2 - ARAN

328 99 7
                                    

Sejak masuk ke ruang Mading, Aran hanya duduk manis di pojokan mendengar kan segala tuntutan yang sedang di presentasikan oleh Eli ketua Mading mereka. Dengan Shani dan Anin selaku dari OSIS yang selalu turun langsung jika club' Mading akan melakukan tugas bulanan.

Ia tidak terlalu melibatkan diri, perannya hanya membantu saja. Tidak mau repot-repot untuk ikut serta dengan hal yang menyusahkan. Hidupnya saja sudah susah, jadi dia tidak mau di bebani lagi dengan apapun selain kegiatan belajar. Kalau bukan karena wajib, dia memilih untuk tidak mengambil ekskul apapun.

Sebuah chat dari Chika masuk ke hp nya. Dia langsung membaca dan membalasnya. Gadis cantik itu menanyakan keberadaan nya, yang langsung ia jawab dengan jujur. Lalu, tidak lama kemudian Chika kembali mengirim chat, mengatakan jika akan menunggunya di kelas musik.

Ia hanya menghela napas kasar, memilih untuk tidak membalas lagi. Kembali ia memandang ke arah sang Kakak kelas yang sekarang sedang menatapnya. Membuatnya dengan reflek langsung menunduk.

Sial! Bisa pas banget lagi!. Batin nya kalang kabut.

"Baik sekian untuk hari ini, terimakasih Kak Shani sama Kak Anin sudah mau ikut serta rapat kali ini." Eli mengakhiri rapatnya dengan senyuman manis.

"Sama-sama." Jawab Shani dengan suara super lembut. Sampai membuat Aran nyaris meleleh di kursinya.

"Eh, Ran." Dia menoleh ke arah Aldo yang baru saja angkat pantat dari kursi. "Entar sore bisa ikut gak?." Tanya Aldo.

"Kayaknya enggak deh, aku masih ada kerjaan." Jawab Aran.

Aldo mengangguk, lalu beralih pada teman yang lain.

"Kerja terus, Ran. Kaya juga enggak." Celetuk Eli dengan nada candanya.

"Ya, gue enggak pengen kaya ini." Balas Aran. "Kalau mau kaya mah, aku tinggal ngepet."

"Yang jaga lilin siapa?." Celetuk Anin malah ikutan.

"Eh?". Aran sampai kaget sendiri. Kemudian langsung malu sendiri. "Kak Eli gak nolak kayaknya." Jawab Aran kemudian.

Shani dan Anin langsung tertawa mendengar jawaban itu. Sedangkan Eli hanya bisa mendengus sendiri akan jawaban juniornya itu.

"Atau mau tukeran Kak, aku yang jaga lilin, Kak Eli yang keliling." Lanjut Aran tertawa.

"Makin lama makin aneh lu." Kata Eli melempar pulpen nya.

"Lah, kan kakak yang ngajarin." Sambung Aran.

"Wah... Benar-benar nih bocah, mulai berani" kata Eli tidak terima. "Sini enggak?!".

"Enggak!". Aran langsung pergi dan keluar dari ruangan itu sebelum Eli menahan nya. Bisa-bisa dia di marahi Chika karena terlalu lama membiarkan gadis itu menunggu dirinya.

***

"Shani."

Langkah Shani yang baru saja keluar dari ruang Mading, terhenti sejenak. Dan melihat Gracio yang berlari mendekatinya.

"Ge." Sapanya kembali melanjutkan langkahnya.

"Hai Nin." Gracio menyapa Anin juga. Lalu kembali pada Shani. "Shan, nanti malam temenin aku ya."

"Kemana?. Kalau cuma keliling gak jelas kayak kemarin enggak deh. Males." Jawab Shani melirik cowok di samping nya.

"Hahah.. enggak lah, kemarin itu suntuk banget! Sumpah deh." Jawab Gracio lagi. "Aku mau jemput Mama sama Papa."

"Om Ibnu sama Tante Mery, jadi balik ke Indonesia?." Tanya Shani.

Dengan muka bahagia Gracio mengangguk. Shani ikut senang, pasalnya Gracio hampir dua tahun pisah sama kedua orang tuanya. Jadi, dia pasti senang mama dan Papa nya kembali.

Cinta Dalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang