3 days ago...
Author P.O.V
Pagi cerah menyambut hari ini. Burung-burung dengan corak dan warna yang berbeda-beda pun ikut menyambut hari yang cerah ini.
Sinar mentari yang semakin lama semakin panas, tak mengurangi orang-orang yang berniat untuk jogging atau sekedar menyusuri jalan beraspal.
Uuggghhh...
Eehhhmmmm...
Terdengar suara seorang gadis dengan nada seraknya yang khas orang baru bangun dari tidur.
Gadis itu terduduk diranjangnya setelah melakukan beberapa aksi perenggangan otot sehabis sadar dari tidur lelapnya.
Dia mengacak-ngacak rambutnya yang sudah kusut karna terlalu banyak bergerak saat tidur itu.
Beberapa menit kemudian dia pun beringsut turun dari ranjangnya.
Dengan terhuyung dia berjalan kearah sebuah ruangan yang identik dengan sebuah cairan transparan. Air.
Beberapa puluh menit berlalu, gadis itu pun keluar dengan keadaan yang lebih baik dari sebelum ia masuk ke ruangan tersebut.
Dan juga, sekarang hanya sebuah handuk yang melilit tubuhnya tanpa kain-kain lainnya.
Kakinya yang putih nan mulus itu melangkah menuju kearah sebuah lemari besar berbahan kayu jati.
Setelah berhasil membuka lemari itu, ia segera memilih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai pagi ini.
Beberapa menit setelah ia sibuk memilih pakaian, ia pun mengambil sebuah baju atau lebih tepatnya kaos berwarna kuning menyala dan sebuah jeans berwarna hitam.
Ia menuju meja yang khusus diletakkan beberapa alat kosmetik. Dan diatas meja itu berdiri sebuah kaca besar dengan papan kayu tipis sebagai penyangganya.
Poles demi polesan bedak telah menghiasi kulit wajah mulusnya itu.
Ditambah dengan lipgloss yang memper-merah bibir kecil nan manisnya itu yang semakin menambah kadar kecantikan gadis itu.
Setelah melihat wajah cantiknya dengan teliti, ia pun berjalan mendekati pintu kamarnya dan langsung membukanya.
Beberapa anak tangga sudah ia tapaki dengan mudah. Dan kini gadis itu sudah berada di lantai dasar dari rumahnya.
“heh, udah cantik aja nih. Mau kemana neng ?” ujar seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah bertengger di pembatas tangga.
“kerumahnya Diandra. Ngapa !?” balas gadis cantik itu.
“beliin gue mie ayam dong. Gue laper nih.” titah seorang laki-laki yang masih bertengger manis di pembatas tangga itu yang notabene adalah kakak kandung dari gadis cantik itu. “eh, lo nggak boleh bantah. Ini kan hukuman karna elo udah gebukin gue pakek tongkat golfnya bokap. Sekaligus ini hal yang buat gue tutup mulut kalo lo pulang malem kemaren.” sambung kakak kandung gadis itu sedetik saat gadis itu akan mengemukakan pendapat dipikirannya.
Dengan keras dia melangkah menuju garasi rumahnya dan mengeluarkan sebuah motor matic berwarna kuning. Serasi dengan warna baju yang dipakai gadis cantik itu.
“malesin banget sih punya kakak yang tengilnya selangit kayak gitu.” gumam gadis cantik itu saat mengeluarkan motor matic kuningnya.
Kurang lebih 2 menit kemudian ia sudah berhasil menyalakan mesin motornya dan segera pergi meninggalkan pelataran rumahnya.
Tepat pada sebuah taman yang dilengkapi dengan beberapa gerobak-gerobak yang masing-masing diduduki oleh penjual, gadis itu pun berhenti melajukan motor matic kuningnya tersebut.
“bang, bungkus 2 yah bang.” pesan gadis cantik itu pada penjual yang memiliki gerobak bertuliskan mie ayam babe farid.
