka terlihat mirip. Orang itu mulai kelabakan, memberanikan diri sedikit melihat ke belakang dan mendapati sesuatu yang dipanggilanya sebagai 'anjing' bergerak kearah yang berbeda.

WHOOSSHH

       Hewan yang sejak tadi mengejarnya mulai melompat dengan niatan meraih target yang ada di depannya. Sebuah keputusan yang salah dia penasaran dan sekarang dia lebih panik dari sebelumnya. Kakinya mulai tidak bisa diajak berkompromi, udara di sekitarnya serasa menolak untuk dihirup.

"TUHAN AMPUNI AKU, AKU TIDAK AKAN MAKAN OMANJU HIDAN LAGI! AAAAARRRGGHH- "

Saat serigala itu akan mencapai targetnya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya dan mendarat dengan kuda-kuda waspada.

"GGGGRRRRRRRRR"

"Pergi, dia tamuku."

        Ucap seseorang yang sudah berdiri tepat di depan orang dengan bermandikan peluh. Tanpa memakan waktu serigala itu segera meninggalakan tempatnya, berlari menjauhi dua orang itu dan menghilang di antara pohon-pohon. Setelah keadaan terasa aman dia mengatur napasnya. Rasa lega tergambar jelas pada raut wajahnya.

" Terimakasih, un."

"Gaya bicaranya," Si penolong memperhatikan orang di hadapannya. Menutup matanya sekejap, mengambil napas dalam-dalam, mengeluarkannya melalui mulut dan mengembalikan perhatiannya.

* SIGH *

" Uwahh... panjang sekali. Kau pasti sial seperti ku juga,ya,un?"

" Ya, Sepertinya aku bertemu dengan seseorang yang kukenal."

        Mata biru itu mulai memandangi seseorang di depannya, bergerak dari atas ke bawah. Memperhatikan dari kepala hingga ujung kaki. Rambut merah acak-acakan seperti baru bangun dari tidur tapi tetap enak dipandang. Tatapan malas dari mata hazel nan mengintimidasi. Wajah datar tanpa ekspresi dan satu hal yang tidak bisa dilupakan. Bahwa dia lebih pantas di panggil 'cantik' daripada dirinya.

        Sembari masih mengamati dan memastikan, mulutnya terbuka sedikit karena rasa kebingungan sebelum akhirnya berubah menjadi senyuman lebar. Matanya berbinar seperti anak yang berhasil melakukan sesuatu sendirian untuk pertama kalinya..

"DANNA!" mungkin dia melupakan 'un' nya karena terlalu bersemangat.

" Kenapa kau kesini lagi?"

" Eh....aku tadi c-cuma jalan di sekitar sini,un"

"Lalu? Tidak-tahu-jalan-ke-desa lagi?

"Hei! A-Aku tahu,un." Berbohong pilihan terbaik menurutnya.

" Baiklah."

" Aku belum selesai bicara,un."

        Seseorang bersurai merah menyilangkan dan menyembunyikan tangan di lengan yukatanya. Melangkah pergi tanpa rasa ragu karena tahu orang itu pasti akan mengikutinya.

***

        Sudah jadwal burung hantu menampilkan nyanyian khasnya. Berlatarkan tirai biru gelap yang luas. Bersinarkan cahaya rembulan yang sepertinya malu-malu dibalik gumpalan awan lembut. Suasana jadi sedikit lebih mencekam dibandingkan sembelum-sebelumnya.

Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang