001 ·Leonora·

38 4 1
                                    

Gemerisik semak-semak belukar kering saling beriringan kala sesosok wanita bak Dewi Aphrodite melangkah melewati kastil. Surai hitam panjangnya melambai-lambai diterpa angin yang mendingin. Dengan lenggak-lenggok ia berjalan santai bagai model fashion week.

Kain sutera yang membungkus tubuh kecilnya tiba-tiba tertarik oleh sepasang lengan pucat dengan urat-urat yang menonjol. Kaget tersentak, wanita tersebut menoleh menghampiri semak-semak hijau yang mencuat dengan akar yang menancap kuat.

"Halo?" ungkapnya dengan nada sehalus Harpa.

Mendengar suara, sesuatu di balik semak tersebut mulai menunjukkan eksistensinya. Kemudian, wujud sosok itupun terlihat sepenuhnya bersamaan dengan angin musim gugur yang berhembus lembut.

"Aku ketahuan," celetuk sosok tinggi besar yang keluar dari persembunyiannya.

"Siapa kau? Apa kau mengikutiku?" tanya Leonora; sosok cantik dengan penampilan yang hampir menyaingi Ratu di negeri Auristria.

"Aku tidak tertarik mengobrol denganmu," jawab lelaki yang baru saja keluar dari semak-semak belukar tersebut.

Mendengar respon dari orang didepannya, Leonora berdecak keras, lalu pergi meninggalkan orang itu.

"Ck, orang aneh," gumam Leonora.

Mengabaikan orang tadi, Leonora melangkah melanjutkan perjalanannya yang sempat terhambat.

Jalanan luas yang hampir semuanya ditutupi dedaunan kuning kemerahan, pohon-pohon besar berdiri tegak di sisi kiri dan kanan, serta suara air mengalir dari sungai yang bermuara di arah selatan.

Leonora berjalan sendirian di tempat yang lumayan sepi. Katanya, arah jalan ini jarang dilewati orang-orang karena adanya gosip tak sedap yang sudah menyebar ke penjuru Auristria.

Konon, jalanan ini banyak memakan korban, terutama pada malam hari. Terdapat dua lubang hitam seukuran bolpoin disertai keluarnya cairan hijau pada mayat korban seakan menjadi pertanda ada yang tidak beres di daerah tersebut. Beberapa berpendapat bahwa ini adalah ulah drakula; makhluk yang menghisap energi mangsanya melalui darah.

Cerita tersebut dipercayai sebagian kalangan. Makanya jalanan ini tidak seramai dulu di mana orang-orang lebih memilih jalan lain.

Rasa dingin yang mulai menyelimuti tubuh orang-orang serasa tidak ada apa-apanya bagi Leonora. Langit mulai menggelap, suasana yang memang sudah sepi menjadi tambah sunyi dan mencekam.

Beberapa hewan nokturnal mulai keluar dari sarangnya menampakkan wujud sekilas. Suara bising dari satwa-satwa tersebut seakan menggema bersautan ketika langit mulai benar-benar menggelap.

Leonora tetap melanjutkan perjalanan tanpa terganggu dengan kondisi jalanan yang berubah 180°. Kulit putihnya bagai sinar rembulan di waktu purnama. Surai hitamnya terbang seperti tali satin pada bendera nasional.

Ditambah gaunnya yang hampir senada dengan ruangan luas yang terbentang di atas bumi berpijaknya Leonora, membuat siapapun akan menerka-nerka siapa sosok berwujud dewi ini. Karena langitpun mengakui seberapa indahnya wujud seorang Leonora.

Setelah sekian jam Leonora menelusuri jalanan selatan Auristria, akhirnya tempat yang dituju pun mulai Leonora masuki.

Wilayah paling selatan di Auristria menjadi tempat singgah Leonora selama berada di negeri lonceng emas ini.

Sebuah rumah kayu sederhana yang letaknya persis berada di tengah-tengah hutan rimbun, di depannya terdapat air terjun dari pegunungan Arson, seakan menyambut kedatangan Leonora sebagai pesinggah baru tempat tersebut.

Walaupun suasana dingin dan gelap gulita, namun keindahannya dapat membuat Leonora menyunggingkan senyuman.

Mungkin selama beberapa hari(?), Leonora akan menempati rumah ini sebagai tempatnya beristirahat dari hiruk-pikuknya dunia.

Unknowing Lady ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang