1

2 0 0
                                    

Bila malam datang
Bulan kan bersinar di kegelapan
Dengan bintang-bintang yang setia menemani
Andai diri ku menjadi bulan
Akankah kau mau menjadi bintang?
Entahlah,


Langkah gadis itu semakin cepat menusuri koridor sekolah. Matanya tetap lurus menatap ke arah depan. Tanpa di sadari, ia menabrak seorang kakak kelas yang terkenal sangat dingin. Gadis itu terjatuh ke lantai dengan beberapa umpatan yang tak terdengar karna kesal langkahnya terhenti.

   "Makanya kalo jalan itu pake mata," ucap kakak kelas tersebut dengan nada kesal.

   "Maaf kak," balas gadis itu sambil menunduk.

   "Nama lo siapa?" tanya kakak kelas tersebut tiba-tiba.

    "Eh? Apa kak?" gadis itu pun menatap kakak kelas yang berada di depannya dengan heran.

   "Nama lo siapa? Budeg lo ya?" balas kakak kelas yang bernama bintang itu.

   "Bulan, kak," jawab Bulan sambil kembali menunduk.

   "Kelas?"

   "XI IPA 2, kak" jawab Bulan lagi.

   "Lo gue tandain, nggak usah nunduk, lo kira lagi mengheningkan cipta apa ya," ucap Bintang dingin.

   Dengan cepat, Bulan pun mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah Bintang. Tanpa mengatakan apapun Bintang pun meninggalkan Bulan yang masih berdiri di tempatnya.

   Dengan sedikit kesal, Bulan pun melanjutkan langkahnya hingga tiba di depan kelasnya. Saat masuk ke dalam kelas, matanya langsung tertuju pada gadis yang duduk di sudut ruangan. Ia pun langsung menghampiri gadis tersebut.

   "Senja! Gue kesel banget, sumpah!" ucap Bulan kepada sahabatnya sejak ia menduduki jenjang SMP.

   "Kesel ama siapa? Coba sini cerita, dek Senja siap mendengarkan," balas Senja sambil menghadapkan tubuhnya ke arah Bulan, tanda ia siap mendengarkan cerita Bulan.

   "Gue kesel banget ama si Bintang yang sok dingin itu," kata Bulan dengan muka kesal mengingat kejadian beberapa menit lalu.

   "Lah? Emang kakak gue ngapain?" tanya Senja heran kakaknya menjadi tokoh utama cerita Bulan.

   "Tadi pas gue lagi jalan ke kelas, gue nggak sengaja nabrak orang dan sialnya yang gue tabrak itu kakak lo yang super dingin itu," Bulan menceritakan kejadian tadi kepada Senja yang serius mendengarkan.

   "Trus, dia bilang apa?" tanya Senja cepat yang mulai tertarik menggibahkan kakaknya.

   "Dia suruh gue buat jalan pake mata," jawab Bulan sambil memutar bola matanya malas.

   Gadis itu tergelak. Segera ia menutup mulutnya, menahan tawa. Melihat raut muka Bulan yang kesal, ia pun kembali menetralkan tawanya.

   "Ya elah..., baru gini doang lo udah kesel banget, lah, gue yang tiap hari harus sabar ini gimana?" ucap Senja sambil mengusap dadanya sabar.

   "Yang sabar ya punya kakak dingin kek kulkas berjalan, untung kakak gue kaga," Bulan pun menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

tbc-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang