Putus Lagi?

919 131 268
                                    

"Kita putus."

Rekaman suara terakhir yang dikirim Bobby pada ruang obrolan tadi malam menjadi ingatan yang melayang-layang di pikiran Mirna. Gadis itu bahkan tidak semangat melangkahkan kakinya menuju halaman sekolah. Kalaupun bisa, ia memilih tidak sekolah hari ini karena semuanya menjadi berantakan akibat ulah Bobby yang bahkan tidak memberi kabar setelah pesan terakhir itu.

Sebenarnya dia tidak terlalu khawatir karena pasti hubungan mereka akan segera membaik. Tapi, dia belum tau kenapa bisa Bobby memutuskannya tanpa menjelaskan alasan. Entahlah, kejadian seperti ini juga bukan sekali dua kali lagi dalam hubungan labil mereka.

Kelas sudah ramai dengan hiruk pikuk sebelum bel pelajaran pertama. Beberapa murid laki-laki bernyanyi di barisan belakang dengan kaki menyilang sekaligus gagang sapu yang menjadi microphone halusinasi mereka.

Di barisan paling ujung, atau sering di sebut barisan ke empat. Mirna mendekati teman-temannya yang sedang asik tertawa sembari mengobrol. Namun tawa mereka terhenti saat melihat langkah lesu Mirna.

"Kenapa, Mir?" tanya Puja. Gadis yang memiliki kulit putih bersih itu segera mendekat. Walaupun setelah itu matanya kembali menatap cermin mini di tangan kanan dan tangan kirinya asik merapikan bedak agar terlihat lebih flawless.

Mirna menggeleng pelan. Ia terduduk dengan lemas. Matanya sedikit berair membuat yang lain sudah tahu kemana arah pembicara. Ya pasti putus lagi, tidak mengherankan karena ini Mirna.

"Bobby putusin gue," jawab Mirna kemudian.

Kini tiga gadis itu hanya bisa memutar bola mata malas. Sesuai tebakan. "Paling nanti balikan lagi," celutuk Rahmi–teman sebangku Mirna.

Mirna menggeleng cepat. "Enggak! Gue yakin nggak bakal balikan. Baru kali ini dia putusin gue tanpa alasan yang jelas."

"Yakin nih?" tanya Puja menggoda.

Mirna mengangguk. Dia kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan kedua lengan menjadi penopang.

"Udahlah, Mir. Kenapa juga harus nangis cuma buat cowok brengsek itu. Mending cari yang lain aja deh. Lo itu cantik! Masih banyak cowok yang ngincar lo." Zilla menoel lengan Mirna pelan. Karena tidak mendapatkan respon. Dia kemudian menggoyangkan badan Mirna sampai gadis itu menepisnya.

"Jangan ngatain Bobby kayak gitu. Yang bisa ngatain Bobby cuma gue doang."

"Dih," reflek Rahmi dengan wajah jijik.

"Rahmi kenapa sih! Kok gitu banget. Bukannya hibur gue, malah makin buat gue sedih."

"Males. Nanti juga balikan. Gue capek ikut campur mulu," ujar Rahmi tak peduli dengan ekspresi Mirna yang semakin muram.

"Lagian ini udah ke DUA PULUH kalinya dalam seminggu kalian putus. Mana setiap putus lo curhat, habis itu nangis. Gue yang ngatain Bobby sampai maki-maki Bobby, tapi tau-taunya lo balikan sama dia," sambung Rahmi setengah emosi. Ia sudah menghitung berapa kali Mirna dan Bobby putus minggu ini. Dua puluh kali bukanlah hiperbola, karena itu kenyataannya.

Puja mengacungkan jempol. "Bener tuh," ucap gadis itu membenarkan perkataan Rahmi.

"Kalian jahat."

***

Ketika suasana di markas ricuh sampai tidak bisa terdengar apapun. Bobby hanya menatap kosong ke depan, tanpa niat bergabung dengan teman-temannya yang sedang asik bercengkrama.

Tadi saat di sekolah dia tidak ke kantin. Dia juga menjauhi tempat yang sekiranya akan dilewati Mirna. Entahlah, dia marah. Tidak ingin melihat Mirna untuk sementara waktu.

Putus Nyambung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang