02. It's the Day

351 39 0
                                    

Inupi terbangun di pagi-pagi buta yang bahkan matahari saja belum menampakkan cahaya oranyenya, alarmnya berdering nyaring membuat lelaki kurus itu berdecak pelan dan mematikannya dalam kondisi setengah sadar.

Walau dalam kondisi yang belum benar-benar sepenuhnya sadar, ia berdiri dengan sedikit goyah dan melihat ke arah alarmnya yang menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Ia jadi terduduk di tepi kasurnya sembari menghela napas panjang, tangannya bergerak untuk meraih gelas berisikan air mineral dan meneguknya dengan cepat.

Matanya menyipit untuk menatap ke arah kalender yang tepat di depannya, ia melihat ada tanggal yang dibulatkan dengan tinta spidol berwarna hitam.

Sontak, matanya membelalak secara tiba-tiba setelah menyadari hari apa ini. Inupi mengambil ponselnya yang ada di nakas tempat tidur, melihat tanggal yang tertera disana dan benar saja, hari itu telah tiba.

Ia segera membuka ponselnya dan mengetikkan sebuah nama untuk dihubungi, dengan cepat ia menaruh ponselnya pada telinga kanannya, menunggu seseorang di seberang sana menerima panggilannya.

Suara panggilan masuk berubah menjadi suara sunyi dan beberapa detik kemudian, terdengar suara seseorang yang sangat ia kenal dengan khas baru bangun tidurnya.

[Hm, ada apa?]

Inupi sempat terdiam sejenak, jemari pada tangan kirinya yang bebas tidak memegang apapun, ia gerakkan sebentar karena merasa sedikit ragu. "Hari ini, peringatan kematian Akane. Kau... Mau pergi bersamaku mengunjungi Akane?" Tanya Inupi, membuat keadaan sunyi di seberang sana.

Setelah beberapa saat menunggu atas jawabannya, seseorang yang tak lain adalah Koko akhirnya menjawab dengan singkat.

[Tidak, kau saja.]

Ia mengernyitkan dahinya karena mungkin tahun ini pertama kalinya Koko menolak untuk memperingati hari kematian Akane bersamanya. "Baiklah." Ujar Inupi yang kemudian mematikan sambungan telfon secara sepihak.

Inupi merebahkan dirinya di atas kasur empuknya, tatapan matanya menatap langit-langit kamar kecilnya dengan pikiran yang berkelana kesana kemari mengulang memori yang ada.

Ia memejamkan matanya sejenak dan mengangkat tangan kanannya yang masih memegang ponsel untuk menutup matanya. "Ah, andai saja tidak ada kebakaran itu, kalian pasti sudah hidup bahagia 'kan, Akane?" Tanya Inupi seperti bergumam pada dirinya sendiri.

Inupi mengangkat tangannya dan melihat bahwa hari ini adalah hari sabtu, "Sepertinya akan sibuk, aku akan mengunjungimu saat sore." Gumam Inupi yang kemudian kembali terlelap sampai semestinya ia bangun dari tidurnya seperti biasanya.

Baru beberapa menit ia tertidur dalam posisi yang nyaman, ketukan pada pintu rumahnya membuat ia kembali terbangun karena merasa terganggu, ia kembali berdecak dan melangkahkan kalinya yang gontai untuk melihat siapa yang sudah gila datang ke rumahnya dan membangunkannya seperti ini?

Ia membuka pintunya dengan cepat, segera angin pagi berhembus masuk membuat tubuhnya sedikit menggigil karena merasakan dingin yang luar biasa itu.

Tatapan matanya tidak melihat siapapun yang berdiri di hadapan pintunya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok yang memencet belnya tadi, namun ia tidak menemukan siapapun.

Sampai saat hendak menutup pintu, tatapannya teralihkan pada kotak makanan yang ada di depan pintunya, ia mengambilnya dan membawanya masuk ke dalam rumahnya untuk ia eksekusi.

Inupi membolak-balikan kotak yang sampai pada rumahnya itu untuk mencari siapa pengirim kotak ini? Apakah yang Draken bilang soal 'A Perfect Secret Admirer'nya yang selalu mengiriminya susu kotak? Atau... Koko?

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang