Ada banyak cerita menarik penuh romansa yang bisa di ceritakan oleh anak ibu kota, Lika-liku lingkungan dan persahabatan yang tak pernah habis di ulik, jalan-jalan di tempat megah dengan gedung menjulang tinggi, begitu juga kendaraan mewah dan barang-barang elegan yang menggiurkan untuk di ceritakan
Cerita anak ibu kota bener-bener keren kan?
Tapi cerita dari 7 curut sawah yang tinggal di salah satu desa kecil pinggiran kota kembang pun tak kalah serunya untuk di ulik, walau cuman desa kecil tanpa gedung mewah, pemandangan indah paling bagus ya cuman sawah sama pohon cemara, berjajar menghiasi jalanan
Kebun teh, semuanya tak kalah indah untuk menyegarkan mataCerita anak desa pun juga seru!
Mulai dari Berangkat sekolah cuman pake seragam lusuh gak di setrika, sepatu yang gak di basuh kalo belum 2 Minggu, sama buku dan pulpen yang di selipin dalam kantong celana dengan alasan semua buku LKS udah di tinggal dalam Sorog meja
kata Chandra- salah satu dari mereka pernah bilang kalo sekolah itu ga usah bawa tas, katanya kalo isi tas berat-berat banget itu nanti bisa bikin pendek loh, pernah denger gak?
Ya walaupun si Rendi langsung nyolot dan ga terima sama karangan fiktif murahan kaya gitu, karena buktinya Jidan- si bungsu dalam persahabatan mereka tiap hari bawa tas berat pun tetep aja tinggi
Tiap hari selalu adu suara siapa yang paling rame, tapi mereka semua selalu konsisten menghabiskan waktu bersama dari mata melek sampe merem lagi, dengan waktu yang terhitung cukup lama mungkin semenjak si yang paling tua masih berumur 15 tahunan, mereka udah mulai membentuk pertemanan yang sedikit demi sedikit membentuk tali saudara yang cukup erat
Ada kalanya kalo pas malem mereka nongkorng di pos ronda, masing-masing sarungan sambil bawa pemukul nyamuk, makan kacang dan segelas kopi bareng bapak-bapak hansip desa
Berlagak seolah kaya penguasa jalan, ngebuat anak-anak perawan kalo mau lewat situ lebih milih muter balik, padahal mereka kan niatnya jaga pos ronda, bukannya mau malakin
Bapak Jono sering kasih wejangan ke mereka seperti
"Jang, kalian ini mumpung masih pada muda, mumpung masih bareng, banyak-banyakin kenangan yang indah sama temen-temen kalian, sering ngumpul walau cuman nongkrong gak jelas"Pria tua berumur sekitar 67 tahunan itu emang yang paling aktif buat kasih mereka wejangan di kala malam, dan tanpa bosan ketujuh bujang itu mendengarkan dengan seksama
"Nanti suatu saat kalian ini bakal di pisahin sama jalan nya masing-masing untuk menuju masa depan kalian, suatu saat ini kalian pasti bakal rindu, bakal kangen sama masa-masa muda kaya gini, kalo udah tua kaya bapak mah jang cuman bisa sibuk ngurus keluarga sama kerja"
"Cari temen itu susah Jang, percaya sama bapak.. semakin dewasa, semakin kalian akan merasa sendirian"
Sambil tersenyum menatap 7 remaja muda yang sedang melongo sambil manggut-manggut, bapak Jono tersenyum
"Buatlah kenangan seindah mungkin, karena masa lalu gak akan bisa di ulang"
Sedangkan yang di ceramahi hanya bisa diam dan kadang termenung setelah nya, mereka juga berharap pengen terus bareng-bareng sampai tua nanti
Ngebuat rumah jejer satu komplek untuk keturunan mereka masing-masing, menua bersama, dan menikmati waktu makan siang dengan lauk oreg tempe tahu sambel terasi di bawah pohon ubi di tengah terik sawah, mengingatkan kembali masa muda mereka yang tak akan pernah hilang, untuk kemudian tersenyum dan berharap semoga Tuhan meng-aminkan harapan kecil dari mereka
"Eh ehh mumpung malam Lailatul Qadar, do'a kalian buat persahabatan kita apa nih??"
"Maap bang, gue Kristen jadi gak ikutan do'a"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Mereka
Teen FictionKehidupan anak desa juga gak kalah keren sama anak ibu kota, walau sekolah dengan baju lusuh dan sepatu yang gak di basuh sebelum 2 Minggu, pulang-pulang bajak sawah sambil makan tahu tempe sambel terasi dibawah pohon ubi "Kita itu sekumpulan orang...