"Lo dan gue bagaikan abu dan berlian. Iya, lo abunya dan gue berliannya. Sangat berbeda, sosok abu yang tak pernah berharga dimata semua orang, dan aku berlian, sangat mahal dan juga berharga tentunya."
"Jangan sombong, semua akan berubah pada waktunya."
==============
Bima mengepalkan tangannya sembari menunduk kebawah dengan perasaan campur aduk. Cowok itu hanya bisa diam sembil menyambut semua kata-kata yang masuk kedalam indra pendengarannya.
"Pergi! Gue muak lihat wajah lo itu," Bima masih belum bergerak dari tempatnya berdiri. Cowok itu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap teduh mata gadis dihadapannya yang tengah menatap dirinya dengan tatapan jijik.
"Lo tuli!?" gertaknya yang sama sekali Bima hiraukan.
Karena kesal. Gadis itu berdiri dari tempat duduknya sembari menggebrak meja dengan suara cukup nyaring hingga membuat suasana kantin itu hening seketika.
"PERGI ANJING! GUE MUAK LIHAT WAJAH LO, LO TULI HA!?"
Bima semakin menundukkan kepalanya dengan tangan yang mengepal dengan kuat. Cowok itu tidak marah hanya saja kakinya begitu sulit untuk bergerak dari sana. Entah apa alasannya yang jelas semua itu membuat emosi gadis dihadapannya semakin menjadi-jadi.
Bulan mengertakkan giginya, dengan emosi menyiram wajah Bima dengan air berwarna hingga spontan membuat Bima menutup matanya dan juga pekikan histeris dari pengunjung kantin setelah melihat aksi Bulan kepada Bima.
"Menjijikkan! Gue sudah bilang sama lo! Jangan pernah ngomong suka sama gue!"napas Bulan tak teratur mengucapkan itu semua. Gadis itu terlalu dikuasai rasa marah kepada Bima. " Lo tau? Karena ketika lo ngucapin kata suka sama gue, sama ajo lo permaluin gue bangsat! Lo dan gue itu gak selevel! Dasar miskin!"dengan napas yang mengebu-ngebu. Bulan mendorong tubuh Bima dengan kasar hingga membuat cowok itu terjatuh ke lantai. Setelahnya Bulan segera melangkah pergi menjauh dari tempat itu.
Bukannya menolong, justru mereka malah menertawakan nasib malang dari sosok Bima. mereka mulai menatap cowok itu sinis dan juga jijik secara bersamaan. Kata-kata kasar pun perlahan mereka keluarkan untuk Bima.
"Dasar cupu! Gak ada kapok-kapoknya banget deketin, Bulan."
"Ngaca dong! Lo itu buruk rupa!"
"Udah miskin, bodoh lagi."
"Pasti emak bapaknya nyesel lahirin anak kayak dia."
"Dasar lemah!"
"Upik abu!"
Bima diam dan tidak tau harus berbuat apa. Perkataan itu semuapun hanya ia anggap seperti angin lalu, baginya ini sudah biasa dan Bima sudah tidak mempermasalahkannya. Tapi mau bagaimanapun pasti manusia memendam dendam didalam lubuk hatinya, karena diam bukan berarti ia bisa diperlakukan semau semua orang. Dia juga manusia yang masih memiliki perasaan.
Duk!
Brak!
Mereka semua langsung membungkam mulut ketika melihat seorang gadis dengan rambut yang dikuncir satu sekaligus penampilan badgirl masuk kedalam area kantin dengan wajah yang tak bersahabat.
Mereka berbisik-bisik saat melihat gadis itu datang menghampiri Bima yang masih diam di tepatnya tanpa bergerak sedikitpun. Satu kata yang melintas diotak mereka masing-masing untuk, Bima. Yaitu, BODOH!
Sangat kentara sekali.
"Bangun! Jangan jadi pengecut yang bisa ditindas dengan mudah seperti itu!" tegasnya dengan wajah datar. Gadis itu mengulurkan tangannya kehadapan Bima yang masih enggang untuk mengangkat wajahnya.
Gadis itu berdecih sinis kemudian jongkok dihadapan Bima. Jari lentiknya perlahan terangkat dan menyentuh dagu cowok itu.
"Tatap mata gue! Dasar lemah!"mau tak mau Bima terpaksa mengangkat wajahnya karena paksaan gadis itu. Ia mematung karena lagi-lagi gadis itu yang selalu datang disaat semua orang memperlakukan dirinya seperti sekarang ini.
"Ka--kamu?" Bima bersuara dengan nada yang pelan.
Gadis itu tersenyum miring."Masih kenal gue?"Bima mengangguk.
"Tapi aku gak tau nama kamu,"
"Tamara," Tamara mengulurkan tangannya kehadapan Bima guna memperkenalkan diri.
Meski ragu, Bima dengan pelan menyambut uluran tangan itu. Cowok itu tersenyum tipis sangat tipis hingga Tamara tidak menyadari itu.
"Bima." Tamara mengangguk, gadis itu segera menarik tangan Bima untuk berdiri.
"Gue udah bilang berapa kali sama lo? Jangan jadi cowok lemah yang bisa dengan mudah ditindas seperti itu!" tegas Tamara dengan sorot mata tajam.
Ketahuilah, Tamara paling tidak suka melihat aksi pembullyan apalagi seorang yang lemah dan mudah ditindas disaat dibully seperti itu.
Bima menundukkan kepalanya.
Membuang napas pelan, Tamara segera menarik tangan Bima untuk segera pergi meninggalkan tempat yang berisi orang-orang yang tidak punya hati seperti mereka itu.
========
"Gila lo, Lan. Kasar banget sama, Bima. Kasian kan dia," Bulan memutar bola matanya malas sembari memainkan kuku-kukunya yang panjang dan berwarna.
Gadis itu mendengus sebal. "Dia pantas dapet itu semua. Siapa suruh deketin gue mulu, gue kan jadi jijik karena ditempelin kuman kayak dia!"balas Bulan dengan raut wajah dibuat jijik.
Lia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia juga kadang kasian sama Bima, apalagi setiap kali cowok itu dilontarkan kata-kata menyakitkan yang pasti akan membuat perasaan sakit. Lia ingin sekali membantu tapi teman-temannya selalu saja melarang dirinya. Jadilah ia hanya bisa menonton tanpa bisa melakukan apa-apa.
"Terserah lo deh, Lan. Tapi lo harus ingat kata-kata gue, karma saat ini masih berlaku. Semisalnya hari ini Bima yang ngejar lo dan lo yang selalu nolak mentah-mentah, akan ada saatnya juga lo yang akan ada di posisi dimana yang akan dirasakan oleh Bima."
Bulan menghentikan aktivitas kemudian tertawa mendegar ucapan serius dari sahabatnya itu.
"Jadi maksud lo, gue bakalan ngejar, Bima balik gitu?" Lia hanya diam sedangkan Bulan tertawa geli. "Ingat! Gak akan! Dan gak akan pernah bisa terjadi! Dia dan gue beda jauh, gue yang seperti bidadari, dan dia hanya upik abu yang gak berguna!" ungkap Bulan dengan raut sombong miliknya.
Lia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa menjawab ucapan Bulan. Ia hanya ingin suatu saat nanti sikap Bulan menjadi lebih baik lagi dan bisa menghargai setiap usaha seseorang tanpa menjatuhkan mentalnya.
Yah semoga saja.
"EH! ADA YANG BERANTEM!"
===========
TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BESTIE!!😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitam Putih.
Teen Fiction"Lo itu, Culun!" "Jelek!" "Sih tompel besar!" "Menjijikkan!" "Jauh-jauh lo dari gue!" "Dasar kuman!" Bima Angara. Yah, namanya cowok itu. Disekolahnya dia selalu dikenal dengan sebutan-sebutan mengerikan seperti diatas. Bima harus melakukan apa keti...