Rumah kontrakan

77 1 0
                                    

Sudah satu bulan ini Bayu menempati rumah kontakan yang cukup besar ini. Dia juga awalnya tidak menyangka bahwa rumah ini akan sebesar ini. Ketika melihat iklan sebuah rumah yang sedang dikontrakkan, sebuah rumah kecil petakkanlah yang ada di dalam pikirannya. Namun saat didatangi, ternyata apa yang dia lihat berbeda jauh dengan apa yang dia perkirakan. Setelah sedikit tawar menawar, akhirnya mereka sepakat untuk mengontrak rumah itu. Ada perasaan lega dalam diri Bayu, karena sudah beberapa minggu ini dia mencari rumah kontrakan yang cocok dengan uang yang dia punya. Untung saja seorang temannya menunjukkan sebuahiklan rumah yang dikontrakkan, dan ternyata cocok dengannya. Betapa beruntungya Bayu.

Saat ini Bayu melanjutkan pendidikan di sebuah Universitas, namun di samping itu dia juga bekerja di sebuah perusahaan. Dia melakukan ini tidak lain untuk membiayai pendidikan sendiri, karena dia tidak ingin lagi menyusahkan kedua orangtuanya yang masih harus menyekolahkan kedua adiknya. Gajinya sebagai karyawan juga cukup lumayan. Bayu dapat mengontrak rumah sendiri, tanpa harus tinggal bersama orangtuannya. Dia ingin sekali belajar mandiri, karena baginya cepat atau lambat dia memang akan hidup sendiri dan mengurus dirinya sendiri.

Tidak ada yang salah dengan rumah yang Bayu kontrak. Rumahnya luas, mempunyai pekarangan yang ditumbuhi banyak tanaman yang membuat sangat asri. Kondisi bangunannya sendiri masih baru, tidak ada kesan kusam atau tidak terawat. Ini tidak seperti rumah-rumah yang terbengkalai, atau rumah yang membuat merinding siapa saja yang melihatnya. Rumah ini sangat bagus, jauh dari kesan angker atau apalah. Namun satu hal yang menyebalkan dari rumah ini kerap mengalami putus jaringan listriknya. Mengapa? Karena rumah ini kerap mengalami putus jaringan listriknya setiap tengah malam, dan hanya rumah itu yang mengalaminya. Deretan rumah di sisi kiri, kanan, atau bagian depan rumah itu seakan tidak berpengaruh apa-apa. Ketika pertama kali mengalami itu, Bayu sempat menelpon sang pemilik rumah. Ketika menanyakan tentang hal itu, sang pemilik rumah hanya mengatakan bahwa itu masalah intalasi listrik yang kurang baik. Mungkin saja petugas yang memasangnya melakukan kesalahan, sehingga Bayu harus memakluminya dan berusaha untuk terbiasa.

Awalnya ingin sekali Bayu terbiasa akan hal ini, namun ternyata sulit. Andai saja padamnya listrik terjadi saat dia sedang tidur, tentu tidak menjadi masalah baginya, toh padamnya listrik paling lama hanya sekitar tiga puluh menit, setelah itu listrik akan kembali menyala. Tapi sayangnya hal padamnya listrik terjadi daat dia sedang beraktivitas. Sebagai orang yang menjalani aktivitas kuliah dan bekerja dalam waktu bersamaan, tengah malam adalah saat ketika dia sedang makan malam, mengerjakan tugas, atau beraktivitas lain. Waktu yang dia punya dalam satu hari seakan kurang, sehingga saat tengah malam pun Bayu masih beraktivitas. Sehari-hari hanya tidur kurang lebih sekitar lima jam. Pagi hari dia harus bangun untuk bekerja, dan ketika pulang kerja, dia masih harus meneruskan kuliah malam. Sekitar pukul sebelas malam Bayu baru sampai di rumah, terkadang dengan keadaan belum makan malam. Rutinitas itu terus berjalan setiap hari. Oleh karena itu, padamnya listrik tengah malam kadang membuatnya terkejut.


*****

Malam itu cukup larut, sekitar pukul sebelas malam. Jalanan sudah sangat sepi, jarang sekali kendaraan yang lewat. Rumah-rumah sekitar pun sudah menutup semua pintu dan jendela mereka, siap untuk terlelap dalam mimpi mereka masing-masing. Saat itulah deru mesin motor Bayu memecah heningnya malam, lalu berhenti di depan sebuah pagar besi. Dia turun dari motornya untuk membuka pintu pagar. Saat pagar sudah terbuka dia kembali menaiki sepeda motornya lalu menarik gas motornya sehingga perlahan-lahan motornya berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah dengan suara deru yang semakin meraung.

Sesampainya di pekarangan, Bayu mematikan mesin motornya. Dia turun dari motornya untuk menutup dan mengunci pagar rumahnya, setelah itu mendorong motornya kedalam rumah. Malam itu seperti biasa Bayu pulang malam. Dia masuk ke dalam rumahnya lalu mengunci pintu depan. Sempat duduk diam di kursi ruang tamu, matanya menerawang ke dinding rumah itu, sejenak melepaskan lelahnya. Beberapa menit kemudian Bayu beranjak ke dalam kamarnya, lalu masuk ke kamarmandi. Sesudai mandi, Bayu keluar kamar mandi dengan handuk elingkar di lehernya, mengambil tasnya yang ditinggalkan di ruang tamu lalu duduk di meja makan. Saat itu dia merasa sangat lapar, karena memang belum sempat makan malam tadi.

kisah horor: teror jam 12 malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang