Sejak kita memutuskan berhenti.
Aku tak berani lagi menapaki memori.
Karena aku takut laguku berisi kamu.
Berisi pengakuan tentang keegoisanku.Lagu Inception dari Airman mengalun lembut di sebuah kamar bernuansa putih biru. Pemiliknya sedang asik melukis gambar yang telah ia buat sketsanya seminggu lalu, di tengah kesibukannya, dia menyempatkan untuk mewarnai sketsa itu hari ini. Sudah dua minggu ia tidak memiliki waktu luang karena jadwalnya semakin padat dan hari ini ia hanya memiliki waktu luang mulai tengah hari setelah selesai mengecek lirik yang akan digunakan di lagunya.
Ting!
Hye Rin: Hari ini ada jadwal rekaman jam 4, jangan lupa.
Pesan dari Hye Rin, managernya tersebut membuyarkan konsentrasinya mewarnai, dilihat jam sudah pukul 14.23, ia segera bergegas membereskan mejanya dan beranjak ke kamar mandi.
Namanya Nadia Kinandita, seorang penyanyi yang debut di Korea lima tahun lalu. Wajahnya yang cantik, serta kecerdasannya dalam mengolah musik menjadikannya salah satu penyanyi papan atas. Keahliannya di bidang seni bukan hanya di musik, tetapi ia juga pandai berakting dan telah memainkan beberapa drama. Tahun ini ia akan meliris albumnya yang ke 8.
Selesai mandi, ia memakai kaos oversize abu-abu, dilapisi vest maroon di luarnya serta celana jeans. Ia memoleskan cushion tipis dan lip tint di bibir tipisnya, mengambil jaket dan tas lalu beranjak keluar dari apartemen dan menuju basement. Ketika lift terbuka, dilihatnya mobil managernya telah menunggu di basement.
"Cepetan, udah jam berapa ini Nadia?" Ucap managernya geregetan karena menunggu lama di basement.
"Maaf unnie, aku tadi ketiduran." Dia terpaksa berbohong, atau managernya akan mengomelinya dengan panjang lebar jika tahu Nadia keasikan menggambar.
Nadia duduk dengan tenang di kursi belakang dan membuka hpnya.
Ting!
(Fadira mengirim sebuah gambar)
Fadira : Beneran datang kan? Kalo enggak kakak bakal nangis
Nadia: Iya kak, pasti datang
Fadira: Aaaaa sayang deh sama Nadia
Dua minggu lagi Fadira dan Nathan akan menikah, dan Nadia akan ke Indonesia tiga hari sebelumnya. Mengambil cuti selama seminggu sambil menyempatkan diri jalan-jalan di hiruk pikuk kota Jakarta. Menjelajahi memori yang terkubur selama lima tahun terakhir.
Pulang kali ini tidak terasa seperti pulang sebelum-sebelumnya, padahal akan ada hari bahagia bagi sepupunya. Tapi bukan itu yang mengganjal hati Nadia, tetapi kehadiran seseorang yang mungkin akan datang ke acara tersebut. Seseorang dari masa lalunya yang mengukir rasa bersalah di diri Nadia.
Demi bisa menghadiri pernikahan Nathan dan Fadira ke Indonesia, Nadia rela memadati jadwalnya untuk minggu ini. Proyek lagu yang ia garap juga sudah sampai tahap rekaman, jadi tinggal beberapa langkah lagi untuk album tersebut selesai. Dan hari ini ia akan rekaman tiga lagu sekaligus yang bisa selesai sampai dini hari.
"Nadia, yuk dimulai" Ucap Jung Ryu Tak yang telah bersiap dengan alat-alat rekaman di depannya.
Nadia memasuki ruang rekaman dan memakai headphone, mulai membaca lirik dan mencocokkan nadanya. Rekaman lagu pertama dan kedua berjalan dengan lancar, para staff terlihat senang karena keprofesionalan Nadia.
"Istirahat setengah jam ya" Ucap Sung Bin kepada Nadia dengan tersenyum. Nadia membalas senyumannya.
Nadia menyesap kopi yang telah dibelikan manajernya dan duduk di sofa sembari mengecek handphonenya. Ia membuka aplikasi instagram dan men-scroll snapgram. Ia tersenyum melihat snapgram Fadira yang sedang mencoba baju pengantinnya. Nadia terus men-skip snapgram, sampai salah satu snapgram seseorang yang menampilkan foto deretan buku di sebuah perpustakaan yang sangat Nadia kenali. Nadia terdiam sesaat, maksud kamu apa sih, pikirnya.
***
Dua bulan lalu saat Fadira video call dengan Nadia setelah mengirim undangan pernikahan, perasaan Nadia hanya diliputi perasaan bahagia melihat wajah Fadira yang tidak berhenti tersenyum.
"Kamu bisa datang atau enggak Nad?" Tanya Fadira, sahabatnya sekaligus calon kakak sepupunya itu tahu bahwa Nadia sedang sangat sibuk mempersiapkan album terbarunya.
"Aku usahain datang kak, ini kan momen penting, aku harus lihat secara langsung dong," jawab Nadia. Meskipun ia sendiri tidak yakin apa semua jadwalnya bisa dipercepat.
"Kalau kamu sibuk gak apa-apa kok, kakak gak maksa," Fadira mencoba untuk meminta kepastian pada Nadia. "Daripada kamu bilang bisa, terus gak datang, kan kakak bakal kecewa." Ucapnya lagi.
Nadia tertawa melihat sifat sahabatnya ini masih sama seperti dulu, "Pasti aku datang." Jelas Nadia.
Kemudian Nadia terdiam, teringat sesuatu yang membuat hatinya bimbang. Fadira melihat perubahan ekspresi Nadia, lalu berhenti tersenyum. Ia tahu apa yang Nadia pikirkan.
"Tentang dia..." Ucapan Fadira terhenti, "dia belum tahu bisa datang apa enggak soalnya katanya dia lagi di luar negeri." Lanjutnya.
Nadia menatapnya dengan alis terangkat, lalu tersenyum, "Em, lagian dia datang juga aku gak apa-apa kok, itu urusan dia." Ucap Nadia.
Fadira tahu itu bohong, Fadira tahu Nadia tidak nyaman memikirkan hal ini.
Setelah menyelesaikan video call dengan Fadira, Nadia masih bisa berpikir tenang dengan kemungkinan dia tak akan datang ke acara tersebut. Ia mulai memikirkan bagaimana agar jadwalnya selesai sebelum acara pernikahan itu. Hingga sebulan sebelum rencana kepulangan Nadia ke Indonesia, dia melihat snapgram seseorang yang tiba di bandara Soekarno Hatta. Nadia terdiam dan menghela napas dalam-dalam.
Ting!
Fadira: Nad, dia pulang.
Tapi kamu pasti datang kan?
Nad...
Are you okay?
Nadia: Iya kak, tenang aja.
Aku gapapa.
Fadira: Okay, semangat Nad!
Di sana, Fadira tahu Nadia tidak baik-baik saja.
***
"Nadia, untuk lirik di lagu ini jadi kamu ubah?" Tanya Sung Bin yang sudah duduk di depan Nadia. Nadia hanya termenung dan tidak mendengar pertanyaan itu.
"Nadia... Nadia!" Panggil Sung Bin dengan suara agak ditinggikan. Nadia terkejut dan meminta maaf lalu Sung Bin mengulang pertanyaannya.
Nadia mengangguk, "Sudah selesai aku perbaiki" Jawab Nadia.
"Are you okay?" Tanya managernya.
"I'm okay, just...tired," jawab Nadia.
"Baiklah, jadi ini rekaman terakhir kamu ya" Ucapnya yang dibalas anggukan oleh Nadia.
Rekaman hari ini berjalan lancar meskipun beberapa kali Nadia terlihat tidak fokus dan termenung. Nadia menghela napas dalam-dalam, hari sudah berganti dan jam menunjukkan pukul 02.43 pagi. Tenggorokan Nadia sudah agak sakit karena rekaman tadi.
Nadia mencoba memejamkan matanya, tetapi tetap tidak bisa. Seharusnya dalam keadaan lelah begini matanya langsung terlelap, tetapi pikirannya tak mau diam. Dia beranjak dari tempat tidurnya, mengambil sebuah buku dari rak dan mencari halaman kosong. Buku itu berisi bait-bait lirik yang kebanyakan sudah ia gunakan untuk lagunya.
Masih satu minggu lagi menjelang acara itu tetapi ia sudah merasa gugup hanya dengan membayangkan hal itu. Bagaimanapun ia harus hadir dalam acara itu jika tidak ingin Nathan marah padanya, lagipula Nadia tidak tahu apakah orang itu akan datang atau tidak. Nadia hanya ingin mengatur hatinya agar tetap biasa saja. Nadia hanya merasa tidak siap untuk melihat bagaimana mata itu menatap Nadia yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe If I
RandomJika kita tidak sengaja bertemu kembali. Jika aku memperlakukanmu sedikit berbeda. Tolong pahami, aku hanya merasa bersalah pada bagaimana kita putus. Aku merasa bersalah karena tak pernah bisa menemukan alasannya. Semua terjadi begitu saja. Aku ha...