• Sirius Killed •
Aku tidak tahu berapa lama kami menghabiskan waktu untuk tiba di London, atau lebih spesifiknya di kantor Kementerian Sihir. Berkat ide cemerlang Luna, kami sepertinya tiba dengan cepat di gedung besar ini. Walau pipiku keram menahan dingin selama perjalanan tadi. Tapi setidaknya aku bisa menghangatkan badan ketika masuk ke dalam Kementerian.
Gedung gelap bernuansa hitam itu sudah sepi. Mungkin karena ini sudah malam dan para pekerja pasti sedang berada di rumah mereka sambil menikmati makan malam. Ah, omong-omong soal makan malam, aku jadi berpikir tentang menu makan malam Hogwarts malam ini. Tapi sepertinya aku akan melewatkan jam makan malam hari ini.
Dan tentu karena kantor ini sepi, Voldemort pasti dengan mudah menyusup ke dalam. Dia tentu tidak bodoh dengan masuk ke dalam Kementerian ketika gadung ini penuh dengan pekerjanya. Bisa-bisa hari ini juga dia akan berada di Azkaban, mendekam di balik penjara yang katanya susah untuk di bobol. Tapi aku ragu itu masih berlaku bila mereka menahan Voldemort di sana. Bellatrix Lestrange saja bisa kabur dari sana, apalagi Pangeran Kegelapan itu.
Lantai batu yang dingin mengiringi langkah kami menuju pintu hitam kecil yang kini sudah berada di hadapan kami. Kami bertujuh saling tatap sebelum memasuki ruangan yang aku tahu bernama Departemen Misteri itu. Sama-sama menarik napas dan menelan saliva sendiri. Tentu saja kami semua tegang sebelum memasuki ruangan. Menebak-nebak tentang apa yang menunggu kami di dalam sana.
Tapi walau di lapisi rasa takut dan cemas, kami tetap masuk ke dalam. Lagi-lagi kami berhadapan dengan kegelapan. Tidak ada cahaya yang menerangi ruangan itu selain cahaya dari ujung tongkat kami. Lumos.
Dengan cahaya yang seadanya, aku bisa melihat ribuan rak besi yang ujungnya nyaris tidak kelihatan. Mungkin karena terlalu tinggi dan terlalu banyak. Di atas rak-rak itu ada lebih banyak bola kristal berwarna biru, mirip seperti bola kristal milik Profesor Trelawney. Jadi aku menyimpulkan bahwa bola itu berisi ramalan. Hermione juga mengatakan seperti itu.
Kami berjalan perlahan dalam formasi. Tapi sesaat kemudian Harry melangkah dengan buru-buru sambil menghitung rak-rak yang ia lewati. "Sembilan puluh lima..." gumamnya sebelum akhirnya berhenti.
Harry menyinari lantai batu dengan ujung tongkatnya. Dan aku juga bisa melihat bahwa di sana tidak ada apa-apa. Ku lihat Harry berbalik menatap kami dengan wajahnya yang tegang, "dia seharusnya ada di sini."
Laki-laki berkacamata bulat itu terlihat pasrah ketika tidak mendapati Ayah Baptisnya di tempat yang muncul dalam benaknya. Sementara aku hanya mampu menelan salivaku entah untuk keberapa kalinya. Sepuluh? Sebelas? Aku tidak menghitungnya. Terlalu cemas memikirkan kejadian apa saja yang akan menimpa kami malam ini.
"Harry," tiba-tiba Neville berseru sambil menatap bola kristal kecil yang terletak di salah satu rak, "tertulis namamu di sini."
Harry kemudian mendekat. Menatap kami dengan ragu-ragu sebelum akhirnya mengambil bola kristal itu. Kalau aku tidak salah dengar, bola kristal biru itu bersuara. Mengatakan : Orang yang memiliki kekuatan untuk memusnahkan Pangeran Kegelapan telah datang. Dan Pangeran Kegelapan akan menganggapnya sebagai lawan yang seimbang tapi dia memiliki kekuatan yang tidak di ketahui oleh Pangeran Kegelapan. Karena tidak ada yang dapat hidup jika belum ada yang mati.
Kemudian suara itu menghilang seiring dengan seruan Hermione yang menyerukan nama Harry. Hermione menatap lorong gelap di sisi kiriku, membuat aku juga ikut menoleh ke sana. Aku terkejut begitu mendapati sosok lain di ruangan yang sama dengan kami. Sepertinya itu Pelahap Maut.
Harry berdiri di depan kami, menodongkan tongkatnya ke depan untuk mencegah hal buruk terjadi. "Dimana Sirius?" katanya.
"Kau tau, kau benar-benar harus mempelajari perbedaan antara mimpi dan kenyataan," kata Pelahap Maut itu membuka topengnya. Lucius Malfoy. Kali ini aku malah terjebak bersama ayahnya setelah lolos dari anaknya. "Kau hanya melihat apa yang Pangeran Kegelapan ingin kau lihat. Sekarang, berikan aku ramalannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY || Draco Malfoy
FanfictionHanya sedikit kisah tentang aku, Christy Copper. Murid tahun kelima di sekolah sihir Hogwarts yang mencintai dia, Draco Malfoy. "𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒𝚖𝚞, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚊𝚙𝚊𝚔𝚊𝚑 𝚋𝚒𝚜𝚊?" -𝙲𝚑𝚛𝚒𝚜𝚝𝚢 𝙲𝚘𝚙𝚙𝚎𝚛 . . . - All characters, st...