Part 1 : Pagi Yang Dingin

11 0 0
                                    

Tubuhku terasa setengah membeku kala tiupan angin menyentuh kulitku. Ingin rasanya aku tarik kain berbulu lembut warna biru muda yang selalu bisa menghangatkan tubuhku. Tapi jam di samping mejaku menginginkan hal lain. 

Belum sempat aku tarik kain bergambar teddy bear yang ada di ujung tempat tidurku, suara dering nyaring pun langsung terdengar sampai ke gendang telingaku.

Yahh, aku tahu, suara dering itu aku anggap seperti seorang ibu yang bertugas untuk membangunkan buah hatinya agar segera beranjak dari tempat tidur. 

Belum sampai satu menit benda itu berbunyi, dengan mata yang masih setengah tertutup, tangan ku bergegas meraba semua benda yang terletak di meja samping tempat tidurku. Tanganku terus mencari benda yang mengeluarkan bunyi yang begitu nyaring. 

* Plukkkk *

Akhirnya tanganku mendarat pada sebuah benda berbentuk persegi panjang, ternyata itu ponselku yang selalu aku letakkan tidak jauh dari benda yang sedang aku cari. 

Karna suara nyaring itu terus berdering tapi benda itu tak kunjung aku dapatkan, akhirnya aku putuskan untuk segera membuka mata selebar mungkin meskipun dua pasang bola mata terus mengajakku untuk mlenjutkan mimpi indah yang sempat mampir ke dalam tidurku.

 Tapi hasutan kedua bola mataku kalah dengan nyaringnya suara benda yang setiap harinya selalu terdengar di telingaku. Segera aku bergegas membuka mata dan bangkit dari tidurku untuk segera menghentikan suara yang begitu nyaring. 

* Ckckkck * aku berdecak kesal.

Setelah terduduk di ranjang, tanganku segera mendarat untuk menekan tombol yang ada di belakang benda yang sedari tadi inginku dapatkan.

**†**†*

 Jarum pendek di angka lima dan jarum panjang menunjuk ke angka dua belas, yaa itu artinya sekarang waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.

Dan suara nyaring tadi berasal dari alarm jam yang semalam sudah aku pasang, dan itu artinya aku harus bergegas mandi. 

Dengan raut wajah yang terlihat seperti bunga layu, akhirnya aku mulai mendaratkan kakiku ke lantai yang seperti habis di pel memakai air es, terasa begitu dingin saat telapak kaki ini menyentuhnya. 

Dinginnya udara pagi ini membuat aku semakin malas untuk melangkah ke kamar mandi, ditambah lagi harus bersentuhan dengan dingin nya air yang ada di bak mandi.

Tapi sejujurnya kamar mandi lah satu-satunya yang jadi saksi bisu semua permasalahanku.

Dengan Langkah lambat seperti siput aku siap menuju kamar mandi yang hanya beberapa langkah dari kamarku.

Setibanya di depan pintu kamar mandi, aku langsung memutar benda bulat terbuat dari besi yang menempel di papan pintu, terasa begitu dingin di telapak tanganku. 

Udara pagi ini membuat gagang pintu pun ikut menjadi dingin.

* Cekrekkk..*

Setelah pintu terbuka aku bergegas masuk untuk segera membersihkan badanku meskipun aku enggan membiarkan air yang seperti es itu menyentuh kulitku. 

***†**†**

Dengan tubuh yang masih menggigil akibat bermain dengan air selama lima belas menit di kamar mandi, segera ku ambil handuk yang menggantung tak jauh dari pintu.

Tapi itu tidak cukup mengurangi rasa dingin yang kini membuat gigi atas dan bawah seakan saling beradu. 

 Handuk masih melingkar di badanku, dengan sigap aku segera mencari baju yang akan aku kenakan. 

" ini dia, atasan berwarna putih yang selalu membuat ku enggan untuk memakainya "  gumamku dalam hati.

Bagiku mengenakan baju ini serasa sesak. Bukan karena baju itu terlalu kecil untukku, tapi semua kejadian yang aku alami saat ini mulai aku rasakan semenjak aku mulai memakainya.

Senandung Pilu Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang