Trigger Warning: murder, violence, implied/referenced torture.
┈── : ✦ : ──┈
Satu bulan telah berlalu sejak Jungkook tinggal bersama Taehyung. Saat ini keduanya sedang berjalan-jalan pada waktu yang cukup larut. Kebutuhan untuk membeli camilan malam memang tidak bisa ditunda.
Setiap suara dari bayang-bayang gang kecil ataupun gema yang melolong dari sudut kota membuatnya berpegangangan erat pada pemuda yang lebih tua. Taehyung tetap berjalan dengan tenang—membuatnya merasa aman, sebab Jungkook pikir lelaki disampingnya itu tidak takut pada apapun meski situasinya cukup rawan mengingat daerah yang mereka lewati cukup lengang.
Mereka melalui sebuah bangunan yang nampak seperti gedung tak terpakai dengan figur seorang pria tinggi—sangat tinggi, bertubuh besar dengan sebuah pierching di hidungnya tengah berdiri kokoh menghalangi pintu masuk. Tubuhnya hampir serupa dengan lebar pintu yang dijaganya. Pria itu terlihat mengintimidasi dengan busana serba hitam dan sepatu bot spike-nya.
"Oi!" Pria itu berseru, Taehyung dan Jungkook seketika berhenti. Tidak lama lelaki berotot itu berbicara lagi, "Bos telah mencarimu, katanya ada pekerjaan lain—" dia sempat berhenti di tengah kalimat ketika matanya tertuju pada Jungkook, seorang bocah remaja yang sengaja bersembunyi di balik mantel oversized Taehyung.
Pria tadi lalu tertawa sebelum bertanya, "Kau punya anak, Taehyung-ie? Sejak kapan?"
Taehyung mengerutkan kening, menghalangi pandangan pria itu untuk melihat Jungkook di belakangnya. "Sejak dia lahir. Beritahu bosmu bahwa aku akan bicara padanya nanti. Sekarang aku—"
"Nah, nah, tidak bisa. Kau pasti akan menundanya sampai kau merasa waktunya tepat. Kusarankan kau temui dia sekarang, jika tidak mereka akan menyerahkan pekerjaan ini pada orang lain. You will be dismissed." Dia memiringkan kepalanya seolah-olah mencoba untuk melihat anak lelaki di balik figur Taehyung dengan lebih jelas, "Serius, kapan kau punya anak sebesar ini? Lima belas tahun, hah?"
"Bukan urusanmu." Taehyung menggeram lantas dia menoleh ke arah Jungkook sebelum berujar, "Ayo."
Namun belum sempat Jungkook mengambil langkah maju, sosok bodyguard itu angkat bicara. "Anak-anak tidak diperbolehkan masuk, bung."
Taehyung bergeming, lalu merespons dengan vokal yang lebih rendah, "Aku tidak akan meninggalkanya." memberikan sebuah peringatan tanpa keramahan.
Lelaki berotot itu tertawa terbahak-bahak kemudian menjawabnya dengan enteng, "Itu sudah aturannya, pretty boy. Lagipula, kau tidak akan meninggalkannya untuk selamanya, bukan?"
Kerutan di dahi Taehyung makin dalam, tch, tidak ada pilihan lain. "Awasi dia kalau begitu." Kemudian melangkah maju untuk berhadapan dengan sosok yang dua kali lebih besar darinya sembari menggenggam tangan Jungkook, "Jika sesuatu terjadi padanya, aku akan menggunakan tangan dan kakimu sebagai kayu bakar perapian milik bosmu."
Pria itu hanya menyeringai sebagai balasan. Lalu Taehyung menuntun remaja itu untuk duduk di jajaran bangku kosong yang tidak jauh dari pintu masuk. "Aku akan masuk ke dalam," ujarnya. "tetap di sini dan jaga belanjaan kita, oke?"
Jungkook sedikit mengerucutkan bibirnya, tapi akhirnya dia mengangguk, "Oke." sejujurnya dia juga ingin masuk—tepatnya dia tidak mau berpisah dengannya. Namun jika kondisi tersebut malah memancing suatu keributan, lebih baik Jungkook diam dan menuruti apa yang Taehyung katakan demi menjaga keamanan dua belah pihak.
"Oke, aku akan kembali secepat mungkin." Balas Taehyung.
Jungkook melihatnya berdiri, memandang tajam pria besar itu ketika pria tersebut membukakan pintu untuknya. Sebelum Jungkook menyadarinya, Taehyung sudah menghilang dari pandangannya selepas masuk ke bagian dalam gedung yang remang-remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious. ✧
FanfictionEven when Taehyung wants someone to embrace him tightly despite telling them he doesn't need anyone. And he's extremely scared how Jeon Jungkook affects him in ways he can't even describe. ─────────────────── 𝗕𝗧𝗦・KookV/KookTae. Villain-Crime!AU...