After Darkness - 05

289 51 8
                                    

“Semua karakter dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi.”

____________________

“Kirim dia kembali ke sel tahanan, serta lanjutkan kembali permainannya. Kali ini dengan lebih keras lagi, sampai dia kehilangan anak itu! Supaya dia juga dapat merasakan, sakitnya kehilangan seseorang yang dia cintai!” perintah Jaehyun dengan tegas sebelum berbalik badan dan meninggalkan ruang rawat lelaki manis itu.

Mark dengan cepat menganggukkan kepalanya serta mengikuti langkah kaki Jaehyun dari belakang.

‘Ya, Tuhan... pria itu benar-benar jelmaan iblis. Apa yang aku lakukan sekarang?’ lirih batin Taeyong berteriak.

Lelaki cantik itu menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir kenangan buruk itu dari ingatannya, namun Taeyong malah teringat akan ancaman yang Jaehyun berikan kepadanya, yang mana membuat dirinya lagi dan lagi merasa takut. Taeyong tidak ingin dirinya kembali merasakan kesulitan yang ia alami.

Membayangkan dirinya kembali ke dalam sel tahanan dan kembali mendapatkan siksaan membuat dirinya meringis ngilu, luka lebamnya pun masih terasa nyeri. Apalagi siksaan itu akan membuat dirinya keguguran dan kehilangan bayinya, membuat Taeyong akan kehilangan semangat hidupnya. Lelaki cantik itu segera menekan tombol darurat untuk memangil perawatan yang siap siaga untuk membantunya.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Perawatan itu yang sepertinya tau akan apa yang Taeyong pikirkan.

“Aku ingin ke toilet.” Taeyong menjawabnya dengan lirih.

“Tunggu sebentar, Tuan.”

Perawat itu keluar dan berbicara kepada dua orang polisi yang berjaga di luar pintu bangsal rumah sakit tempatnya dirawat, lalu salah satu dari polisi itu masuk dan membuka borgol sebelum menuntun Taeyong ke toilet. Kemudian berjaga di depan pintu toilet selama lelaki cantik itu selama berada di dalamnya.

Taeyong menatap pantulan dirinya di depan cermin dekat wastafel, wajah putih mulusnya kini dipenuhi dengan memar dan guratan kecil, terdapat bekas cakaran akibat dirinya yang memberontak saat itu. Entah akan menyebabkan bekas permanen atau tidak diwajah cantiknya itu.

Seluruh tubuhnya pun tidak jauh berbeda dengan wajahnya, kecuali di area perutnya. Setelah mengetahui keadaan tubuhnya yang berbeda beberapa hari yang laluㅡ seperti terdapat pergerakan dari dalam perutnya, dan juga rasa mual yang hebat dari hari ke hari. Taeyong sudah menduga bahwa dirinya tengah mengandung sosok mahluk di dalam perutnya. Dan sejak saat itulah dirinya selalu menjaga serta melindungi perutnya dari pukulan beberapa laki-laki di dalam tahanan, hingga wajahnya yang mulus menjadi imbasnya.

Taeyong mengelus perutnya yang masih rata dengan pelan, sambil tersenyum hangat.

“Maafkan Mommy, sayang. Mommy sudah berusaha menjagamu, tapi kalau pada akhirnya kamu harus pergi karena siksaan itu, lebih baik kita pergi bersama-sama saja y, Nak.” Taeyong berujar dengan lirih.

Dengan menggunakan jet shower washer yang tak jauh dari wastafel itu, Taeyong memecahkan kaca yang ada di depannya. Ketika mendengar suara pecahan dari dalam toilet, polisi yang berjaga di depan pintu itu langsung menggedor-gedor pintunya sambil berteriak memanggil namanya hingga ramai riuh di luaran sana.

Lelaki cantik itu seolah tuli dan mengabaikan pekikan dari mereka, hingga dirinya mengambil pecahan kaca tersebut dan mulai mengarahkan ke arah nadi tangannya. Hingga tak terasa bulir beningnya yang menumpuk di pelupuk matanya mulai terjun bebas membasahi wajah mulusnya itu, menyebabkan pandangannya mengabur.

Sambil memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya, secara perlahan Taeyong mulai mengiris tangannya, hingga dirinya merasakan darah segar yang mulai membasahi tangannya, bau khas darah mulai memenuhi indera penciumannya.

Tubuh Taeyong mulai melemas hingga dirinya jatuh terduduk, ia membuka kedua mata bobanya saat kedua lengannya mulai terkulai di sisi tubuhnya. Mata bobanya menatap kosong pada bayangan masa lalunya.

Bayangan saat dirinya tertawa dan bercanda ria bersama Jungwoo, sahabatnya. Bayangan saat dirinya pertama kali bertemu dengan Jaehyun, lalu bayangan kedua orangtuanya yang selalu menyambut kepulangannya dengan pelukan hangat yang mereka berikan.

Taeyong tersenyum sendu, “Maafkan Yongie... Eomma, Appa...” bisiknya dengan lirih sebelum dunianya berubah menjadi segelap malam hingga Taeyong semakin terhanyut dalam kegelapan itu.


- To be Continued -

© Chocoparkjw 🕊️

After Darkness | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang