Reyno membuka matanya kala cahaya pagi mengintip mencoba masuk melalui celah jendela besar kamarnya yang tertutupi oleh gorden berwarna abu. Menyipitkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang menyapa retinanya, Reyno bangkit dari posisi berbaringnya dan menyandarkan diri di kepala ranjang. Matanya yang mulai fokus menatap jam kecil yang berada di samping nakasnya yang telah menunjukkan waktu hampir jam delapan pagi.
Reyno mencoba menggerakkan otot-otot tubuhnya yang sedikit kaku sembari menatap seluruh penjuru kamarnya. Ketika ingat jika kemarin ia sempat mengikuti drama pernikahan sialan dengan seorang wanita ular, netra Reyno seketika beralih pada sofa panjang di dekat ranjang dimana wanita itu tertidur semalam. Maniknya semakin berkeliaran kesana-kemari mencoba menemukan keberadaan Reina, namun nyatanya ia sama sekali tak menemukan apapun.
Bahkan ia juga sengaja menajamkan indera pendengarnya untuk mencuri dengan suara di dalam kamar mandi ataupun walk in closet, namun sepertinya sosok Reina memang sudah tak berada di dalam kamarnya.
Seketika itu juga Reyno menghembuskan napas lega, setidaknya tak akan ada yang merusak suasana pagi cerah miliknya saat ini.
Setelah membersihkan diri, Reyno segera turun kebawah untuk sarapan sekaligus menyapa seluruh anggota keluarganya yang nampaknya juga tengah menikmati cerahnya pagi di ruang makan.
Tidak membuang-buang waktu, Reyno yang memang kelaparan segera mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan segera meraih piring dan mengisinya dengan segala macam makanan yang entah mengapa memenuhi meja seperti tengah ada sebuah pesta perayaan.
" apakah enak ? " tanya Shinta sembari menatap sang putra dengan diiringi sebuah senyum cantik di wajahnya
Reyno seketika mengangguk sembari kembali menyuapkan kesekiannya kedalam mulut " masakan mama memang selalu yang terbaik "
" emb... untuk pagi ini beda dari biasanya Reyno, istrimulah yang memasak semua ini untuk kita sebelum ia berangkat bekerja "
Reyno yang tadinya melahap semuanya dengan begitu antusias, tiba-tiba tersedak hingga membuat Shinta khawatir dan menyodorkan segelas air pada sang putra. Makanan enak di depannya kini seketika berubah bagai makanan mengerikan yang sulit tertelan di tenggorokan Reyno.
" tidak pernah menyangka jika seorang seperti Reina pandai memasak seperti ini " ujar Bayu yang tampak menikmati masakan menantunya. Hal yang kemudian di setujui oleh tetua keluarga Wijaya yang kini tengah tersenyum bangga.
" apa kau masih mengijikan istrimu itu bekerja Rey ? setidaknya kalian harus berlibur sebentar untuk berbulan madu " ujar Tuan Wijaya yang diangguki antusias oleh Shinta
Reyno yang entah untuk keberapa kalinya mendengar nama Reina sebagai istrinya itu merasakan sebuah palu besar yang menghantam kepalanya dengan keras. Urat di lehernya seketika mengencang dan Reyno merasakan paginya yang cerah dan indah dihancurkan dengan begitu mudahnya meskipun dalang di balik itu semua bahkan tak menampakkan batang hidungnya. Nyatanya hanya dengan namanya saja sudah membuat emosi Reyno berada di ujung tanduk.
" aku tidak akan melakukan hal mengerikan itu. jika wanita itu ingin melakukannya biarkan dia lakukan sendiri " ujar Reyno ketus hingga mendapat tatapan tak suka dari sang kakek yang seketika berdeham berat.
Sang ibu yang paham jika ucapan sang putra menyinggung ayahnya seketika mengusap lengan atas Reyno dengan halus
"aku tak mau tahu Reina dan juga Reyno tetap haru melakukan bulan madu. Urus semua itu untuknya Bayu " perintah Tuan Wijaya yang otomatis menjadi perintah untuk siapa saja yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Mask
Romance" aku sangat ingin membunuhmu detik ini juga " geram Reyno sebelum berjalan memasuki kamarnya. Kembali, bukannya merasa takut Reina malah terkekeh geli di tempatnya " tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan seorang Reina~" desisnya halus Apa yan...