"Gue butuh bantuan Lo." Agam yang sedang memainkan ponsel mengalihkan pandangan melirik Sadewa malas.
"Sorry gue ga tertarik sama rencana lo wa." Mendengar itu Dewa menatap Agam tajam.
"Gue ga minta persetujuan lo." Tekan Dewa.
Agam menghela nafas, Sadewa dengan egonya gaakan ada yang bisa mengalahkan.
Dirasa ini cukup berat Agam hendak memberi protes sebelum mendengar suara pintu markas terbuka dari luar.
"Hallo epribadehhh, diem diem bae nich."
Dewa juga Agam tidak merespon apa apa, sampai terdengar celutukan dari Bastian.
"Alay lo sempak."
"Astagfirullah mulut lo Yan." Bastian memutar bola mata malas mendengar ucapan Bagas.
"Yang satu alay satunya mulut pedes, cape gue denger lo berdua."
"Apa sih beib." Sahut Bagas.
"Anjing! geli bangsat." Gilang bergidik ngeri menatap kembaran Bastian, "Phobia gue deketan ma lo Gas." Sambungnya.
"Bukan kembaran gue." Tekan Bastian.
Bagas menanggapi keduanya cengengesan sambil berjalan menuju dapur, ya kalo udah di dapur ngapain lagi selain nyari makan.
"Sponsor kaga malah makan mulu lo ogeb." Gilang hanya geleng kepala melihat betapa gatau dirinya Bagas.
Sepertinya mulai sekarang lebih baik Gilang punya phobia Bagas agar menghindari kelakuan mines seperti Bagas.
Agam keheranan melihat kelakuan teman nya sedang Dewa bodo amat mau mereka ngapain selama ga ngeganggu it's okay.
"Gam lo serius ga ikut party nih?"
Agam terdiam malah melihat Dewa.
"Gue ada urusan." Jawab Agam seadanya.
Gilang mengangguk anggukkan kepala, menoleh ke Dewa, "Lo Wa gimana?"
"Ga"
"Etdah itu ngomong apa typing singkat bener." Sambar Bastian gregetan, Bastian berani sumpah ngeladenin Dewa sama dengan kamus ngertiin cewe.
Dewa melirik sekilas mengendikkan bahu tanda ia tidak perduli.
"Apaan nich tegang amat muka lo pada." Sambar Bagas yang baru saja selesai dari dapur.
Membawa beberapa cemilan juga minuman, Gilang menyambar salah satunya.
"Eitsss tidak bisa Gilang Mahendra kalo mau lo ambil sendiri." Gilang mendengus pelan.
"Gue ga bisa join party."
Seketika semua mengalihkan pandangan menatap Dewa, sedikit heran karna untuk seorang Sadewa gaakan pernah absen dari dunia malam.
"Gaasik lo Wa, padahal gue udah ngajak Gisel." Balas Bastian setengah kesal.
"Wih seriusan lo, tumben mau diajakin lo."
Tanya Gilang."Jual nama Dewa palingan." Ceplos Bagas langsung mendapat tatapan tajam Bastian.
"Iri bilang boss!"
Agam hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah temen temennya, sedang Dewa hanya diam tanpa ekspresi.
"Gue cabut." Ujar Dewa tiba tiba.
"Kemana dah, baru juga gue sampe main pergi aja lo." Sadewa malah pergi tanpa menjawab pertanyaan Gilang.
Sedangkan Agam mengekori Sadewa dari belakang, keduanya menuju tempat yang akan diadakan balapan.
Keduanya melajukan motor masing masing dengan kecepatan diatas rata rata, Agam mengejar namun sedikit kualahan.
Sesampainya di sana Dewa bersama Agam menuju salah satu tempat tongkrongan anak sargas, gimana pun setiap ada balapan akan diadakan di tempat yang sama, menjadikan beberapa anak motor punya tempat tongkrongan masing masing.
"Wa lo liat arah jam 9."
Langsung saja Dewa menoleh, melihat mangsa di depan mata Dewa menyeringai.
"Lo bawa apa yang gue butuhin Gam."
Agam mengerti, kemudian mengambil beberapa alat untuk aksi Dewa nanti.
"Lo yakin ga bakalan ketauan?" Tanya Agam memastikan.
Dewa tidak menyahut, sudah diperhatikan gaada siapapun, Dewa langsung menuju parkiran anak Dirgam dimana ketuanya Orion, musuh bebuyutan Dewa.
Dirasa sudah aman Dewa melancarkan aksinya untuk memutuskan salah satu rem pada motor Orion, juga membuat beberapa kesalahan pada motor Orion.
"Lo bakalan mampus anjing." Gumam Dewa seraya tersenyum puas.
Berbalik badan tanpa sadar.
Bughhh
pukulan mendarat di pipi kiri Dewa, Dewa yang belum siap pun terpental kebelakang.
"Gue rasa udah cukup lo nyusahin keluarga gue bangsat!"
Dewa sedikit meringis merasakan perih diujung bibirnya, Seraya tertawa meremehkan.
Melihat itu Raga terbawa emosi sampai pukulan kedua mendarat di pipi Dewa.
"Emang bener buat jatuh ga jauh dari pohonnya, sikap lo sama kaya nyokap lo, sama sama perusak kebahagiaan orang."
Mendengar itu membuat emosi Dewa terpancing, bagaimana pun mamanya tidak boleh di jelekkan oleh orang lain.
"Bangsat!" Desis Dewa,
Bugh
Dewa melayangkan bogeman ke Raga membuat Raga terhuyung kebelakang.
Keduanya saling pukul pukulan sampai beberapa orang mulai mengerubungi, bagaimana tidak untuk anak anak balapan hal biasa melihat yang terjadi disini, termasuk pukul pukulan.
Tidak ada yang berniat memisahkan keduanya hingga.
"RAGA STOP!!"
Raga juga Dewa mendengar teriakan itu, keduanya tidak memperdulikan sehingga Raga tanpa sengaja mengenai seorang gadis.
Kepalanya berdenyut hantaman tiba tiba membuat kepala Sherein seperti berkunang kunang hingga kegelapan yang menghampiri Sherein.
Agam berlari menghampiri Dewa, Dewa tidak menggubris kedatangan Agam.
Dirinya sibuk memperhatikan seorang gadis yang sudah di bawa oleh Raga.
Lalu Sadewa tersenyum misterius menatap bagaimana paniknya seorang Raga terhadap satu gadis ini.
menarik. batin Dewa.
***
Gimana nih, lama udah ga update Sherein huhu, semoga suka ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEREIN
Teen Fiction*ON GOING!! --- Ada yang lebih buruk dari kehilangan, melepaskan tanpa sebuah penyelesaian. " Bunda boleh aku ikut ?.. Dunia keras bunda, gaada yang ngarepin aku disini " Lantas gadis itu terisak.