"Disini lo ternyata." ucap Lisa setelah mencari Jeno dimana-mana tadi ternyata cowok itu ada dibelakang Cafe. "Gue nyariin lo mau minta bantuan tadi, tapi udah dilakuin sama Haechan." lanjutnya dan membuang sampah yang dibawa tadi.
"Dari tadi gue nyebat disini, mulut gue asem banget."
"Ooh."
Lisa menatap Jeno yang enggan menatapnya. Dia jadi merasa gak enak karena sempat menghindari cowok itu. "Lo marah sama gue?"
Jeno melirik sekilas dan menggeleng pelan. "Ngapain? Gue emang punya alesan buat marah sama lo?"
Lisa gak menggubris pertanyaan Jeno, dia malah menghampiri cowok itu dan berdiri disebelahnya. Jeno membuang puntung rokoknya lalu berdeham. "Gue keliatan banget ya?"
"Soal?"
"Gue suka sama lo."
Lisa tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Iya, lo ketara banget Jen."
"Dari kapan lo tau?"
"Hari dimana lo ngasih gue kopi latte, gue ngerasa tatapan lo beda. Gue awalnya coba nepis hal itu, tapi semakin hari gue malah makin yakin lo suka sama gue."
"Teh, gue boleh tanya?"
"Sok."
"Lo ngerasain hal yang sama kayak gue gak?"
Lisa terdiam dan diamnya malah membuat Jeno semakin berharap kalo cewek disebelahnya ini merasakan hal yang sama.
"Kita baru kenal dua bulanan ini Jen, sorry—tapi gue butuh waktu yang lama buat suka sama seseorang."
Jeno meringis dalam hati, ternyata hanya sepihak. "It's okay." ucap Jeno santai, padahal jauh dari lubuk hatinya dia terluka. Cintanya gak bisa bertepuk karena sebelah tangan, tangan yang satu lagi menolak.
"Jujur, gue emang kepikiran buat suka sama lo. Asal lo tau Jen, lo tipe gue banget. Tapi gue gak mau—ralat, hati gue nya gak bisa. Meskipun lo tipe gue, Jen."
"Kenapa?"
"Gue udah tunangan."
Deg
Lisa mengangkat tangannya dan jari manis cewek itu terdapat sebuah cincin. Jeno kira Lisa memakai benda itu karena cewek itu menyukainya, tapi ternyata Lisa udah tunangan dan itu adalah hal yang gak pernah Jeno pikirkan sebelumnya.
"Tapi, bukannya lo gak suka terikat sama status?"
"Ya, kalo pacaran."
Jeno tertawa hampa. "Wah sebentar lagi lo bakal nikah dong?"
"Gak, gue sama dia lagi sibuk-sibuknya sekarang. Dia ngurusin rumah sakit hewan nya dan gue sibuk ngurusin Cafe."
"Jangan bilang—"
"Bener, dia dokter hewan kemarin."
"Tapi kenapa dia gak pernah mampir kesini?" lagi-lagi Jeno menanyakan hal yang membuat hatinya berdenyut perih. Cowok itu masih denial dengan hal yang dia tau hari ini.
"Kita emang lagi berantem dan gue terus menghindar, tapi kemarin udah selesai masalahnya."
"Lo sayang sama dia?"
Pertanyaan bodoh.
"Jen, dulu gue tipe orang yang selalu penasaran. Semua hal gue lakuin supaya gak penasaran lagi, termasuk deket banyak cowok. Tapi, dia satu-satu nya cowok yang ngebuat gue stuck dan gak bisa pindah ke lain hati."
"Tapi kita kemarin... "
Jeno gak melanjutkan perkataannya, dia gak sanggup.
"My bad, gue mabuk dan gue kira lo itu tunangan gue."
"Waktu lo meluk gue di motor? Semua yang kita lakuin selama ini gak pernah berarti apa-apa buat lo?"
"Salah gue, gue gak tau diri waktu itu dan tanpa sadar ngelampiasin semuanya ke lo."
Jeno menunduk. "Ternyata disini cuma gue doang yang terlalu bawa perasaan ya?"
"Iya, maaf Jen. Jadi gue mohon, jangan suka sama gue. Diluar sana ada yang lebih baik dan point pentingnya, mereka masih jomblo."
"Kenapa lo gak bilang dari awal kalo lo udah tunangan teh?"
"Lo gak pernah nanya dari awal juga."
"Tapi lo kan bisa kasih tau—"
"Tuh!"
Lisa dan Jeno sama-sama menoleh saat mendengar teriakan Haechan. Jeno menahan nafasnya ketika seseorang muncul dari belakang Haechan.
Jaehyun tersenyum lebar dan menghampiri Lisa. Cowok itu mengecup kening lalu merangkul Lisa dengan mesra.
"Ini karyawan baru kamu?" tanya Jaehyun.
"Iya."
Lisa tersenyum pada Jeno. "Jeno, kenalin ini Jaehyun. Tunangan gue."
End
❇❇❇
🙏🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee✔
FanfictionNiat hati mau jadi barista, eh malah jatuh cinta. [ short story ] ⚠Follow sebelum membaca⚠ © pursueadream start: 11 Feb 2022