Liburan Penuh Teror

60 0 0
                                    

Pada tahun 2001, Weni dan dua orang temannya berlibur ke Kuningan Jawa Barat. Waktu itu Weni masih berkuliah di sebuah universitas swasta di jakarta. Mereka bertiga – Weni, Indah, Tami – berangkat pagi-pagi sekali dari Jakarta menggunakan bus antar kota. Awalnya mereka ingin sekalli berangkat selepas subuh, mengingat perjalanan yang cukup panjang. Weni memperkirarkan perjalanan dengan bis memakan waktu 5 jam, belum lagi mereka masih harus meneruskan dengan kendaraan lain. Namun karena Tami terlambat datang, akhirnya mereka baru memulai perjalanan pukul dua siang.

Semenjak menaiki bis, Tami berkali-kali meminta maaf. Dia tidak menyangka jika banyak sekali hal-hal yang menundanya untuk pergi. Weni yang walaupun sedikit sebal pun memaafkan Tami.

"Iya, gak apa-apa Tam. Yang penting sekarang kita sudah sampai di bus," ucap Weni seraya tersenyum.

"Rencana nanti kita akan tinggal dimana Wen?" tanya Indah.

"Disana nanti kita tinggal sama om gue, kebetulan dia tinggal di sana. Tenang aja, di sana daerahnya masih asri banget, soalnya bener-bener di kaki gunung Ciremai. Gak rugi deh." Weni mempromosikan rumah bibinya seperti seorang pemandu wisata.

"Wah asik dong, pasti udaranya dingin. Kita nanti jalan-jalan ya, gue pengen banget liat pemandangan di sana. Pasti bagus, arrgghhhhhh. Gue gak sabar," sambar Tami. Indah merlirik dengan tatapan agak jengkel.

"Makanya lo jangan telat, kalo lo gak telatmungkin kita udah mau sampe."

Tami pun seketika itu diam, wajahnya berubah menjadi masam. "Iya, iya. Maaf. Gue kan udah minta maaf."

"Udah-udah, yang penting kan kita udah di bis. Pokoknya liburan ini gak akan bosen deh." Weni mencoba melerai mereka. Mereka pun tertawa bersama, terlihat sebuah rasa kegembiran mereka menanti liburan menyenangkan yang akan merekarasakan.

Namun ternyata hambatanmerekatidak berhenti sampai di situ. Sudah satu jam lebih mereka duduk tapi bis yang mereka tumpangi belum juga berangkat, padahal jam tangan Weni menunjukkan pukul setengah tiga sore. Perasaan khawatir pun menggelayut di dalam hati Weni. Dia takut bila sampai ditempat tujuan terlalu malam. Dia pun tidak berhenti melirik ke supir bis. Jam tiga sore tepat bis yang mereka tumpangi baru memulai perjalanan. Saat bis mulai bergerak, Weni dapat bernapas lega.

Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan bercanda, namun itu hanya berlangsung pada jam pertama perjalanan. Saat perjalanan sudah semakin jauh, mereka semua akhirnya tertidur. Bis itu terus melaju, dan tidak terasa hari semakin gelap. Matahari sudah benar-benar tenggelam saat bis memasuki terminal Harjamukti. Weni yang tiba-tiba terbangun langsung melirik jam tangannya. Pukul setengah sembilan malam, ternyata sudah cukup malam. Ketika bis berhenti sempurna, mereka pun turun satu per satu dari bis.

"Kita dari sini ke mana Wen?" tanya Tami seraya memperhatikan sekitar mereka.

"Iya, ini kita dimana?" tambah Indah.

"Kita udah sampe di terminal, dari sini kita naik mobil elf lagi untuk naik keatas," jawab Weni seraya melirik ke tempar biasa mobil elf pakir.

"Mudah-mudahan mobilnya masih ada, soalnya udah jam segini. Tapi kata kakak gue sih mobil elf itu sampe pagi, hampir dua puluh empat jam," Weni menambahkan. Wajahnya terlihat berpendar-pendar di terpa cahaya oranye lampu jalan. Mereka terlihat sangat lelah.

"Eh ada tuh mobilnya, yuk kita naik," seru Weni.

Mereka pun berlarian mendekati mobil itu. Untung saja mobil dalam keadaan kosong saat mereka naik, karena biasanya mobil itu sangat penh mengingat hanya mobil itulah yang menjadi alat transportasi warga desa yang berbelanja bahan pangan ke kota.bahkan beberapa dari mereka tidak ragu untuk membawa hewan ternaknya menaiki mobi litu. Oleh karena itu Weni sungguh bersyukur mobil itu masih kosong.

kisah horor: teror jam 12 malamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang