Kamar 05 (2)

269 42 25
                                    

A/n : Selamat membaca👍

▪︎▪︎▪︎

Sekitar pukul delapan malam aku pulang ke kostan setelah menghabiskan waktu hampir seharian di kampus.

Hari ini aku benar-benar lelah dan ingin cepat tidur, bahkan rasa lapar pun kalah dengan rasa kantuk. Seluruh kegiatan kampus seolah menguras habis tenaga ku.

Aku melangkahkan kaki menaiki anak tangga satu demi satu. Melewati area cowo yang nampak sepi dan remang. Entah kemana perginya semua penghuni lantai dua itu, biasanya selepas isya mereka semua akan berkumpul di teras untuk merokok atau bermain gitar.

Tapi sekarang barang satupun tidak keliatan hilal nya.

Malam ini terasa sedikit berbeda menurut ku. Angin malam yang berhembus cukup kencang hingga mampu membuat bulu kuduk ku meremang. Ditambah suasana lorong lantai tiga begitu sepi, bahkan lampu di luar belum di nyalakan hingga pencahayaan disini sedikit minim.

Sepertinya baru aku saja yang pulang sementara yang lain masih ada kegiatan di luar.

Sial mendadak aku merasa takut begitu tahu kalau aku sendirian di lantai ini. Perkataan Jungkook pekan lalu  tentang mereka kembali aku ingat.

Dan hal tersebut membuat ketakutan ku semakin menjadi.

Aku diam di ujung lorong menggenggam erat beberapa buku milik ku, menarik napas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan. Begitu seterusnya sampai aku merasa tenang.

Setelah nya aku mulai melangkahkan kaki sambil mensugesti diri sendiri kalau tidak ada apa-apa disini.

Padahl langkah ku begitu pelan namun suara derap langkah kaki ku terdengar begitu jelas karena sangking sunyinya disini.

Tubuhku kembali meremang, aku menengok ke kanan dan kiri karena merasa ada yang sedang memperhatikan ku dari jauh. Tapi ternyata tidak ada.

Hanya ada aku disini.

Aku mempercepat langkah, jarak ujung lorong dengan kamar ku sekarang terasa lebih jauh dari biasanya. Hingga tersisa jarak sekitar setengah meter dari kamar ku, aku reflek berhenti.

Disana. Tepat di depan kamar Rose aku melihat sesuatu. Samar namun aku masih bisa melihat perawakan nya meskipun gelap dan tertutup kabut malam.

Tingginya sekitar dua meter dengan sebuah kain putih lusuh yang membungkus tubuhnya, ada beberapa tali di bagian tubuhnya. Dari penglihatan ku, aku jelas tahu sosok apa yang sekarang sedang berdiri di depan kamar Rose.

Seketika seluruh tubuhku merinding hebat, jantung ku berpacu lebih cepat dari biasanya saat sosok tersebut secara perlahan mulai mendekat ke arah ku.

Aku ingin lari, entah turun ke bawah atau masuk ke dalam kamar. Tapi kaki ku seolah tertahan dan membuatku hanya diam seperti patung bernyawa. Terus memandang sosok tinggi putih itu dengan keringat dingin sebesar biji jagung yang terus keluar membasahi wajah ku.

Hingga saat sosok tersebut berada tepat di depan mataku di situlah aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Matanya merah dengan wajah hancur penuh darah berwarna kecoklatan. Sosok itu terus menatapku tajam seolah ingin menerkam ku saat itu juga.

"Hueekk." Aku mendadak muntah saat bau bangkai menyengat indera penciuman ku, tapi aku sedikit bersyukur karena hal itu aku jadi mendapatkan kesadaran ku kembali.

Tanpa membuang waktu lagi aku segera berlari sekencang mungkin lalu masuk ke dalam kamar. Tak lupa aku menguncinya dengan rapat.

Tubuh ku merosot ke bawah, kaki ku seperti tidak bisa menahan berat tubuhku sendiri. Aku menangis di balik pintu sambil memeluk kedua lutut ku. Aku takut, aku bahkan tidak pernah berpikir bahwa aku akan di perlihatkan sosok seperti itu disini.

Mini Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang