Malam semuanya ✨
Maaf, yaa, aku updatenya:( soalnya harus ngerjain tugas sekolah dulu & ada kepentingan lain, hehe:’Untuk naskah ini sebenernya aku ga ada draft sama sekali, jadi yaa setiap jadwal up aku nulis part-nya dadakan gitu🤣 nanti kalo sempet aku buat deh yaa draftnya, biar langsung up pas jadwalnya
—Happy reading!—
***
PART 2 : HAL YANG BIASA SAJA
“Yaelah, gitu doang. Itu, sih, menurut gue biasa aja. Nggak usah terlalu lebay.”
—Geovano Dirgantara
***
“Eh, lo udah pada belajar bab dua sejarah peminatan? Nanti ulangan kata Gibran.”
Suara seorang pemuda yang baru datang membuat ketiga atensi temannya teralih kepadanya. Pemuda itu menaruh tas punggungnya di kursi, lalu duduk di atas meja. Tertera di badge namanya, “Rian Alexander”
“Hah? Emang ada ulangan?” tanya temannya yang duduk di atas meja juga, tepat di samping Rian.
Rian mengembuskan napasnya. “Ada. Minggu lalu, Bu Fani bilang minggu depan ulangan, kan?”
Pemuda di sampingnya mengacak rambutnya kasar, lalu turun dari meja. Dia melepas jaket kulitnya dan melemparnya ke atas kursinya dengan kasar. “Ulangan lagi, ulangan lagi. Capek gue bangsat.”
Pemuda itu Geovano Dirgantara, dia biasa dipanggil Evan oleh teman-teman satu circlenya. Evan menghela napasnya, lalu menepuk pundak salah satu temannya yang sedang membaca buku sejarah peminatan.
“Lo udah tau hari ini ulangan, kan?” tanyanya dengan tatapan tajam ke arah pemuda itu.
Pemuda itu adalah Samudra, Samudra Jovanka. Pemuda itu mengangguk, kemudian dia melihat Evan mendengkus.
“Kenapa lo nggak ngasih tau di grup? Gue—“
“Gue sibuk, Van. Ada yang lain juga yang bisa ngasih tau, kan? Kenapa harus gue?” kilah Samudra dengan nada bergetar.
Evan menarik sudut bibirnya tipis. “Terus gunanya lo di sini apa, njing?!”
“Gue—“
“Nilai gue jelek, lo mau tanggung jawab?! Lo masuk ke circle ini harus berguna buat kita semua, terutama gue! Emangnya lo sesibuk apa sampe nggak bisa ngirim chat ke grup gitu aja?” gertak Evan yang mengundang beberapa perhatian di dalam kelas. Seisi kelas X IPS 2 hanya bisa menatap itu dalam diam. Keributan antara Samudra dengan Evan bukanlah hal yang baru bagi mereka, hal ini sudah berjalan selama dua bulan.
“Van, gue harus kerja buat bayar SPP, ditambah tugas sekolah, gue kadang overwork, gue—“
“Gue nggak mau denger satu alesan apapun dari mulut lo!” Evan mencekal kerah baju Samudra, memaksa pemuda di hadapannya berdiri. “Gue nggak mau tau, lo harus bisa jamin nilai ulangan gue di atas KKM!”
“Van, lepasin. Samudra nggak bisa napas,” kata Haikal Narendra khawatir. Pemuda itu menatap Samudra prihatin setiap ribut dengan Evan.
Evan melepaskan cekalannya dengan hembusan napas kasar. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain.
Samudra berusaha mengontrol napasnya yang tidak beraturan. Dia menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa untuk mengisi rongga pernapasannya yang sesak. “Gue harus gimana, Van? Gue harus apa supaya—“
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra [Terbit]
Novela Juvenil• • • ❗Sebagian part sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan❗ • • • Dikarenakan latar belakangnya, Samudra terpaksa tetap berada di lingkungan pertemanan yang jelas-jelas beracun. Toxic circle, istilah yang cocok untuk lingkungan pertemanannya. T...