04. "I love you."

371 39 0
                                    

Malam ini, bagian Inupi menutup bengkel sehingga lelaki kurus dengan bekas luka bakar di sekitar mata kirinya harus menegap lebih lama sembari membersihkan area bengkel.

Matanya menatap sekilas ke arah luar yang tengah hujan deras, Tokyo kembali dibanjiri oleh air hujan yang awet sejak pagi.

Ia jadi menghela napas pelan kala menyelesaikan pekerjaannya, hanya tinggal berganti baju menjadi baju biasa dan pulang menerobos hujan.

Suara berisik dari arah belakangnya yang tepatnya adalah dari arah pintu masuk bengkel membuat Inupi segera menoleh lantaran merasa terganggu, apalagi saat terdengar bunyi pintu dibuka, padahal ia sudah mengganti tulisan 'open' pada pintu menjadi 'close'.

Siapa yang datang dengan tidak sopannya di tengah malam yang dingin karena hujan ini? Pikirnya.

Seketika, matanya membelalak karena terkejut sebab ia melihat sosok yang tidak diduga-duga datang dengan membawa koper berwarna hitam seukuran dengan yang biasa dibawa oleh orang-orang kantoran,  yang ada pada tangan lelaki itu dengan tubuh yang basah kuyup.

"Koko! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Inupi dengan intonasi suara yang tinggi, melihat Koko datang dengan sekujur tubuh yang basah akibat air hujan.

Semenjak peringatan kematian Akane beberapa hari lalu, baik Koko maupun Inupi sama-sama tidak bertemu ataupun bertukar pesan, keduanya belum berbicara sejak sore itu dan baru bertemu malam ini.

Inupi berlari mengambil handuk kecil yang ada di ruang belakang untuk setidaknya mengeringkan rambut Koko yang sudah benar-benar basah.

"Apa yang membuatmu begitu terburu-buru hingga mengorbankan dirimu dan hujan-hujanan seperti ini?" Tanya Inupi, namun Koko tetap diam saat tangan Inupi mengacak-acak rambutnya dengan handuk kecil.

Koko menyerahkan koper hitamnya yang ada pada tangannya kepada Inupi, mengundang tukikan di alis Inupi yang menandai bahwa lelaki kurus itu tidak mengerti apa yang tengah Koko sampaikan padanya. "Bukalah." Ujar Koko dengan suara serak.

Inupi menuruti Koko dengan sedikit ragu, lelaki bermata sipit ini mempunyai berbagai kejutan yang hingga saat ini ia tak dapat menebaknya.

Tangan Inupi bergerak untuk membuka koper hitam yang Koko berikan padanya, setelah terdengar suara terbuka, matanya langsung membelalak lebar ketika melihat mata uang jepang tersusun rapih dalam koper dan jumlahnya pasti sangat besar.

Inupi mengalihkan tatapannya menatap Koko dengan bingung, apakah ini menjadi bentuk bahwa Koko mulai berinvestasi pada bengkelnya dan Draken?

Sejenak, Inupi terdiam seolah bertanya tanpa suara kepada Koko, membiarkan lelaki bermata sipit itu menjelaskannya sendiri.

Namun Inupi salah, Koko datang tidak berniat untuk menjelaskan apapun dan hanya melakukan tindakannya saja, sampai ia sedikit lelah menunggu dan bertanya lebih dulu pada Koko.

"Uang apa ini? Kenapa kau berikan ini padaku di larut malam seperti ini dengan keadaanmu yang basah kuyup?" Tanya Inupi, menatap ke dalam mata Koko dari samping lelaki bermata sipit itu.

Namun Koko sama sekali tidak menoleh apalagi membalas tatapan Inupi padanya, ia segera bangkit dan keluar dari bengkel D&D begitu saja tanpa sepatah katapun.

Mata Inupi mengikuti punggung Koko yang semakin menjauh, lalu menatap Koko yang sudah menaiki motornya dan bersiap untuk kembali pergi sembari menerjang hujan.

Inupi segera berlari untuk menarik Koko kembali masuk ke dalam agar lelaki bermata sipit itu tidak terkena flu dikemudian hari, namun terlambat sudah karena Koko telah melajukan motornya menjauh dari bengkel D&D.

Namun belum ada ia pergi sepuluh meter dari bengkel D&D, tubuhnya yang terasa lemas dan kepalanya yang pening membuatnya tidak fokus berkendara dan akhirnya terjatuh dikarenakan juga oleh jalanan yang licin.

Inupi dengan panik segera berlari mendekat ke arah Koko, memeriksa apakah Koko baik-baik saja atau tidak. Namun Koko pingsan dengan suhu tubuh yang tinggi, wajah putihnya terlihat memerah akibat demam.

Inupi berdecak pelan karena kesal akan tindakan Koko yang tidak memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri, padahal sering mengomelinya karena telat makan.

Lantas, Inupi segera menggendong Koko dan membawanya ke bengkel untuk kemudian diinapkan di rumahnya nanti. Ia juga membawa motor Koko dan menaruhnya di dalam bengkel yang aman.

+×÷

Inupi membawa Koko ke dalam rumahnya, menggantikan Koko pakaian dan membawa lelaki bermata sipit itu untuk kemudian ditaruh di atas kasur miliknya.

Matanya menangkap ekspresi wajah Koko yang terlihat tidak nyaman dengan dahi berkerut, ia segera mengompres dahi Koko berharap lelaki bermata sipit itu segera sembuh dari demamnya, karena ia tidak ingin melihat Koko lebih lama seperti ini.

Tubuh Koko terlihat sedikit bergetar membuat Inupi mengambilkan futonnya yang lain yang ia taruh di lemari untuk Koko pakai, namun memakai dua futon secara bersamaan ternyata tidak membuat tubuh Koko berhenti bergetar.

Ia jadi menghela napas pelan, membuka bajunya sehingga ia menjadi telanjang dada, kemudian naik ke kasurnya dan memeluk Koko dengan erat.

Perlahan, tubuh bergetar Koko kian mereda dan akhirnya terdengar napas lembut yang teratur. Ia menghela napas pelan, kembali memeriksa kompresan pada dahi Koko.

Saat merasa bahwa kompresan Koko sudah baik-baik saja, dan Koko pun sudah tertidur dengan nyaman, Inupi mulai menutup matanya untuk terlelap juga. Namun belum ada beberapa detik setelah ia menutup mata, telinganya menangkap suara gumaman tak jelas dari bibir Koko.

Ia menghiraukan itu, sebab gumaman pada orang demam tinggi yang tengah tertidur itu menurutnya wajar.

Namun, Inupi seolah tidak dibiarkan untuk terlelap sebab Koko memeluknya dengan erat dan menggumamkan kalimat yang benar-benar jelas terdengar oleh kedua telinganya.

"I love you."

Gumaman pelan itu membuat Inupi membuka matanya, menangkap wajah damai Koko yang tertidur dengan senyuman simpul tercetak di wajah lelaki bermata sipit itu.

Inupi terdiam sejenak memandangi wajah Koko, sampai ia berucap dengan pelan pada Koko yang sebenarnya tidak akan mendengarnya saat ini. "Aku bukan Akane, jangan katakan itu lagi." Ucap Inupi, sorot matanya terlihat sendu.

"Kau mencintai Akane, bukan aku, Koko. Jangan lihat aku sebagai Akane." Lanjut Inupi dengan suara yang semakin pelan, tatapan teduhnya seolah menyiratkan berbagai hal yang terletak sangat jauh.

Inupi menahan napasnya sejenak, lantas memejamkan matanya untuk mencoba terlelap, dan akhirnya ia berhasil terlelap dengan tangan memeluk Koko erat.

Dairy Milk to be continue...

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang