Menjelang dini hari ponsel Max berbunyi. Ia mengerang perlahan lalu kembali memeluk guling. Semenit kemudian dering ponsel kembali terdengar. Ia mencoba mengabaikannya tapi ponsel itu terus berisik.
Dengan kesal ia menjulurkan tangan ke nakas di samping tempat tidur dan meraih ponselnya sambil mengumpat.
"Awas saja jika ini tak penting".Ia melihat layar ponselnya dan tertera nomor layanan darurat dari rumahnya di San Severo.
Ia segera menjawab." Ada apa Paul?"tanya Max.
"Maaf tuan tapi aku baru saja mendapat kabar kalau gudang kita di San Lorenzo terbakar"." Baiklah. Aku akan tiba dalam beberapa jam. Ingatkan siapapun untuk tidak bicara sebelum aku tiba. Jangan biarkan siapapun termasuk polisi masuk ke kawasan gudang"kata Max tegas.
Ia langsung mematikan panggilan itu dan mengganti pakaian sambil menelepon David.
"Siapkan penerbangan kita sekarang. Aku sedang merapikan diriku. Cepat Dav" sembur Max saat panggilannya terhubung.Belum sempat David menjawab, ia sudah mematikan sambungan telepon.
Ia membasuh wajahnya di wastafel lalu meraih mantel dan kunci mobil dan bergegas turun ke lobi hotel.
Baru saja ia duduk di belakang kemudi terlihat David yang berlari cepat ke arahnya dan membuka pintu bagian samping dan masuk.
Mobil langsung meraung dan tancap gas. Beruntung ini dini hari jadi suasana jalan raya tampak sepi. Hanya beberapa kendaraan dan motor yang lalu lalang. Jadi Max bisa mengebut untuk cepat sampai di hanggar.
Wajahnya terlihat tegang sehingga David takut untuk bertanya lebih jauh. Memang ia telah menerima pesan dari anak buah di San Severo tapi lebih lengkap jika mendengarnya langsung dari Max karena ia tentu memiliki berita yang lebih jelas dan detail.
Seorang pilot muda menyambutnya begitu tiba. Setelah turun dari mobil dengan setengah berlari ia menaiki tangga jet pribadinya yang akan membawanya pulang ke San Severo.
Pilot itu menatap David sekilas dengan tanda tanya tapi David hanya mengangkat kedua bahunya tanda ia juga tak tahu apa-apa.
"Bangunkan aku begitu tiba di bandara" ucap Max pada pramugari sebelum masuk ke kamarnya.
Tak lama kemudian jet itu telah melayang di udara di atas langit pagi Helzinki yang masih sepi. Termasuk Abigail yang masih meringkuk di atas kasur dengan nyenyak.
Seperti biasanya pada pukul 07.00 Abigail telah bersiap. Karena ini hari pertama kembali bekerja maka ia tak ingin terlambat dan membuat kesalahan lagi.
Setelah sarapan roti isi dan segelas susu ia mengambil sling bag dan keluar. Wajahnya terlihat riang, ia menyapa beberapa tetangganya yang juga sedang lewat di jalan yang sama.
"Lama tak bertemu denganmu Abby" sapa bibi Marta , tetangganya yang bekerja di sebuah toko Roti.
"Ah, bibi Marta. Beberapa hari ini aku lembur jadi tidak sempat menyapamu".
Mereka berdua tiba di jalan besar untuk menunggu bis. Sambil bertukar kabar.
" Kau telah tumbuh menjadi gadis cantik dan mandiri Abby. Kedua orang tuamu pasti bangga padamu"Marta menepuk pundak Abigail lembut.
Abigail menatapnya dan tersenyum.
"Aku hanya ingin bertahan hidup bibi. Aku ingin melanjutkan hidupku"." Semoga kebahagiaan dan keberuntungan segera menghampirimu"Marta mengelus lembut pipi Abigail. Bertepatan dengan itu bus Abigail tiba. Ia mencium pipi Marta lalu naik ke atas bis sambil melambai.