Setelah memesan pada penjual mie ayam tersebut, ia pun duduk dikursi yang sengaja diletakkan disamping kanan gerobak mie ayam tersebut.
Saat penglihatannya menyusuri luas taman tersebut, tiba-tiba ia memfokuskan penglihatannya pada sepasang wanita dan laki-laki yang sepertinya usia dari wanita dan laki-laki itu tak jauh beda dengan gadis cantik tersebut.
Pasangan itu sedang bercek-cok. Berbanding terbalik dengan kebanyakan pasangan yang lebih suka bermesra-mesraan.
Gadis itu memicingkan matanya sekali lagi untuk memastikan siapa yang ia lihat kali ini.
Sepertinya ia kenal dengan pasangan tak akur itu.
Tapi ia tersentak kaget saat penjual mie ayam tadi menepuk harus bahu kirinya.
“neng, ini mie ayamnya udah jadi.” kata penjual mie ayam tersebut sambil menyodorkan 2 bungkus plastik.
“o-oh i-iya. Ini uangnya.” jawab gadis itu dengan menyodorkan beberapa lembar uang kertas.
“makasih neng.” ucap ramah penjual mie ayam itu dengan senyuman yang mengembang dibibirnya dan setelahnya gadis itu pun beranjak dari tempat duduknya menuju motor matic dengan warna kuning yang mendominasi kerangkanya.
“itu tadi Devan sama cewek genitnya itu kan ? Tapi kok ribut sih ? Biasanya dia kan mesra-mesraan sama cewek genitnya itu.” gumam gadis itu saat sedang mengemudikan motornya.
Perjalanan menuju kerumahnya sekarang diselingi dengan beberapa gumaman.
Ah, kesempatan bagus ini mah. Pikir gadis itu.
“mana mie ayam gue ?” ujar kakak kandung gadis itu ketika ban motornya sudah menginjakkan pelataran rumahnya.
“lo nggak bisa liat ato gimana ?” jawab gadis itu sembari menunjukkan apa yang ada digenggaman tangannya tersebut.
Setelah itu, kakak-beradik itu pun masuk ke dalam rumah. Menuju ke meja yang sehari-harinya dirancang untuk tempat makan dan minum.
Suap demi suap telah mereka lalui.
Tapi tinggal beberapa suap lagi untuk habis, handphone yang dimasukkan dalam saku jeans hitam yang dipakai gadis itu bergetar dan berbunyi secara bersamaan.
Pasti dari Gerald. Pikir gadis cantik itu.
Gadis cantik itu pun mengangkat telfon dan segera menjauhi meja makannya.
“halo ?” sapa seseorang dalam telfon tersebut.
“iya halo. Ngapain lo pakek acara nelfon gue segala ?” tanya gadis cantik itu.
“gapapa sih. Gue cumak pengen ngajak lo maen aja. Gimana ? Mau nggak ?” tanya balik seseorang dibalik telfon itu.
“oh, okey.” balas gadis cantik itu.
”15 menit lagi gue kerumah lo.” dan telfon pun diputus secara sepihak.
♥__★__♥
Gaje nggak sih chapter ini ? Coz gue nggak terlalu bisa bikin chapter yang bahasanya formal semua.
Hehehehe.
Tapi kalo sekiranya chapter ini pantes, tolong vote aja sih yah ?
Tapi jangan lupa juga buat comment. Don't keep silent readers.
Tetep vote chapter-chapter gue selanjutnya okay ?
Thanks...
Dannnn... Bye-bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel
Teen FictionDevan Arya. hhmmm, cowok sombong yang sukanya bikin gue nangis. Tapi, dengan ketolol-an gue, hati gue masih aja tuh berharap sama dia. Tapi, makin berjalannya waktu, hati gue berubah. Apa mungkin hati gue udah punya kandidat pengganti Devan ? ♥__★__...