"Tidak ada yang kejam disini, hanya kondisi yang memaksakan untuk bertindak demikian."
***
"Pelan pelan makannya, lo belum sarapan apa gimana?" Tanya Raga setelah sekian detik menatap Sherein makan.
"Ga bisa Raha ini aklu buru buru bentra lagi mas- uhukhh." Baru aja Raga ingetin udah aja kejadian, Raga hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah menggemaskan teman masa kecil nya itu.
"Padahal udah diingetin jangan buru buru, emang lo paling beda deh Rein. "Kekeh Raga yang mendapatkan pelototan dari Sherein, "Udah bolos aja jam pertama, lo gausah kerajinan banget sekolah."
Sherein mendongak menatap Raga kesal, bagaimana tidak seorang Sherein anak teladan diajak untuk bolos, "Ga bisa nanti nilaiku turun aku gamau Raga, abis ini langsung ke kelas ya."
"Lo ngebet banget sama nilai, buat apaan dah Rein." Pertanyaan Raga sukses menghentikan aktivitas makan Sherein.
Sherein tersenyum, "Aku cuma mau buktiin Ga kalo aku bisa buat Ayah bangga." Ujar Sherein, terlihat Raga mengernyit heran.
"Kan lo kebanggaan om Irsyad, ga inget dulu lo yang jatoh dari sepeda gue yang di salahin." Raga berujar sembari menampilkan mimik wajah sebal, Sherein yang melihat itu tertawa kecil menanggapi Raga.
"Kalo gitu lo tunggu disini dulu." Raga beranjak meninggalkan Sherein sendirian di kantin sekolah, Sherein bingung kemana perginya Raga.
"Ini rambut aku lengket banget lap pake tisu basah bisa ga ya." Gumam Sherein pada dirinya sendiri, segera Sherein menghabiskan sisa nasi goreng buatan bik iem.
Setelah menghabiskan nasi goreng juga teh manis Sherein mengedarkan pandang mencari keberadaan Raga, untung saja ga lama Raga menghampiri Sherein menenteng seragam sekolah.
"Pake ini." Sodor Raga, "Lo ga mungkin belajar make seragam merah kaya gitu."
"Makasi Raga, nanti aku ganti ya duit kamu udah beliin aku seragam baru." Sherein tersenyum manis, mengambil sodoran dari Raga.
"Lo kira gue ga mampu, mending bayarnya lo nemenin gue pulang nanti gimana?" Ajak Raga, "Udah lama juga kan lo ga main bareng gue."
Sherein mengerjap "Kemana Ga?"
"Pokoknya lo bakal seneng." Raga tersenyum tipis melihat wajah Sherein yang kebingungan. "Gue cabut dulu Rein."
Sherein terdiam menatap punggung Raga yang kian menjauh, beralih menatap seragam pemberian Raga, ada rasa hangat menjalar di hati Sherein sungguh hanya Raga yang selalu ada untuknya.
***
Sialan! umpatnya geram.
"Lo kenapa anjir." Ucap Sebastian memecahkan keheningan "Muka lo bonyok gitu."
"Bukan urusan lo." Ujar nya dingin.
Agam yang melihat kedua temannya itu terdiam memikirkan apa yang telah terjadi pada satu teman nya.
"Mimpi apa gue temenan ama lo." Ya mau gimana lagi resiko berteman dengan Dewa.
"Bacot." Jawab Dewa sarkas.
"Itu mulut apa cabe Wa pedes." Ringis Bastian yang di hadiahi tatapan tajam Dewa.
"Wa gue mau ngomong sama lo." Agam buka suara, melirik Bastian yang hanya mengernyit tak paham situasi.
"Lo ngapa natap gue bangsat." Hardik Bastian, "Iya iya gue pergi, pake rahasiaan segala anjing lo berdua."
Agam hanya mengendikkan bahu acuh, mau tak mau Bastian harus ngalah, "Ya kalo mau disini gapapa sih, tapi ga jamin kalo ga diusir Dewa."
Bastian mulai paham,"Serah lo berdua mending gue ajak anak Sargas buat party nanti malem."
Setelahnya Bastian meninggalkan Markas, ya kalo begini mending Bastian sekolah aja, godain adik kelas dari pada ngapelin temen bangsat kaya Dewa.
Dewa menatap malas Agam tak suka, satu alisnya naik menandakan Dewa bertanya.
"Lo yakin ngelakuin itu Wa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari agam.
Dewa terkekeh, "Lo paham gue gimana."
"Muka lo gini juga gara gara dia?" Agam mulai bertanya lebih, untuk memastikan.
Dewa tertawa sumbang, dendam yang sudah lama ditahan seketika kembali menyerang Dewa begitu saja.
"Lo juga tau gue gini kenapa." Agam mengehela nafas mendapat jawaban seperti itu, Lantas mengambil ponselnya dari nakas.
Keduanya kembali bungkam, Agam yang sibuk sendiri berbeda dengan Dewa seolah sedang memikirkan suatu hal.
"Wa gue dapet info katanya Orion bakal balapan ntar malem." Mendengar itu Dewa seketika tersenyum menyeringai.
"Bagus, gue ga perlu repot lagi." Dewa berujar tanpa mengalihkan perhatian dari Agam.
Gaada yang salah kan? dengan Dewa memikirkan cara melenyapkan Orion? salah satu dari list yang akan Dewa selesaikan malam ini, toh gaada yang bakal tau.
"Lo ga lagi rencanain sua-" Agam terdiam atas jawaban Dewa.
"Gue bakal lakuin itu." Dewa menatap Agam tajam. "Lo bakal tau gimana permainan seorang Sadewa Aldebaran."
***
Yeayy!! SHEREIN TWO selesai juga, jangan lupa tinggalin jejak ya guys!
With love
Gulalie1 ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEREIN
Teen Fiction*ON GOING!! --- Ada yang lebih buruk dari kehilangan, melepaskan tanpa sebuah penyelesaian. " Bunda boleh aku ikut ?.. Dunia keras bunda, gaada yang ngarepin aku disini " Lantas gadis itu terisak.