Bagian Keempat

152 15 1
                                    

Tidak ada yang bisa menduga kapan kematian akan datang. Tidak ada yang bisa menebak kapan ajal akan menjemput. Semua terjadi tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.

Entah saat kita dalam keadaan siap untuk menghadapi kematian itu, atau bahkan disaat kita belum siap untuk meninggalkan semua urusan kita di dunia.

Yang jelas, tidak ada yang tahu pasti kapan usia seseorang berhenti. Kapan kematian seseorang datang.

Kita hanya bisa menunggu, entah menunggu kabar kematian orang terdekat atau bahkan kematian diri kita sendiri.

Harusnya semua orang sudah siap karena kematian sudah sering kali diberitahukan akan terjadi meski entah kapan. Harusnya manusia tidak heran lagi ketika mendengar kematian orang terdekat atau bahkan dirinya sendiri.

Tapi, nyatanya tidak semudah itu untuk benar-benar memantapkan hati untuk menyambut kematian.

Bukan hanya tentang rasa sakitnya, namun kenyataan bahwa kita tidak akan pernah bertemu lagi dengan semua orang yang berharga dalam hidup kita, menjadi sebuah ketakutan yang membuat kita tidak siap untuk menghadapi kematian itu sendiri.

Kenyataan bahwa, kematian mengakhiri lembaran buku kenangan kita dengan semua orang. Berhenti sampai disana. Meski kita masih menginginkan buku itu akan terus bertambah lembarannya, tanpa mengenal kata habis.

"Jimin hyung, apakah hyung pernah berpikir bahwa semua orang di dunia ini ternyata adalah orang jahat?'"

"Tentu saja aku pernah memikirkannya. Tapi dibandingkan dengan pemikiran itu, aku lebih percaya jika semua orang di dunia ini adalah orang baik."

"Oho, kau memang Jimin hyung sejati. Pemikiran mu selalu saja positif, hyung."

"Kau membuat ku malu, Jungkookie."

"Tapi apa yang membuat mu lebih percaya bahwa semua manusia di dunia adalah orang baik, hyung?"

"Kau banyak bertanya sekali sih."

"Aish, apa susahnya menjawab pertanyaan ku itu. Ayo, jawablah."

"Hm. Karena manusia terlahir dalam keadaan yang murni dan suci. Lagipula, Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia untuk berbuat kejahatan."

"Lalu penjahat diluar sana? Orang-orang yang kini mendekam di penjara karena berbuat kejahatan, bukankah mereka termasuk ke dalam orang jahat ?''

"Hng. Tapi Tuhan tidak menciptakan mereka murni sebagai penjahat. Kadangkala, ada manusia yang menjadi jahat karena dia terlalu banyak menerima luka, ada juga manusia yang menjadi jahat karena kurang bersyukur dengan apa yang dia miliki. Dengan apa yang telah Tuhan beri. Jadi, ya, tidak ada manusia yang benar-benar murni terlahir sebagai orang jahat. Menurut ku begitu."

Jungkook masih mengingatnya. Hari itu, disaat hujan turun mengguyur kota Seoul, dirinya dan Jimin tengah duduk berdua sembari menikmati secangkir cokelat hangat di teras rumah.

Jimin dengan hati nya yang murni, dengan pemikiran positif nya yang selalu membuat Jungkook kagum dengan kakak nya itu.

Jimin terlalu baik. Bahkan dia adalah manusia paling baik yang pernah ia temui setelah kedua orang tuanya.

Jungkook tidak ingat secara pasti, namun ketika dia merasa tubuhnya diangkat, dia samar-samar melihat Jimin yang tengah tersenyum ke arah nya. Senyuman yang cantik dan indah sampai Jungkook merasa jika semua itu bukanlah mimpi.

Jungkook tidak bisa mengeluarkan suaranya, dia tidak bisa mengangkat tangannya, tubuhnya terasa kaku namun meski begitu, matanya masih dapat melihat sosok Jimin meski samar.

Never Meet The Ground (BERLANJUT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang