jericko

247 42 0
                                    

Nayomi melangkahkan kakinya keluar tergesa dari perusahaan, dia terlambat menjemput anaknya yang sedang bersekolah.

Setibanya disana dia melihat sang putra sedang berdiri di depan gerbang sekolah sendirian.

"Abian!"

Nayomi tersenyum cerah memanggil anaknya, disana sang putra sudah menunggu dengan tas dalam gendongannya.

Abian berlari kecil ke arah sang ibu dan disambut dengan pelukan.

"Gimana sekolahnya?" tanya Nayomi mensejajarkan tubuhnya dengan Abian.

"Uhm— menyenangkan! Tadi aku diajarkan menggambar dan menghitung sama bu guru." jelas Abian bersemangat.

"Oh ya?? Memangnya Ian tadi menggambar apa?"

"Gunung, matahari dengan mama dan Ian yang sedang berkebun!" jawab anak itu mengeluarkan hasil gambarnya pada sang ibu dengan gembira.

"Wah, cantik sekali! Pinternya anak mama." puji Nayomi seraya memeluk Abian dan mengelus rambutnya.

"Terima kasih mama. Tapi, apa Ian harus nambahin orang digambar Ian?"

Nayomi mengerutkan dahi, "Hah gimana? Nambahin orang maksudnya, nanny di rumah?"

Abian menggelengkan kepala, "Bukan ma."

"Terus siapa dong?"

"Paman yang sering datang ke sekolah Ian sebelum mama datang menjemput." jawab Abian.

Seketika wajah Nayomi berubah menjadi kesal, "Gak, Ian nggak perlu nambahin siapapun."

"Tapi ma, paman itu bilang kalau dia papa Ian." ujar Abian pelan.

Nayomi semakin kesal mendengarnya, "Ian, mama udah bilang, kan? Orang tua kamu cuma satu, cuma mama. Jadi kamu jangan percaya sama—

Perkataan Nayomi terhenti ketika melihat seseorang berjalan mendekat ke arah mereka. Seketika saja dia menarik anaknya bersembunyi dibelakang tubuhnya. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan setelan jas hitam rapi diikuti dengan dua orang dibelakangnya yang bertindak sebagai bodyguard laki-laki itu.

"Are you fucking crazy?" maki Nayomi saat jarak laki-laki tidak terlalu jauh darinya.

Berbeda dengan Nayomi yang meledak karena emosi, lelaki itu justru terus saja berjalan dengan santai ke arah Nayomi sambil berkata, "Are you going to keep cursing out loud in front of a child? You’re such a bad parent."

Ah iya, Nayomi lupa dia telah kelepasan berbicara. Dengan cepat dia langsung menggendong Abian yang dari tadi terus mencuri pandang pada laki-laki itu. Laki-laki tersebut yang melihatnya melambaikan tangannya dan memberikan senyuman ramah pada Abian yang membuat anak kecil itu membalas lambaian itu.

"Ian tunggu disini dulu, oke? Kunci mobilnya, jangan dibuka kalau bukan sama mama." perintah Nayomi sebelum menutup pintu mobilnya.

Nayomi menarik napasnya sebelum kembali ke tempat tadi, "Lo itu kenapa sih? Gue udah bilang kan gue gak mau! Lo mau uang? Gue bisa kasih berapapun yang lo minta, coba sebutin berapa yang lo mau?!"

Lelaki itu mentap Nayomi datar, "Do I look like someone who really needs your money? If yes, then I am the one who is richer than you, Nayomi Adijaya."

Nayomi memutar bola mata malas,

"Langsung keintinya aja lo mau apa tuan Jericko?" tanya Nayomi dengan nada mengejek.

Jericko tertawa mendengarnya, "You know why I’m here and why am I persistent on bugging you, right? I’ve said it to you many times. Should I repeat it again?"

"SHUT UP!!" Nayomi memggepalkan kedua tangannya kuat-kuat menahan emosi dan keinginan untuk menonjok orang dihadapannya ini, "GAK AKAN. GUE GAK AKAN KASIH ABIAN KE LO!"

Entah kapan kini tangannya sudah menarik jas hitam Jericko dengan kasar. Para bodyguard yang ada dibelakangnya hendak menghentikan aksi Nayomi, namun sang tuan memberi kode untuk diam saja.

"Gue udah bilang juga, gue gak akan ambil Abian kalau lo setuju punya anak kedua sama gue," kemudian Jericko menyingkirkan genggaman kasar Nayomi dari kerah jasnya, "Lo cuma perlu tanda tangan perjanjian itu dan semuanya beres."

"Gue gak mau punya anak kedua sama lo!" tolak wanita itu tegas.

"Nayomi, gue butuh penerus. Anak kedua kita nanti akan gue ambil dan Abian bisa terus sama lo tanpa gangguan dari gue lagi. Selama lo hamil gue janji akan kasih proteksi penuh dan semua kemauan yang lo mau."

"Kenapa harus gue?! Bukannya lo bisa ya tidur sama siapa aja dan buat anak sama mereka?" tanya Nayomi ketus.

"Because you are special," jawab Jericko dengan senyuman kecilnya, "I'm just giving you one more week to think about it, if you still refuse. I will take Abian from you, and you will not be able to see the sun rise again and sleep forever."

Nayomi terdiam mendengarnya, napasnya jadi tercekat. Wanita itu mengutuk Jerciko yang sedang berjalan memasuki mobilnya.

Seharusnya mereka tidak akan bertemu lagi setelah malam itu, tapi takdir malah mempertemukan nya.

Jericko sendiri juga tidak ada niatan untuk mengetahui Nayomi itu siapa. Tetapi hal yang sebelumnya tidak penting sekarang berubah menjadi penting saat dia tahu bahwa percintaan satu malam itu menghasilkan keturunan.





to be continued.

lebenslinieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang