chapter 87.
Seems the only solution is a new revolution....
"Mau ke mana hei?”
Bunda yang duduk-duduk manis di atas sofa dikejutkan dengan suara grasak-grusuk goncangan benda yang berasal dari kardus besar yang dibawa salah satu bujang nya keluar. Terlihat sangat ringkih mengingat berapa banyak kardus yang dia bawa. Kardus itu ditumpuk rapi ke atas dan cukup tinggi melihat bagaimana tumpukan itu sampai menutup penglihatannya. Ceroboh, setidaknya bawa berapa dan kembali nanti untuk membawa sisanya. Nasib baik dia tidak kenapa-napa saat menuruni tangga. Tergelincir sedikit bisa celaka mengingat tangga yang ada di sini melintang panjang dengan bentuk spiral.
“Buang ini bund,” katanya santai kemudian pergi melipir pergi keluar. Sesampainya diluar dia meninggalkan tumpukan kardus itu didepan beranda rumah, dan kembali masuk kedalam setelah meninggalkan pesan pada salah satu penjaga rumahnya untuk membantunya membuang tumpukan sampah itu. Ya, isinya memang … sampah?🤔
“Yang di dapur bantu buang ya bunda karena nggak akan aku pake lagi, atau kalau mau bantu kasih ke siapa gitu. Sayang kan, kebanyakan pada masih baru. Belum dibuka sama sekali,” putus pria itu sepihak. Dia kemudian mendekat dan memilih duduk di atas karpet disamping kaki ibunya. Selonjoran nyaman dengan punggung yang disandar mesra pada kaki sofa.
Bunda mengecilkan volume TV lalu menyimpan remote yang sebelumnya berada dalam genggaman tangan ke atas meja. “Yakin nggak mau minum lagi, nanti tengah malem nangis mau susu bunda nggak mau denger ya.”
Iya kalau udah nyinggung susu sepertinya kalian pun sudah bisa menebak siapa yang sedang bersama bunda sekarang. Clue nya anak bunda, suka tantrum, kekanakan dan yang pasti bukan bang Jin. Type pertanyaan ini medium agak hard. Sengaja, biar kalian susah jawab nya😌
Dia tertawa renyah. “Yakin lah bund, orang yang di atas juga udah aku pisahin minta tolong buat pak Hajun buang.”
“Ini pikiran bunda aja atau memang semenjak kamu main sama Jimin kamu kelihatan agak beda ya.” ibu dua orang itu bergerak mengelus anakan rambut bungsu nya kebelakang. Iya ini yang lagi ngobrol sama bunda itu adek, memang nya siapa lagi yang belakangan ini rajin pergi bersama Jimin selain adek kan.
“Beda gimana?” Taehyung bingung.
“Jadi nggak kelihatan bayinya gitu lho.” bunda menangkup kedua pipi, menekan dan mengayun-ngayunkan kedua pipi itu main-main. “Bayinya bunda sekarang tiba-tiba jadi bujang aja. Cepet banget tumbuhnya, kapan hari kamu masih nagih susu waktu Jimin ada main ke sini.”
“Hahahah bisa gitu ya.” Taehyung bukan tertawa lagi melainkan juga terbahak cukup kencang. Dia hanya patuh mengikuti kelas-kelas itu dan apa saja yang Jimin pesan kan untuk dirinya lakukan, atau terkadang inisiatif nya sendiri untuk melakukan suatu perubahan. Terus menerus tanpa kenal bosan. Ia juga merasakan perbedaan, tapi ternyata progress nya lebih terasa nyata jika dilihat orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd boyfie [TAEKOOK]√
Fanfictionᴊᴜɴɢᴋᴏᴏᴋ ᴅᴀɴ ᴋᴇꜱᴀʏᴀɴɢᴀɴ ɴʏᴀ ʏᴀɴɢ ᴘᴏʟᴏꜱ. ᴇʜʜ ᴛʏᴘᴏ, 'ʙᴇɢᴏ' ᴍᴀᴋꜱᴜᴅɴʏᴀ. *** "I didn't need to search to find you, and loving you feels as natural as breathing, effortless and profound, like discovering a hidden treasure that was always meant to be mine."