Koko terdiam di tempatnya sekarang duduk, ia menuruti kata-kata Inupi agar menunggu lelaki kurus dengan bekas luka bakar sekitar mata kirinya itu.
Saat ini, ia berada di anak tangga bagian bawah, merenungkan ucapan apa saja yang sudah ia lontarkan pada Akane waktu tadi? Apa saja yang sudah Inupi dengar?
Ia menghela napas berat, mengacak wajahnya sebentar dengan gusar. Pergerakannya terhenti karena seseorang dari arah belakangnya terduduk di sampingnya begitu saja tanpa banyak suara.
Koko dibuat menoleh untuk menatap seseorang itu, padahal ia sudah tahu bahwa Inupi-lah yang akan duduk di sampingnya saat ini. Namun entah kenapa dirinya tetap ingin menoleh pada teman masa kecilnya ini.
Ia kembali mengalihkan tatapannya ke arah depannya, menatap parkiran yang begitu kosong dan hanya ada motor Inupi saja disana. "Apa yang hendak kau bicarakan?" Tanya Koko, tidak berniat untuk menatap ke dalam mata indah Inupi.
"Kenapa kau menolak saat ku ajak?" Tanya Inupi, menghiraukan pertanyaan Koko dengan memberikan lelaki sipit itu dengan pertanyaan baru.
Koko memejamkan matanya pelan, berpikir sejenak apa yang dapat ia ucapkan sebagai jawaban dari pertanyaan Inupi saat ini. "Aku tidak ingin kau berpikir bahwa aku belum dapat lepas dari Akane." Jawab Koko dengan jujur, entah menatap mata Inupi atau tidak, ternyata ia tak dapat mengatakan kebohongan jika sudah benar-benar bersama dengan Inupi berdua seperti saat ini.
Inupi menatap Koko dengan tatapan dalam dari samping, "Lupa atau tidaknya kau pada Akane, itu menjadi pilihanmu sendiri, Koko. Aku berucap padamu untuk melupakannya namun jika kau memang belum bisa melakukannya, jangan memaksakan dirimu. Hanya saja, jangan selalu terpaku pada Akane dan jatuh cintalah lagi." Jelas Inupi, mampu membuat Koko menolehkan kepala sepenuhnya untuk membalas tatapan Inupi.
Inupi menatap Koko dengan sorot mata yang menyiratkan sesuatu, namun Koko sama sekali tidak dapat menangkap hal tersirat itu. "Aku mencobanya, namun rasanya berat karena setiap kali aku mencobanya, bayangan wajah Akane selalu memenuhi pikiranku." Ungkap Koko, lelaki bermata sipit itu terlihat lebih rapuh dibandingkan biasanya.
Inupi memberikan respon dengan santai, "Karena kau belum benar-benar ingin melupakannya, Koko. Kau lari dari keadaanmu yang mengharuskanmu untuk mengikhlaskan Akane." Ucap Inupi, seperti tepat pada dada Koko.
Koko merasakan sedikit gemuruh di dalam hatinya yang membenarkan ucapan Inupi, dadanya pun sedikit terasa sakit saat mendengar ucapan Inupi. Tetapi kenyataannya memang benar seperti apa yang Inupi katakan padanya saat ini.
Inupi menepuk kepala Koko dengan pelan, menyadarkan kembali lelaki bermata sipit itu agar kembali pada dunia mereka saat ini. "Kau terlalu memikirkan semuanya sendiri, kau masih mempunyai aku sebagai temanmu sejak dulu. Jangan pernah membawanya sendiri." Ucap Inupi dengan tersenyum simpul dan senyuman yang terlihat sangat tipis.
Namun Koko dapat melihat dengan jelas bahwa lelaki di sampingnya ini tersenyum padanya, melihat senyuman itu setidaknya membuat Koko ingin memeluk Inupi erat dan mencium lelaki itu tepat pada bibirnya, namun sangat mustahil untuk dilakukan menurutnya, dan lagi apa yang akan Inupi pikirkan jika sahabat satu-satunya sejak mereka masih kecil, menciumnya? Bukan hanya soal ciuman, tetapi posisinya karena mereka sama-sama lelaki.
Koko menyunggingkan senyumnya setelah ia merasa sedikit tenang dan bahunya terasa lebih ringan, ia mengangguk pelan dan menatap ke arah depannya, menikmati langit sore yang terasa begitu menghangatkan hatinya.
Seolah teringat sesuatu, Inupi melebarkan matanya secara tiba-tiba. "Ah iya, apakah kau yang memberiku sarapan sushi tadi pagi?" Tanya Inupi.
Koko kembali menoleh untuk membalas tatapan Inupi padanya, ia mengernyitkan dahinya dengan heran. "Sushi? Aku tidak membelikanmu apa-apa hari ini. Kau ingin sushi?" Tanya Koko, setelah memberikan jawaban lelaki bermata sipit ini malah menawarkannya untuk makan sushi lagi.
Inupi menggeleng tanpa membuka suaranya.
"Ada apa?" Tanya Koko, menatap Inupi yang tidak biasanya terlihat bingung seperti ini.
"Sebulan terakhir, sepertinya, aku mendapatkan sebuah susu kotak setiap pagi yang digantungkan di pintu bengkel, sama sekali tidak ada tanda-tanda dari siapa pengirimnya. Dan pagi tadi, aku mendapatkan kiriman makanan berisikan sushi, sashimi dan ebi. Sama halnya seperti susu kotak, aku tak dapat mengetahui siapa pengirimnya sama sekali." Jelas Inupi, tentu mengundang keanehan untuk Koko, sebelum ia bertanya lebih lanjut, Inupi lebih dulu melanjutkan ucapannya.
"Kalau kata Draken, itu adalah penggemar rahasia yang sempurna." Lanjutnya, sontak membuat Koko melebarkan matanya.
Koko menatap Inupi dengan cemas, "Lalu? Kau habiskan semua?" Tanya Koko.
Inupi mengangguk sebagai respon, dan hal itu membuat Koko sedikit marah pada lelaki kurus di sampingnya ini. "Kau tidak seharusnya menghabiskan itu, Inupi! Bagaimana jika terdapat kandungan zat-zat beracun yang dapat merusak tubuhmu?" Tanya Koko dengan suara yang sedikit lebih naik.
Inupi menghela napasnya pelan, "Tidak baik membuang-buang makanan, Koko. Seseorang yang mengiriminya untukku pun membeli semua itu untukku habiskan, bagaimana perasaannya jika semua pemberiannya aku buang atau berikan kepada orang lain?" Ujar Inupi, sedikit meredakan amarah Koko.
Koko menghela napas gusar, "Baiklah, mulai besok biar aku yang membelikanmu semua makanan mu, pemberian-pemberian itu akan aku habiskan sendiri. Dan lagi, kita harus memeriksa seluruh anggota tubuhmu ke dokter." Final Koko.
Inupi menatap Koko dengan memelas, "Aku tidak mau membuang uangmu, Koko. Simpan saja untukmu, aku sehat jadi tidak perlu ke dokter, dan juga biar aku yang mencari tau soal makanan-makanan itu." Ucap Inupi.
Koko membuka mulutnya bersiap untuk membantah, namun Inupi lebih dulu mengalihkan topik pembicaraan mereka saat ini. "Ah, ada sesuatu yang harus kukembalikan padamu." Ujar Inupi, mengalihkan perhatian Koko menjadi bertanya-tanya.
Inupi mendekatkan wajahnya dan sedetik kemudian sudah mengecup lembut bibir Koko tanpa mengatakan sepatah katapun sama sekali, lelaki kurus dengan bekas luka bakar pada sekitar mata kirinya yang saat ini berada tepat di depan matanya, menutup matanya rapat seolah menikmati kecupan tanpa penekanan itu.
Koko yang tidak siap tentu melebarkan matanya dengan terkejut, bahkan jantungnya berdegup dengan ritme yang tak karuan saking terkejutnya atas tindakan Inupi ini.
Seluruh tubuhnya terdiam seolah tidak berniat untuk menolak kecupan lembut dari Inupi.
Selama hampir dua menit mengecup bibir Koko, Inupi menjauhkan bibirnya dari bibir Koko dan menatap ke dalam mata Koko, masih dengan ekspresi wajah yang datar walau sedikit terlihat canggung. "I-itu sesuatu yang perlu kukembalikan padamu, mulai saat ini kau sudah tidak mencuri ciuman pertamaku lagi dan berarti aku belum mempunyai ciuman pertama." Ucap Inupi, segera bangkit dari posisi duduknya menuju ke motornya dan pamit pergi pada Koko karena hari sudah semakin larut.
Koko merasakan bahwa kepalanya sedikit pening, wajahnya terasa sangat panas dan terlihat begitu merah. Jemari tangannya memegang bibirnya untuk sejenak, memorinya memutar kembali bagaimana Inupi memejamkan matanya dan mengecupnya dengan lembut.
Ia tak dapat berpikir jernih saat ini.
Sedangkan di sisi lain, Inupi mengendarai motornya bukan menuju ke bengkel ataupun rumahnya, tapi ia mengambil jalan memutar dengan motornya yang melaju kencang, wajahnya tampak merah padam dan degup jantung yang terasa tak karuan.
SIAL SIAL SIAL! Batinnya berteriak.
Dairy Milk to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓
FanfictionSpecial Story for: Seishu Inui and Hajime Kokonoi from; Tokyo Revengers. - warning: boys love. - "Koko, kau bahagia dengan semua ini? Kau dapat hidup tanpa memikirkan Akane lagi, kau tau itu." Ujar Inupi. "Bodoh. Tentu aku bahagia dengan hidupku, A...