1. Home Alone, tapi gak jadi

102 18 7
                                    

OhmNanon X TayNew family 



Ruang Keluarga

"Pa, adek kan Sabtu ini ada pertandingan! Papa kok gak bilang kalau mau ke rumah eyang? Adek udah latihan, nih!" ungkap Nanon keberatan pada New karena di hari yang sama Tay berencana menghabiskan akhir pekan berkunjung ke rumah eyang. Nanon juga ingin ikut.

"Astaga, papa lupa, dek. Maaf," ujar New menyesal. "Ya udah, kita berangkat sore aja habis kamu tanding, gimana?" New mencoba berdiskusi.

"Adek tandingnya sore, Pa," ucap Nanon.

"Sekali-kali gak usah ikut kenapa, sih? Bukan rebutan piala juga kan?" Purim menyahut.

"Ih, mana bisa? Adek kan kiper andalan. Nanti yang jagain gawang siapa?" Nanon berusaha mencari alasan.

"Kayak gak ada pemain cadangan aja, deh?" Frank ikut menimpali.

Nanon cemberut, "Ya ada. Tapi kan adek pengen main juga. Pengalaman itu penting, tauk!" ia memberi alasan.

"Gimana ya? Ayah udah bilang ke eyang mau berangkat hari Sabtu. Kalau berangkat Minggu, mepet banget, dek." Tay menimbang-nimbang.

Nanon beringsut mendekat kepada Tay yang duduk bersila dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan sang Ayah, "Rencananya mau pulang kapan, Yah?" Ia bertanya untuk memastikan. Nanon tahu, sudah dua tahun ini orang tuanya sengaja meluangkan waktu minimal sebulan sekali untuk selalu menjenguk eyang.

"Paling lambat ya Minggu malem dek, kayak biasanya," jawab Tay sembari menyugar rima kelam milik Nanon.

"Hmm... Kalau adek gak ikut, gimana?" Nanon mengutarakan opsi yang sejak tadi ia pikirkan kala tahu jika rutinitas berkunjung ke rumah eyang tidak bisa dipindah jadwalnya.

"Tumben ih gak mau ikut ke rumah eyang?" tanya Frank. "Gak kangen sama masakan eyang, apa? Ikan bakar buatan eyang kan paling top, apalagi sambelnya, hmmm..." Frank mulai merayu.

"Ikan bakar doang mana sepadan," ujar Purim tiba-tiba. "Kalau tanding kan bisa ketemu sama, duh, siapa ya namanya? Kemaren Chimon bil—"

Merasa tahu ke mana Purim akan membawa topik pembicaraan ini, Nanon gegas bangkit dan membungkam mulut kakaknya. Dengan mata melotot, Nanon berujar, "Chimon bilang apa? Kalian kalau pacaran suka ngobrolin aku ya?" ujar Nanon lirih, tapi penuh dengan penekanan.

"Apa sih?" Purim memekik setelah berhasil melepaskan bekapan Nanon. "Geer banget!" tangannya sekarang sibuk mencubit pipi Nanon.

Belum juga Nanon sempat berontak dan membalas, Tay menginterupsi, "Eh, berantemnya pending dulu. Beneran adek gak mau ikut? Kalau iya, kita berangkat Jum'at malem aja gimana?" usul Tay tiba-tiba.

"Loh, kok extension!" Nanon protes.

"Ngikut, sih. Kita kan biasanya berangkat Sabtu sore karena nunggu kamu pulang sekolah, adek Nanon. Aku sama abang kan gak ada kuliah hari Sabtu, ayah sama papa bisa cuti." Frank tertawa.

"Dih, padahal yang punya kegiatan bukan cuma adek! Kakak, abang, papa juga sering sibuk hari Sabtunya!" Nanon mencibir, tidak terima dengan tuduhan Frank.

Sontak ruang keluarga itu riuh dengan tawa. Nanon, si bungsu di keluarga itu selalu lucu kalau digoda.

"Jadi? Ikut apa enggak?" New memastikan, "Mau ikut ke rumah eyang atau tanding terus ketemu sama, siapa tadi, Bang? Yang katanya adek pengen ketemu?"

"Uhmm!!!" Purim tidak bisa bicara karena mulutnya kembali di bekap kuat oleh Nanon.

"Adek beneran mau ikut tanding! Bukan ketemu siapa-siapa, ya!" teriak Nanon yang mulai kesal dengan kelakuan abangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ACAK  "OHM NANON"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang