Jeno pikir saat ia datang di tempat tujuan yang akan ia temukan adalah sang kekasih dalam kondisi basah berbalur lumpur dan tekontaminasi bau air parit.
Nyatanya yang tertangkap netranya adalah sang kekasih yang masih dalam keadaan baik, masih tampan rupawan tak ada tanda-tanda baru saja terjungkal masuk ke dalam parit.
Tidak sampai Jeno membawa gulir matanya ke bawah di mana salah satu kaki Mark terjulur ke depan tak tertekuk seperti kaki yang lain.
Senyum tipis ia beri pada Mark yang langsung melengos saat beberapa detik pandangan mereka beradu. Ia berjalan mendekat, senyum itu mengembang tatkala kepala Mark terdongak dan membuat mereka bertukar tatapan.
"JENO SIALAN!"Mark berteriak nyaring mengumpat pada Jeno yang tersenyum manis.
Kakinya yang terjulur ke depan diberi tendangan pelan oleh si pemuda yang baru sampai di tempat.
"Oh sakit"Jeno berkomentar, nadanya seolah tengah memastikan bahwa pemikirannya akan kondisi Mark adalah benar.
Iya, dia berpikir kaki Mark yang terjulur pasti tengah terluka dan untuk membuktikannya, menendang adalah pilihannya jika memberi reaksi berarti memang ada luka di sana. Jika Mark diam, ya...berarti hanya sedang ingin melakukan posisi kaki terjulur satu.
"Ya sakit tolol"Umpatan itu kembali dilayangkan Mark. Yang menerima hanya memberi senyum tipis tak terlalu menggubris.
Jeno lalu berjongkok, perlahan menggulung celana seragam Mark mencari tahu luka yang di terima. Jeno terdiam, melirik pada Mark yang kini memalingkan wajah enggan untuk menatapnya.
"Ini kamu luka karena jatuh atau karena tawu-"
"Jatuh!"Mark menyela. Jeno mengangguk paham akan perkataannya. "Parah ya?"Ia bertanya.
Jeno mengangguk. "Tapi nggak sampai amputasi sih"
"ITU CUMA PERLU OBAT MERAH JENO!"Seru Mark emosi dengan komentar Jeno yang tak memiliki filter.
"Perlu dijahit juga ini"Jeno kembali melirik kekasihnya, samar meski ingin di sembunyikan Jeno bisa melihatnya, raut panik dengan sorot takut disertai manik mata yang bergetar. "Sok jagoan sih"Jeno menyindir.
Mark hanya mendengus kasar akan sindiran yang ia terima.
"Mau di gendong belakang atau depan?"Jeno menawarkan.
"Bantuin jalan aja"
"Pilihannya cuma dua, nggak sampai tiga"
Mark menatap sebal pada Jeno. Yang di beri tatapan mengangkat sebelah alisnya, sorot matanya seakan berkata 'ada yang salah?'
"Gue bikin pilihan sendiri. Bantuin jalan"
"Oke..gendong depan"Jeno memutuskan, bersiap membawa tubuh Mark masuk dalam dekapannya dan akan ia gendong depan layaknya ibu koala yang menggendong anaknya.
"GENDONG BELAKANG AJA!!"Mark memekik sebelum Jeno melancarkan aksinya.
Jeno mengangguk-angguk paham. "Oke, bridal style"Katanya lagi.
Mark mendelik, tidak terima juga sebal. "Gue bilang gendong belakang"
"Pilihannya nambah"Jeno menjawab sekenanya. Tanpa mendengar protesan juga rutukan Jeno merealisasikan ucapannya.
Mark ia gendong dengan bridal style, Mark memekik kaget saat Jeno melakukannya tanpa aba. Tak ada pilihan, Mark berakhir dengan melingkarkan tangannya di leher Jeno mengamankan diri agar tidak terjatuh.
"Padahal gue bilang gendong belakang"Gerutu Mark pelan.
"Kakinya sakit banget nggak?"Seolah tak mendengar ucapan Mark ia mengajukan pertanyaan.
"Biasa aja"Mark menjawab.
"Hmm.. kalau kamu, aku lempar kira-kira sakit nggak kakinya"
"Gue gebuk lo No!"
" Berarti sakit"Jeno membuat kesimpulan. "Kita ke rumah sakit"Katanya lagi.
Kepala Mark masuk ke perpotongan leher Jeno, mengendus aroma parfum yang pemuda itu pakai sekaligus mencari ketenangan dari ributnya detak jantung akan cemas yang melingkupi diri gara-gara kakinya yang terluka.
"Beneran di jahit?"
Jeno jujur tidak tahu tadi dia asal bicara. Lukanya Mark cukup panjang juga lebar.
"Jujur, aku nggak tahu. Makanya ini kita ke rumah sakit dulu"
"Gue nggak bawa uang banyak"
"Bersyukur pacar kamu kaya"Kata Jeno jenaka yang di balas dengus geli akan lawakan garing Jeno. "Katanya Chenle masuk parit, tapi kok kamu masih tetep ganteng"
Mark kali ini mendengus kasar dengan campuran geli untuk perkataan Jeno barusan.
"Paritnya kering. Nggak ada airnya tapi banyak sampah. Banyak sampah botol kaca juga"
"Kena pecahannya?"
Mark mengangguk.
"Lagian tawuran bukannya luka karena di tonjok malah karena nyusruk"
"Ya nggak tahu! Gue tadi di dorong"Mark mengaku dengan nada sebal.
"Siapa yang dorong?"
Nada bicara Jeno berubah. Lebih dingin dan sarat akan geraman amarah.
Mark kini menggeleng. "Nggak tahu"
"Bohong!"Jeno membuat nada menuntut.
Mark mendesah karena tidak dipercaya.
"Beneran"
Jeno membawa gulir matanya ke bawah guba melihat sang kekasih. "Oke"Katanya singkat saat matanya bertemu dengan milik Mark.
Jawaban singkat tapi memiliki banyak makna dan Mark harap adalah sebagai bentuk bahwa ia mengerti dan menerima ucapan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
nomark/markno | school au
Fiksi Penggemardi buat dalam bentuk socmed dan narasi bxb, penggunaan kata-kata kasar, kenakalan remaja pada umumnya nb. penulisan nama pair tidak mempengaruhi posisi mereka sebagai pasangan, karena tidak ada adegan 18+ di dalamnya