REMANG-REMANG DUNIA FANA

72 3 0
                                    

MALIKA

Ia menolak tua dan punah di tengah pesatnya kemajuan zaman. Tubuhnya ringkih, tenaganya payah, nafasnya terengah-engah. Namun ia enggan sekalipun untuk dituakan.

Penyakitnya kian brutal, dengkurnya kian waktu semakin fraktal, kala aku memaksanya berpacu di dua perempat kuartal. Raungnya kian frontal.

"Maaf Malika, dompetku botak dimakan kejamnya pengangguran."

Malang, 25.04.2021

BUDAK KASUR

Ada seorang pemuda penabung lara dengan jenaka sebagai sampulnya. Menggerutu panjang dengan irama nestapa yang dibungkus tawa sebagai muka kedua. Entah, saat itu jiwanya kacau ke arah mana. Memberi tanya Tuhan mengapa mengapa ia menjelma jadi tunakarya berlarut lamanya, pasca virus bualan menyerang semesta.

"Sampai kapan aku jadi jamur kasur, Tuhan?"

Malang, 26.04.2021

KURO/YAMI

Jatuh, remuk, kemudian nyaman dalam belaian hitam.
Beraut suka pada gelapnya suram.
Iblis dan familinya menjadi kawan sealam.
Saling merauk bahagia ketika muram,
Merebut kembali rona kusam dan buram.
Meski Tuhan bertitah "Haram!"
Acuh, memasang raut masam.

"Terjunlah ke Jahannam!"

Malang, 01.05.2021

TRILOGI MANUSIA HAMPA

Pasal Satu : Munafik Yang Ciamik.

Gembira yang maya, simpati palsu, realita asal-asalan.
Muka mana lagi yang harus dipapar? Terbahak-bahak dengan lapisan jiwa merana? Merana namun nurani hahahihi membawa jentaka? Sudah!
Jika dikorek isi otak, terkira apa isinya? Ya, benar.
Kosong.
Berdebu.
Penuh huru-hara kehampaan.
Semua dilakukan hanya sekedar cari muka.

Pasal Dua : Buta dan Kufur

Tuhan ada namun serasa maya.
Bangga tak terinspirasi siapapun mereka.
Lupa bahwa 'syukur' bukan sekadar kosakata.

Pasal Tiga : Psikis Tipis

Jarum pentul menghujam kejiwaan. Pondasi mental remuk tanpa bentuk. Terombang-ambing, tenggelam bebas dalam stereotip tanpa fakta.
Rentetan martir doktrin dan dogma membombardir nurani dan mustika tanpa rasa getir, sekali lagi, remuk tak berbentuk.

Malang, 13.05.2021

AKU, MANUSIA HAMPA PENGIDAP DWIRUPA

Aku mengejar dan mengeja terik rupaku, tersirat sebuah pesan :

Aku, manusia pengidap dwirupa, dualisme ideologi jiwa, selalu terbujuk oleh sisi hitam yang berkuasa tanpa tahta.
Inkonsistensi, salah satu fakta tak terbantahkan. Menggebu-gebu dalam khayal, sekedar memberi janji tanpa bukti, gembira hilang pada kerudung bayang-bayang. Bahkan Tuhan pun dianak tirikan.

Buta nada, rona, rasa, frasa, bahkan makna, seakan dianggap bualan jiwa saja. Konflik dan kontroversi batin menjalar, tak bergeming sekalipun. Ramainya kehampaan menciptakan distorsi dalam dimensi sosial : fraktal, ugal dan gagal.

Sebenarnya manusia macam apa aku ini?

Malang, 21.05.2021

KUARTAL KALIPER DUSTA

Ichi :
Dendam huni nurani
Pembiasan fakta
Dominasi ego

Ni :
Melahap semua mentah
Benar-tidak bukan acuan
Letupan kontroversi

San :
Realita metafisika ; semi maya
Mandi najis dosa durjana
Konsistensi hitam

Yon :
Dimensi senandika bukan lagi cermin
Dialektika jiwa dan iblis
Diskusi endemik jiwa
Mati, buta rasa

LIKA-LIKU SENANDIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang