Pukul 09.17, laki-laki itu mengerjapkan matanya dan kembali memeluk bantal guling di sampingnya. Ia sedang menerka-nerka apa yang akan dilakukannya hari ini dan siapa yang bisa ia temui hari ini. Matanya menatap kosong pada gambar peta di depannya, tidak ada hal yang terlintas di kepalanya selain jalan-jalan, itupun membosankan. Ia ingin mengajak seseorang tapi ia takut menganggu waktu mereka, apalagi ia jarang berhubungan dengan teman-temannya di Indonesia. Ia pun menarik selimut dengan kesal dan menutupi seluruh tubuhnya.
Drrtttt...drrttt...drrttt...
"Halo..."
"Halo Vi... Pasti Lo lagi di rumahkan?" Terdengar suara di seberang sana. Yang ditanya hanya berdehem mengiyakan.
"Ke cafe Doremi jam 10, gue tunggu!" Lalu panggilan tersebut tiba-tiba di akhiri oleh pihak yang memanggil tanpa menunggu respon darinya.
Ia sudah menduga bahwa temannya ini akan mengajaknya keluar tanpa basa-basi, ia sudah hafal dengan sikapnya. Kali ini ia bersyukur dalam hati karena sudah ada jawaban dengan siapa dia akan pergi hari ini.
Namanya Deandra Ravi Geovani, seorang arsitek lulusan Kanada yang sekarang telah menyelesaikan banyak proyek dari dalam dan luar negeri. Sejak SMP, dia sudah menyukai dunia arsitektur, dan setelah masuk SMA dia menyadari bahwa arsitektur bukan sekedar gambar gedung melainkan banyak hal rumit yang harus dia pahami dan selesaikan. Karena kecintaannya dengan gedung-gedung bergaya kuno, dia melanjutkan kuliah S2 arsitektur di luar negeri.
Setelah mendapat telepon dari temannya, Nathan, Ravi memiliki sedikit semangat untuk menjalankan liburannya hari ini. Sudah dua minggu sejak proyeknya selesai, dia memutuskan untuk beristirahat pulang ke Indonesia selama dua bulan. Tetapi, belum genap sebulan di Indonesia dia sudah sering mengeluh karena bingung harus melakukan apa selain bermain.
Ia segera beranjak dari kasur, mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Hari ini ia putuskan untuk bermain seharian bersama Nathan, jika Nathan tidak sibuk tentunya. Ia tahu bahwa pernikahan Nathan dan Fadira tidak lama lagi, tentunya ia diundang. Maka dari itu, ia ingin menikmati masa-masa bisa bermain dengan Nathan sebelum Nathan menjadi seorang suami.
***
Hari ini Nadia tidak ingin melakukan banyak hal karena tinggal beberapa jam lagi ia akan melakukan penerbangan 10 jam dari Korea ke Indonesia. Semua telah disiapkan sejak minggu lalu. Tidak banyak yang ia bawa, hanya dua koper berisi baju dan beberapa oleh-oleh untuk sepupu-sepupunya yang menyukai pernak-pernik Korea."Penerbangan jam berapa?" Tanya Min Kyung Hee, sahabat Nadia sejak kuliah yang berprofesi sebagai guru seni musik di salah satu sekolah seni. Ia hari ini memutuskan untuk menemani Nadia di rumah sebelum keberangkatannya ke Indonesia sekaligus mengantarkan pesanan ibunya untuk Nadia. Ibu Kyung Hee sudah membawakan aneka teok--kue beras-- untuk oleh-oleh Nadia ke Indonesia.
"Jam 10 malam nanti," jawab Nadia.
"Nanti aku saja yang mengantarmu," ucap Kyung Hee.
Nadia mengangguk mengiyakan, "Nanti Ju Yong dan Luna juga ingin ikut mengantarku." Ucap Nadia.
"Baiklah," ucap Kyung Hee.
Nadia memiliki banyak teman karena sifatnya yang friendly, tetapi hanya beberapa yang dapat dikatakan sahabat. Lee Ju Yong menjadi sahabat Nadia sejak trainee, dan Luna dekat dengan Nadia karena proyek drama. Nadia bersyukur memiliki sahabat di tengah kehidupannya di dunia hiburan.
Nadia dan Kyung Hee sedang membuat bibimbap untuk makan malam. Ada beberapa sayuran sisa di kulkas yang sayang untuk dibuang saat dibersihkan tadi, jadi Nadia mengumpulkan beberapa sayuran untuk dibuat bibimbab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe If I
RandomJika kita tidak sengaja bertemu kembali. Jika aku memperlakukanmu sedikit berbeda. Tolong pahami, aku hanya merasa bersalah pada bagaimana kita putus. Aku merasa bersalah karena tak pernah bisa menemukan alasannya. Semua terjadi begitu saja. Aku ha...