Sang Gelandangan

30 16 17
                                    

Hari kembali berganti. Menampilkan cerita baru. Seperti lembaran kaset film yang diputar di layar. Kukira peran ku pun akan berubah. Tetapi tidak. Lagi lagi aku terbangun di raga dan tempat yang sama. Kumuh, lembab, gelap, dan pengap.

Malamku tak begitu indah. Beralaskan tanah berumput, dan berselimutkan angin malam yang menusuk. Dan dengan tidak tahu dirinya nyamuk nyamuk sialan itu terus datang dan menyakitiku setiap malam. Kadang aku bertanya, apa alasan mereka menyakitiku? Namun tak kutemukan jawaban. Mereka hanya melenggang pergi setelah puas menyiksaku.

Hari yang berbeda, namun dengan keadaan nasib yang sama.Wajah penuh debu. Baju yang kumal dan bau. Rambut tak tersisir. Sepatu yang usang. dan cacing cacing di perut yang selalu menjerit ingin diberi kudapan.

Pagi ini, Ku langkahkan kaki melihat dunia luar yang indah. Benar saja, di sana sangat terang dan menyenangkan. Seperti yang mereka bilang, tidak akan sulit jika hanya sekedar mencari makanan.

Ternyata beginilah di sana, ramai dan tentram. Mataku berbinar menemukan banyak hal yang bisa ku jadikan pengganjal perut yang lapar. Membangkitkan sepercik kebahagiaan dan harapan di dada.

Berbeda dari malam sebelumnya. Malam ini aku senang, dapat tidur dengan perut yang kenyang. Mereka begitu murah hati, mau memberikan sesuatu yang begitu berarti. Hingga aku bisa kembali dengan dua kantung bahan makanan di tangan kanan dan kiri.

Namun beberapa hari terakhir ini, dunia luar yang indah dan terang dirundung duka dan ketakutan. Senyum dan tawa riang bergantikan jerit tangis dan kekhawatiran. Hampir setiap hari dunia luar mengabarkan kehilangan.

Ingin ku bertanya ada apa gerangan? Namun mereka enggan pula memberi jawaban. Mungkin karena aku hanyalah seorang gelandangan yang tak akan paham tentang apa yang mereka rasakan. Maka biarlah, yang harus aku lakukan hanya mencari makan agar perut ku tetap kenyang.

Kini Malamku tak suram lagi. Perutku tak pernah kelaparan. Bahkan aku dapat asupan protein setiap hari. Tak akan ada lagi nyamuk nyamuk pengganggu yang menyakiti.

Kini bajuku tak bau ataupun berdebu, sepatuku terlihat baru, dan wajahku lebih banyak tersenyum dikala mereka meraung. Kurasa nyamuk nyamuk itu tidak terlalu buruk, pikirku.

Hari yang melelahkan telah berlalu. Ku rebahkan kembali badan di tempat yang lembab ini.Ku hantarkan kesadaranku ke alam mimpi dengan senandung di tengah sunyi dan senyum yang berseri.

Tak lupa ku letakkan satu-satunya kawan berhargaku di samping, kawan yang setia menemani setiap perjuanganku mengais dan mengejar harapan. Setelah ku percantik dia hingga semakin mengkilat dan tajam...

CREEP IN | Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang