Etik sudah kelas dua SMP. Teman-temannya di sekolah sudah punya pacar. Etik bahkan tidak punya teman bermain di rumah.
Sejak kecil, dia sudah terbiasa untuk berlari ke bukit, dia akan membuat mainan dari batang rumput. Gelang-gelangan.
Saat ini Etik lagi sedih. Kenapa? Entahlah. Apa karena tidak punya pacar?
Kadang-kadang, orang bisa bersedih karena hal sepele, atau tidak ada sebabnya. Lalu mencari sebabnya yang belum tentu benar.
Etik tidak bisa berpikir banyak. Dia hanya mampu berpikir sedikit. Pergi ke bukit, itu hal otomatis ketika dia sedang tidak nyaman hatinya. Dia akan di sana, sendiri, membuat gelang-gelangan dari batang rumput.
Dia bukan anak pendiam dan tidak suka bergaul, tapi di sekitaran rumahnya tidak ada teman sebaya.
Etik sedang mengepang batang-batang rumput. Dia memilih yang sudah kering. Kepangan itu jika sudah panjang akan dia bentuk lingkaran dengan mengaitkan ujung-ujung kepangan. Diikat dengan batang lain.
Sudah berapa gelang dia buat? Sudah tiga. Dia menangis. Tidak, dia tidak sedang kecewa. Dia sedang membersihkan matanya. Membersihkan mata akan memberinya kekuatan.
Setelah airmatanya kering, dia lupa. Dia pulang. Sudah sore. Gelang-gelangan dia bawa pulang.
Sudah berapa gelang dia buat sejak awal mula? Sudah banyak sekali. Disimpan di rak.
"Darimana?" Tanya ayah Etik.
"Dari bukit, Paè."
"Bikin gelang lagi?"
"Iya."
"Sudah besar masih main gelang-gelangan."
Etik tidak berkomentar balik. Ayah Etik tidak melihat adanya fungsi pembuatan gelang itu.
Etik terus menjalani harinya. Hingga SMA pun dia kadang-kadang masih ke bukit membuat gelang. Gelang-gelang yang tersimpan ada yang sudah hancur dimakan usia. Dia tidak lagi membawa pulang gelang.Setelah tamat SMA, Etik punya pemikiran berbeda. Dia mencermati masa lalunya. Tentang perasaannya yang kadang-kadang sedih.
Namanya juga manusia. Kadang-kadang sedih, kadang-kadang senang. Semua harus dijalani kalau ingin bertahan hidup. Bahkan hidup yang barangkali tidak diinginkan ini harus dijalani kalau sudah dikeluarkan dari alam rahim.
Semua penderitaan itu harus dihadapi untuk meng-upgrade mental. Selanjutnya ada daya tahan yang lebih kuat dari sebelumnya.
Etik melihat masa lalunya. Gelang-gelang itu, tindakan mengepang gelang itu adalah terapi kejiwaannya.
Semua orang punya permasalahan. Ada yang berani bertahan, ada yang menyerah. Bahkan, tidak punya pacar itu rasanya menyedihkan, tapi Etik sudah melaluinya.
Apa Etik tidak punya masalah lain selain itu? Kalau berada di tengah, jarang ada masalah. Nilai di sekolah, tidak buruk, tidak juga paling bagus, dia tidak bermasalah. Uang saku, bukan yang paling sedikit atau paling banyak, dia tidak ada masalah. Muka standar, jelek nggak, cantik juga nggak, Etik tidak punya masalah, eh, kecuali yaa.. dia belum dapat pacar. Sebuah rasa kesepian yang tak terkatakan.
Tapi setelah lulus SMA dia bersyukur belum dapat pacar. Dia punya kesempatan untuk berpikir jernih tentang hubungan antara lelaki dan perempuan.
Perempuan yang sudah bucin, akan melakukan apa saja, termasuk berhubungan seks sebelum nikah. Teman-teman perempuannya ada yang hamil.
Dalam sebuah hubungan seks, kenikmatan dirasakan oleh dua orang, tapi resiko terbesar ditanggung oleh pihak perempuan. Kehamilan yang tidak diinginkan adalah salah satunya.
Bahkan jika tidak hamil, perasaan yang terikat dalam dengan pasangan kekasih, jika terputus itu akan menimbulkan trauma. Sudah dia lihat banyak contohnya.
Gelang-gelang batang rumput adalah saksi bahwa Etik menyalurkan kesedihannya, mengepangnya disitu. Etik tersenyum. Dia punya cara mengelola perasaan.
Sekarang Etik tinggal di kota dan sudah bekerja. Dia bisa tiap hari mengepang atau mencatok rambut orang, karena dia bekerja di salon. Dia bisa bercerita kepada pelanggan bahwa dia dulu mengepang batang rumput. Pelanggannya bahagia, dia juga. Ini cara yang manis mengelola perasaan, pikir Etik. Dia bercita-cita menjadi hairstylist. Semoga keinginannya tercapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drakula & Dewa Kegelapan
Kinh dịDrakula lapar dan sudah tidak tersedia manusia untuk dimakan, jadi dia minta makan pada Dewa Kegelapan. Sayang sang Dewa Kegelapan sudah berubah.