Keesokan paginya...
Pagi ini seperti biasa, Heeseung terlihat sedang memasak sesuatu di dapur rumahnya, yang terletak beberapa meter jauhnya dari pantai.
Yah, itu salah satu alasan mengapa Heeseung gemar pergi ke pantai. Karena hanya tempat wisata itu saja yang tidak menghabiskan banyak biaya perjalanan dan dekat dari rumah.
Uang yang dia dapatkan dari pekerjaannya sebagai penulis buku lepas, harus dia tabung untuk biaya transportasi pulang ke kampung halamannya sekaligus menghidupi ibu dan adiknya disana.
Namun, tidak hanya itu saja pekerjaan Heeseung. Dia juga bekerja di sebuah minimarket yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Tapi beberapa hari terakhir ini minimarket itu tutup karena urusan pribadi.
Jadilah Heeseung sekarang menganggur dan menghabiskan waktu untuk menekuni hobi sekaligus kelebihannya, yang semula hanyalah hiburan semata. Yaitu menjadi penulis.
Bagi Heeseung, tidak masalah hidup dengan kondisi finansial yang rendah. Asal dia bisa hemat dan rajin menabung maka semuanya akan baik-baik saja.
Benar, itu yang terpenting, Heeseung mematikan kompor. Masakannya sudah matang dan sekarang waktunya sarapan.
Sembari sarapan, biasanya Heeseung akan menyalakan musik. Katanya, supaya rumah yang dia tempati seorang diri ini tidak terlalu sepi.
Sebelumnya tidak seperti ini. Heeseung sebenarnya tinggal bersama 3 orang temannya. Jay, Jake, dan Sunghoon. Teman-teman seperjuangan yang nekat merantau ke luar pulau untuk kuliah.
Kemudian dengan berbekal uang patungan, mereka membeli rumah untuk ditempati bersama. Katanya, supaya lebih hemat pengeluarannya daripada sewa.
Tapi ketiga temannya yang sudah bersamanya sejak duduk di bangku SMA sampai lulus sebagai sarjana 1 itu, satu persatu pergi meninggalkannya.
Masing-masing dari mereka kembali ke kota kelahirannya dengan berbagai alasan yang tak dapat Heeseung tolak.
Ayah Jay katanya sedang sakit keras dan ingin melihat putranya sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Orang tua Jake berencana akan menikahkan putra sulung mereka ini dengan perempuan pilihan mereka. Sedangkan Sunghoon mendapat panggilan pekerjaan.
Heeseung masih ingat salam perpisahan mereka saat di dermaga yang sangat mengharukan. Mereka bertiga memutuskan untuk pergi bersama karena masing-masing memang sedang sangat terdesak kondisinya.
Meninggalkan Heeseung sendirian di rumah patungan mereka.
Ah, kenapa aku sedih begini, sih, Heeseung menandaskan suapan terakhir sarapannya. Sebelumnya tak pernah begini, kok.
Hm, mungkin Heeseung tengah merindukan semuanya. Merindukan masa-masa yang indah itu dan teman-temannya.
"Ah, sudahlah. Ayo jalan-jalan saja!" Heeseung berdiri, meletakkan piring kosongnya di tempat pencucian piring dan akan mencucinya nanti sore. Sekalian setelah menumpuk baru dicuci bersamaan supaya hemat air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thálassa [ Heeseung ENHYPEN ] ✓
Любовные романыGenre [ Fantasy ] [ Romance ] Tentang sebuah kisah cinta yang terukir diatas pasir dan lautan Juga ... kisah cinta beda dunia yang antara seorang manusia biasa dengan makhluk laut cantik setengah manusia setengah ikan yang selama ini dipercaya sebag...