Terlebih dahulu Abby mengunjungi Aron di toko bunga untuk mengatakan jika hari ini ia akan kembali di Reggata.
"Selamat pagi Aron"sapa Abigail saat mendorong pintu kaca toko.
" Kau sudah datang sepagi ini sayang? "balas Aron.
" Aku ingin memberitahumu bahwa hari ini aku kembali ke Regatta jadi aku akan disini sore hari seperti biasanya Aron".
Aron tampak terkejut tapi kemudian ia tersenyum.
"Itu kabar baik Abby. Hanya saja aku akan kesepian lagi"." Maafkan aku Aron. Tapi kau tahu aku membutuhkan lebih banyak uang untuk menata masa depanku"suara Abigail sedikit pelan.
"I know Abby. Lakukan saja semua selagi kau bisa. Aku bangga padamu. Jangan pikirkan perkataanku. Aku hanya bercanda".
" Kalau begitu aku harus pergi sekarang, sebelum Renne berubah pikiran lagi Aron. Jaga dirimu"Abigail mencium pipi Aron lalu berbalik pergi keluar.
Aron hanya melambaikan tangan padanya.
Tiba di restoran beberapa temannya sudah ada. Mereka menyapa Abigail yang berpapasan menuju loker untuk mengganti pakaian.
Baru saja ia menutup loker, sebuah tangan memeluknya dari belakang.
"Aku merindukanmu Abby" ucap Sena. Abigail melepas pelukannya.
"Apa kau putus dengan pacarmu? Ini masih pagi dan kau memelukku begitu erat, padahal kemarin kita baru bertemu" ledek Abigail.
Bibir Sena mengerucut ke samping tanda kecewa.
"Kau berubah Abby" protesnya.Abigail merapikan seragamnya dan berkacak pinggang.
"Ayo bekerja atau bos Renne akan memecat kita berdua kali ini". Abigail langsung melangkah pergi sambil menyenggol pinggang Sena.Walau setengah kesal Sena berjalan cepat mengekori Abigail yang hampir mencapai lorong resepsionis.
Keduanya mengambil celemek putih dan mengenakan sarung tangan lalu membersihkan meja dan kursi pelanggan.Entah sadar atau tidak tapi langkah Abigail mendatangi meja di sudut ruangan. Ia menatap sekilas lalu mulai membersihkannya.
Sepanjang kedua tangannya bekerja, pikirannya teringat pada Max. Pertama kali mereka berjumpa lalu Abigail mendapat masalah karena kesalahan Sena. Dan tadi malam ia bersama Max.
Hatinya menghangat kala mengingat perlakuan Max padanya tadi malam. Ia bahkan tersenyum sendiri. Pipinya memerah.
Sebentar lagi pasti Max akan datang ke sini. Sebelum meninggalkan Helzinki.
Ucap Abigail dalam hati sambil melirik arloji di tangannya.Ia membayangkan apa yang akan dilakukannya saat bertemu Max nanti.
"Abigail?" suara Renne membuyarkan lamunannya. Spontan ia berbalik dan tersenyum pada bos nya itu.
"Selamat pagi bos".
" Semoga harimu menyenangkan"ucap Renne datar sambil berlalu.
"Terima kasih bos" balas Abigail walaupun ia tak yakin Renne akan mendengarnya atau tidak.
Dengan cepat ia kembali ke belakang dan melepas sarung tanganya. Kemudian ia mencuci tangan dan merapikan rambutnya. Karena pikirnya sebentar lagi Max akan datang untuk sarapan sekaligus mengucapkan selamat tinggal.
Padahal ia tak tahu bahwa pria yang di tunggunya telah pergi beberapa jam yang lalu karena khawatir.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIGAIL (COMPLETE)
RomanceBercerita tentang kehidupan takdir yang membawa dua manusia dewasa dalam pusaran cinta. Gadis cantik khas Finlandia. Menjalani kehidupan yang keras setelah kematian kedua orangtuanya dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Kehidupan sulit di tengah...