"segala hal di dunia dimulai dengan tiba-tiba, bahkan ketika aku melihat fotomu di atas peti, tiba-tiba perasaanku memburuk"
-kirana
----------
aku pulang masih dengan sisa kesedihan yang kutahan agar tidak tumpah. beberapa hiasan dinding terlihat sedikit kacau, ada tumpahan air di meja, dan beberapa pecahan piring di dapur yang terlihat jelas dari ruang tamu. aku sudah sangat tahu itu perbuatan siapa, minarti pembantu di rumah tersenyum seolah bilang 'biasa non' yang segera kubalas anggukan. ruang tamuku sekaligus menjadi ruang makan, dengan meja yang disusun panjang lengkap dengan sepuluh kursi tinggi melingkar. tidak heran, meskipun aku anak tunggal di rumah ini, beberapa kolega papa sering datang tiap pulang kerja. salah satunya om gil.
Gillbert Satrio, aku biasanya memanggil om gil, dia ayah dari senior di sekolahku jerri. meskipun kami tidak dekat seperti kedua ayah kami, aku pernah mengobrol sekali dua kali pada saat jamuan makan malam. Jerri, atau mungkin harus kupanggil kak Jerri, memiliki adik perempuan aprodite. seperti namanya, ia digadang gadang memiliki wajah cantik, setengah bule. aku hampir tidak pernah bertemu dengannya, karena kita tidak satu sekolah, dan dia hampir tidak pernah ikut saat pesta perusahaan.
ayahku pemilik percetakan buku yang populer, sebagian karya dari cetakannya difilmkan. sedangkan ibuku seorang ibu rumah tangga. meski begitu, ibuku jarang sekali di rumah, dia pergi arisan, berlibur ke luar negri, sekali pulang dia pasti sudah mengacaukan seisi rumah. aku hampir mengira dia gila.
"Halo, Kiran sayang" suara ayah menyusulku ke meja makan.
"yah, ruang tamunya berantakan lagi" ayahku mengusap rambutku seolah bilang tidak apa-apa.
"ayah akan pergi ke pemakaman anak om gil, mau ikut?" aku menggeleng
"oh iya, Jerri kan satu sekolah sama kamu, pasti kamu udah kesana" aku mengangguk.
"kamu nangis, sayang?" aku bergegas naik ke kamarku.
entah apa yang terjadi, aku selalu ingin menangis saat mendengar nama Jerri. jangan bilang aku mulai menyukainya saat dia sudah meninggal, itu sangat tidak masuk akal. aku memeluk bantal sambil terus menangis bingung. dadaku sesak sekali, entah mengapa. dunia seperti berputar sangat cepat.
hallo meoupi, itu sapaan khusus buat para readers nona kucing hehe. jangan lupa kasih bintang, comment, dan share yaa.
meoukasih >u<
KAMU SEDANG MEMBACA
One hund-Red
Randomseniorku bangkit di hari ke tujuh kematiannya, entah dengan tujuan apa dia selalu mengusik dan mulai hidup bersamaku tiga bulan terakhir. "aku hanya menumpang" aku memekik kaget melihatnya mengambang tiga senti dari lantai vinil kamarku. setelahnya...