Tok tok tok
"Chan buka pintunya." teriak Lisa dan tak lama Haechan muncul. Lisa melirik ke dalam, ternyata Jeno belum pulang. "Anter gue yuk."
"Kemana? Mager gue."
"Ke dokter, Luca sakit."
"Males, tuh sama Jeno aja."
Lisa melotot pada Haechan, cewek mengisyaratkan Haechan untuk tidak memanggil Jeno tapi adiknya yang terlalu pintar ini malah mengendikan bahu dan memanggil Jeno.
"Jen mau anter teteh gue ke dokter hewan gak? Gue lagi males."
"Dokter hewan? Ayo."
Jeno beranjak lalu menghampiri Lisa dan Haechan. "Ayo gue anter."
"Lo kan alergi kucing."
"Gak papa, gue bisa nahan kok."
"Tuh sana pergi, nanti Luca mati lo gak mau makan sebulan lagi." ejek Haechan dan kembali masuk ke kamarnya. Lisa dan Jeno saling menatap satu sama lain.
"Ayo."
"Hm."
Lisa mengikuti Jeno dibelakang, tak lupa juga dia membawa kucingnya. "Kucing lo sakit apa?" tanya Jeno.
"Mencret-mencret dia, gak sembuh dari kemarin."
"Emang lo kasih apa sampe kayak gitu?"
"Makanan kucing lah, tapi gue curiga sama Haechan ngasih makanan yang enggak-enggak. Dia orang paling wajib di curigai, soalnya kucing gue itu gak bakal makan sembarangan kalo gak dikasih makan."
"Eh lo bawa motor?"
"Iya."
"Pake mobil gue aja, lo yang nyetir."
"Oke."
❇❇❇
Setelah menempuh hampir setengah jam, akhirnya Lisa dan Jeno sampai di dokter hewan. "Jen lo duduk disana dulu, gue mau ketemu dokternya tadi udah janjian."
Jeno menurut, dia duduk sambil memainkan hp nya. Sedangkan Lisa kini sudah bertemu dengan dokternya. Keduanya saling melempar senyuman, dokter itu—Jaehyun Clarence mengambil alih Luca.
"Lama gak ketemu."
"Iya."
"Apa kabar?"
"Jae, fokus priksa Luca aja bisa?"
Dokter Jaehyun itu mengangguk kecil. Dia kembali fokus pada pekerjaannya meskipun kehadiran Lisa membuat Jaehyun sedikit kurang fokus.
"Kamu kasih dia apa?"
"Makanan kucing."
"Kayaknya Luca salah makan makanya pencernaan dia terganggu, lain kali hati-hati."
"Iya."
Jaehyun menggendong Luca dan menatap Lisa. "Udah selesai." ucapnya. Tapi ketika Lisa hendak mengambil Luca, Jaehyun malah menghindar.
"Jaehyun."
"Boleh ngomong sebentar?"
"Nanti aja pas pulang kerja." tolak Lisa dan merebut Luca dari Jaehyun. "Udah ya, di luar ngantri. Jangan buang-buang waktu kamu, aku pergi."
Lisa buru-buru keluar, terus tarik tangan Jeno. Cowok yang tadinya sibuk main game pum hanya bisa pasrah saat Lisa menariknya tanpa aba-aba.
"Kenapa lo?"
"Ada orang gila."
Kening Jeno mengerut bingung lalu menunjuk gedung di hadapan nya. "Di rumah sakit hewan?"
"Cepet ayo balik, gue pengen boker nih." ucap Lisa, gak tau malu. Tapi waktu dia lihat ekspresi Jeno, cewek itu langsung memukul bahu Jeno. "Apa? Manusiawi anjir, lo pikir orang cantik kayak gue gak bisa gitu?"
"Ya ya ya, terserah deh."
Singkat cerita, mereka udah sampai dirumah. Sejak di jalan tadi sebenernya Jeno agak kepikiran soal malam kemarin. Dia penasaran Lisa inget atau gak ya? Soalnya pas siang tadi cewek itu kelihatan biasa aja, jadinya Jeno juga berusaha kayak gitu, padahal jauh di dalam hati nya dia deg-degan parah.
Tapi kalo Lisa beneran gak ingat sama sekali, gak adil dong sama Jeno yang terus kepikiran mulu? Apa Jeno tanya aja ya?
Jeno berdeham, dia menahan bahu Lisa yang mau masuk rumah. "Teh, gue mau tanya."
"Tanya apa?"
"Malam kemarin—lo kok gak marah atau canggung sama gue?"
Mampus. Lisa pura-pura menatap Jeno dengan bingung. "Maksud lo apa ya? Kemarin malam kan kita cuma mabuk aja."
Mata Jeno memicing curiga. "Serius lo gak inget?"
Lisa menghela nafasnya, dia jadi gak enak bohong kayak gini. "Sorry gue bohong. Tapi gue gak marah kok sama lo, lagian kemarin kita gak sadar karena mabuk kan. Haha lupain aja, Jen." kekeh Lisa canggung.
Jeno mengepalkan tangan, bagaimana bisa Jeno lupain itu sedangkan dari bangun aja kejadian itu udah menempel kayak prangko di ingatannya.
"Kalo gue gak mau gimana?"
❇❇❇
Hayooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee✔
FanfictionNiat hati mau jadi barista, eh malah jatuh cinta. [ short story ] ⚠Follow sebelum membaca⚠ © pursueadream start: 11 Feb 2022