Secangkir kopi cappucino bertengger di meja sebuah coffe shop yang riuh ramai akan orang. Ditemani hujan yang turun di kota bogor yang terkenal akan kota hujannya. Natasha masih berkutat dengan laptop yang ada di depannya, mengerjakan beberapa laporan yang sedang ia kerjakan.
Lokasi coffe shop yang strategis yang masih berada di sekitar kawasan Kebun Raya Bogor. Tempat ini sempurna karena menyajikan tempat dengan suasana yang sejuk dan super asri, seperti di tengah hutan. Serta pemandangan di luar yang juga semakin menambah keindahan untuk melepas penat.
"Kok ga reda-reda sih ujannya" Gumamnya
Dret dret dret.......
Nata segera menjawab telepon nya yang berdering "Halo, kenapa?"
"Lo dimana?" Tanya orang di seberang sana
"Gue di bogor nih, lagi ngerjain laporan berkedok healing"
"Oke deh" Telepon pun akhirnya terputus. Nata tak heran dengan lawan bicaranya, ia paham betul dengan seseorang yang bernama Gavin Mandratama. Dia merupakan mantan pacar Nata yang masih akrab dengannya bahkan menjadi sahabat Nata.
"Apaan sih, gajelas banget ni bocah satu" gerutunya sambil meletakkan handphone nya kembali ke meja. Nata menatap keluar jendela, Nata memang memilih tempat duduk di tempat yang dekat dengan jendela. Alasannya ya, karena dia ingin melihat dunia luar.
"Eh, Nata lo apa kabar?" Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan Nata dari lamunannya.
Alden. Teman lama Nata yang dulu pernah dekat dengannya. "Alden, gue baik. Lo apa kabar?"
"Gue baik juga. Lo ngapain disini?" Tanya nya sambil menarik kursi dan duduk di depan Nata.
"Nih, laporan gue numpuk. Sekalian healing sih sebenernya" Ucapnya sambil menunjuk laptop dan setumpuk kertas kerjaannya. "Lo ngapain?"
"Healing juga, sumpek gue di Jakarta. Panas, disini kan enak adem."
"Bisa aja lo, eh ga pesen makan?" Nata berusaha basa-basi dengan Alden. Sedikit canggung sebenarnya karena mereka memiliki masa lalu yang mungkin cukup, cukup sulit diartikan.
"Udah pesen tadi, nah ini datang" Jawabnya bersamaan dengan waiters yang mengantarkan pesanan Alden.
Nata kembali berkutat dengan laptopnya berusaha menyibukkan diri. Agar tidak terlihat canggung di depan Alden. "Eh lo kuliah di Andalanesia kan? Ambil jurusan apa ya gue lupa." Tanya nya di sela-sela ia makan.
"Iya, gue ambil agroteknologi nih makanya laporan gue bejibun banyaknya" Nata menyesap cappucino nya yang tinggal setengah "Kalo lo di UI kan? Jadi ambil teknik lo?"
"Iya jadi, pusing gue. Makanya nih sekarang gue healing. Tugas praktikum gitu mulu kegiatan gue" Jawabnya sambil menghabiskan makanannya.
Nata hanya tersenyum membalas pernyataan Alden. Hujan diluar masih saja deras, tak kunjung reda. Hening. Nata maupun Alden sama-sama diam. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Tiga puluh menit kemudian, hujan sudah mulai reda. "Ta, kayanya gue mau balik nih ke Jakarta. Lo kesini naik apa? Bareng gue aja gimana?" Tanya Alden yang memecah keheningan.
"Gue bawa mobil, lo balik duluan aja. Gue nanti mau mampir ke rumah temen lama gue dulu" Jawab Nata pun sambil menutup laptopnya karena laporannya sudah selesai.
"Oh oke, gue balik duluan ya. Ada acara kampus mendadak ntar malem. Lo ati-ati pulangnya, biasanya macet jam segini"
"Lo juga hati-hati" balas Nata. Alden membereskan barang-barang nya, setelah berpamitan dengan Nata ia langsung keluar coffe shop bergegas pulang.
Benar saja, jam menunjukkan pukul empat sore. Yang menandakan jalanan saat ini macet karena ini merupakan jam sibuk, jam pulang kerja. Dengan sabar Nata melewati kemacetan, untung saja cuacanya tidak panas karena telah turun hujan seharian.
°°°°
"Kok gue rada deg-degan ya" ucap Nata sambil memegang dadanya yang berdetak kencang. "Kalo ga deg-degan ya mati ya, duh bego banget sih gue"
Malam ini, Nata sendirian dirumah. Papihnya sibuk bekerja dinas kesana kemari. Sedangkan mamihnya sedang berada dirumah omah di Semarang karena merawat omah yang sakit.
Beginilah kehidupan Nata, Hampa. Itulah yang dirasakannya setiap hari. Dia punya rumah tetapi bukan rumah untuk pulang. Tumbuh dewasa dengan tidak bercerita keluh kesah dengan orang tuanya. Tidak, sebenarnya Nata dekat dengan mamihnya. Tetapi ia tidak pernah, bercerita apapun yang dia rasakan.
Nata mempunyai seorang abang, tetapi abangnya juga sibuk bekerja setelah ia lulus kuliah dua tahun lalu. Jadi berakhirlah Nata seorang diri dirumah ini.
"Kok gue jadi inget dulu pernah deket sama Alden ya" Nata yang sedang melamun di balkon kamarnya.
"Gue harus kasih tau Irene tadi gue habis ketemu Alden" Nata mencari kontak Irene di handphone nya lalu mengirim pesan kepadanya.
To : Irene
Irene, lo tau gaaaaa. Tadi gue habis ketemu sama siapa?From : Irene
Ya mana gue tau lah bego. Orang lo belum kasih tau gue.To : Irene
Yeuu, sadis lu. Tebak dulu donggFrom : Irene
Siapa sih? Bang Daniel? Tigor? Jeffry Nichol? Iqbal CJR? Angga Yunanda?To : Irene
Ngaco loh. Ya ga lah. Gue habis ketemu Alden di Bogor.From : Irene
WTF.
Seriusan lo? Demi apa? Kok bisa? Alden yang dulu lo suka itu kan? Eh yang dulu pernah deket sama lo tapi lo bego malah ninggalin dia demi cowo brengsek.To : Irene
Diem lo! Temen gue gini amat sih. Jangan diingetin ege, gue jadi merasa bersalah nih.
Tapi gue jadi kepikiran dia terus setelah gue tadi ketemu dia, jantung gue berdetak kenceng banget kalo kepikiran dia. Itu artinya apa?From : Irene
Wah. Wah. Hebat lo. Jangan-jangan lo CLBK sama Alden.To : Irene
Ngadi-ngadi lo. Ga mungkin lah, gue kan udah jahat ke dia.From : Irene
Di dunia ini ga ada yang ga mungkin Nata cantik secantik mak lampir.
Udah ah, gue mau lanjut ngerjain tugas nih. Numpuk dari minggu lalu. ByeeeeTo : Irene
Makanya tugas jangan ditunda-tunda. Oke deh byeee.Nata jadi kepikiran dengan yang dikatakan Irene. Apakah benar Nata kembali suka dengan Alden. Tapi hal itu disangkal oleh Nata. Menurutnya itu suatu hal yang tidak mungkin. Tapi, benar bukan di dunia ini ga ada yang ga mungkin. Apalagi dengan cinta yang bisa bersemi kembali. Nata kembali duduk di balkon kamarnya, merenungkan perasaannya.
Sedang asik-asiknya merenung, tiba-tiba handphone Nata bergetar. Nata membaca nama yang tertera di layar, ia memutar bola matanya malas. "Apa?"
"Lo dimana?" Yup Gavin. Entah lah memang Gavin suka se random ini. Udah cuek dingin kaya es batu. Keras kepala lagi anaknya.
Nata mendengus sebal "Di rumah lah, ganggu aja lo gue lagi overthinking"
"Oh, oke. sorry" lagi-lagi sambungan terputus. Ingin rasanya Nata teriak sekencang-kencangnya akibat kelakuan sabahat sekaligus notabenya mantan nya ini.
"Dasar, Gavin ga jelas. Bisa-bisanya gue pernah pacaran sama ini anak" Nata akhirnya masuk ke kamarnya karena moodnya sudah rusak akibat Gavin. Dia memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 1.15 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Crush! (On Going)
Teen FictionKisah ini seperti dalam lirik lagu karya Hal yang berjudul Lara. Selalu aku lihat belakang punggungmu Disaat kau lihat belakang punggung "wanita" lain (Dan berharap) Menunggu kau menoleh dan berlari kearahku Dan memelukku seerat-eratnya Itulah yang...