Terhitung sudah dua hari Leonora tinggal di istana. Selama itu, hubungannya dengan Aries pun menjadi lebih dekat. Bahkan, tadi malam Aries menyuruhnya untuk ikut dalam acara minum teh mingguan yang biasanya hanya dihadiri oleh para bangsawan dan pelayannya.
Bisa ditebak, Leonora akan disuruh untuk menjadi pelayan sementara pangeran berambut coklat keemasan tersebut.
Saat ini, Leonora sedang mencari pakaian layak untuknya dipakai di acara minum teh. Tidak mungkin dia berpakaian seenaknya kemudian membuat malu pangeran. Bisa-bisa dia dipenggal saat itu juga.
Di tengah-tengah perjalanan ke pasar, Leonora merasakan ada yang mengikutinya. Suara-suara berisik dari semak-semak dan langkah kaki pun ia dengar dari arah belakang.
Orang itu lagi.
Fiuhhh—
Akhir-akhir ini Leonora seringkali bertemu tanpa sengaja dengan orang aneh yang semulanya keluar dari semak belukar itu. Entah di pinggir sungai, di jalanan, atau di kedai-kedai kopi yang buka 24 jam. Leonora selalu dibuat sebal olehnya.
Berbagai perilaku menyebalkan yang dilakukannya seakan pengisi gabut alias tanpa alasan. Bahkan, Leonora pernah sampai dikejar anjing penjaga karena ulah orang itu.
Mau tidak mau Leonora harus sedikit menanyainya. Untuk saat ini gengsinya kita singkirkan dulu.
Duk
Lemparan batu yang dilemparkan wanita berkulit pucat tersebut dengan kuat mengenai kepala lelaki yang kini berdiri di depan dengan membelakanginya.
"Aduh! Apa-apaan sih?!" pekiknya berbalik badan sambil memegang kepala belakang.
Dengan santai Leonora menjawab, "Ada yang ingin kutanyakan kepadamu." Lelaki itu mengangkat alis tanda ia penasaran.
"Kau mengenalku?" Lontaran tanya itu hanya dibalas santai oleh lelaki tersebut.
"Justru aku yang harus bertanya begitu. Kau mengenalku?" balas lelaki dengan tinggi menjulang bagai mercusuar yang akhir-akhir ini selalu mengikuti Leonora. Ditanya bukannya menjawab, kenapa malah nanya balik?
Leonora menggelengkan kepalanya. Lantas didekatkanlah tubuhnya hingga lelaki itu sendiri melangkah menjauh.
"Kau ingin apa?!!" paniknya. Wanita dengan kulit bersinar tersebut menahan lelaki di hadapannya agar tetap berdiam diri.
Selanjutnya, benda antik berbentuk kepala singa berwarna hitam metalik di leher gadis itu seakan menjawab pertanyaan yang sempat hadir di benak lelaki yang berambut merah kecoklatan.
Dengan mata melotot dia berseru, "Jadi benar-benar kau?!!"
"Hah, apa?" bingung Leonora.
Benda antik tersebut Leonora pakai setelah sekian lama ia simpan rapat-rapat. Niatnya dia ingin bertanya dan semoga, informasi tentang benda tersebut bisa dia dapatkan walau secuil dari lelaki di depannya.
"Kau tahu benda ini? Bisa beri tahu aku apa ini?" desak Leonora. Dia bahkan melepas kalung antiknya tersebut dan mengarahkannya di depan sepasang netra coklat.
Si lelaki memandang heran. Bukankah pemiliknya yang seharusnya lebih tahu darinya? Kenapa bertanya pada orang lain?
Lelaki itu berdehem sebentar, kemudian menatap Leonora.
"Panggil aku Areska. Atau Ares juga tidak masalah," celetuknya.
Netra Leonora berkedip. "Ares?" gumamnya.
"Iya. Kenapa?" Leonora menggeleng.
Atensi Leonora kemudian kembali pada benda yang menyerupai kepala raja rimba tadi.
Setelah bertumpu cukup lama, saling diam larut dalam pikiran masing-masing, Leonora pun bertanya kembali pada Areska.
"Kau sungguh tau benda ini? Tidak ada salahnya kau jujur," cetusnya.
"Aku hanya tahu sedikit," sahut Areska.
"Katakan saja." Areska sempat terdiam. Namun dia akhirnya mengungkapkan sedikit pengetahuannya.
"Lectura en ordinal. Artefak dari bangsa Spanyol terdulu yang diyakini sebagai benda logam milik bangsa campuran. Orang sekarang lebih sering menyebutnya keturunan alien," jelas Areska.
"Hanya itu?"
"Lectura en ordinal atau Leo digunakan sebagai panduan bangsa Spanyol dalam menemukan barang-barang tambang. Bahkan, orang kaya di Spanyol diyakini memiliki Leo sebagai alat untuk mendapatkan kekayaan," tambah Areska.
"Aku tidak paham. Tapi benda aneh ini terdengar keren juga," kekeh Leonora. "Oh, iya. Bangsa campuran itu termasuk manusia hybrid bukan?" lanjutnya. Dia nampak antusias.
Areska mengangkat bahu.
"Aku pikir, bukan. Entah," jawabnya.
"Aku ingin kaya, tapi aku tidak tahu cara menggunakan benda Leo ini. Apa ini bisa laku dijual?" Areska tersedak ludahnya sendiri mendengar penuturan Leonora.
"Kau pikir di zaman sekarang orang-orang akan percaya benda itu asli atau palsu? Yang ada kau hanya jadi bahan tertawaan," kesal Areska. Orang ini ada-ada saja. Kenapa aku bisa berurusan dengannya, sih?
"Itulah kenapa aku bertanya, Ares!" dengus Leonora. "Coba kau lihat aku," titahnya.
Areska pun hanya menurut walau dahinya mengkerut.
"Siapa aku? Siapa kau?" Nada suara Leonora tiba-tiba berubah.
Kulitnya yang pucat menjadi lebih cerah dan bersinar. Iris hijau hazelnya membuat siapapun yang melihat seketika terpesona. Kuku-kuku panjangnya, dan sepasang tulang mencuat menyerupai tanduk di kepalanya juga berwarna hijau hazel.
Dari tubuh, pakaian, hingga aksesoris di tubuhnya mendadak berubah drastis.
Areska tidak menyadarinya karena pandangannya kosong dan datar. Datar sekali. Seperti jiwanya baru saja tersedot dan tersisa tubuh fisiknya saja.
Hawanya berbeda dan terasa aneh bagi yang pertama kali merasakannya. Namun inilah ciri dari bangsa Spaitz. Bangsa yang diyakini sudah musnah sejak dua ratus dua puluh tujuh tahun yang lalu.
Ya.
Leonora adalah keturunan terakhir dan satu-satunya bangsa Spaitz yang masih hidup hingga kini. Dengan Ares, keturunan campuran dari tiga bangsa, yaitu Spanyol asli, Spaitz, dan Auristria.
Akhirnya ramalan dari leluhur 227 tahun yang lalu akan terjadi.
Ramalan perihal bangkitnya bangsa Spaitz setelah dipercaya telah punah selama lebih dari dua abad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknowing Lady ✔
Historia CortaSetiap petualang mempunyai alasan untuknya berpetualang. - Spin-off ada di NOVELTOON berjudul Aur: The Lady ©AuriStellaKhf